Selasa, 02 April 2013
Robbi zidni 'ilm
Allah subhanahu wa ta’ala Maha Esa, Maha Memaksa, dan Maha suci Yang Maha Agung, Maha Pengampun, Penguasa yang Haq Maha Penakluk segala Penakluk. Allah itu haq , kitab-kitab dan para Rasul-Nya Haq serta janji dan ancaman-Nya pun haq.
Menurut keterangan Ibnu Abbas, Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam sangat rindu pada wahyu, dan bila Jibril datang membawa wahyu, dan mulai mengajarkan kepada beliau, beliau segera membaca apa yang diterima walaupun belum selesai. Maka datanglah teguran dari Allah, agar tidak perlulah tergesa-gesa dalam hal itu. Setelah Jibril membacakan dengan sempurna, sampai cara mengucap dan mengeluarkan tiap-tiap makhroj tiap hurufnya dan menafsirkannya maka ikutilah dengan baik…
Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam juga diperintah untuk berdoa agar senantiasa diberi tambahan ilmu.
Ibnu Uyainah berkata : “ Selalu bertambah ilmu beliau shalallahu ‘alaihi wa salam sampai datang ajal beliau.”
Ada pula dari riwayat Abu hurairoh doa Nabi mengenai permohonan tambahana ilmu :
“Ya Allah, bermanfaatlah untukku dari ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku dan beri aku ilmu dari apa yang memberi manfaat kepadaku dan selalulah tambah ilmu untukku, dan segala pujian bagi Allah dalam segala hal.”
Jadi, ilmu adalah kebutuhan yang paling utama dan kekasih yang paling mulia.
Memang, salah satu doa yang utama terdapat dalam al-Quran ialah doa MEMOHON TAMBAHAN Ilmu.
Karena itu menuntut ilmu wajib bagi tiap muslim. Dari buaian hingga liang lahat. Bahkan ilmu atau hikmah ambillah darimana saja, karena ilmu merupakan harta karun orang beriman asal kita mampu untuk mengambil mana yang bermanfaat mana yang tidak…
Ilmu wajib (ilmu agama), ilmu fardhu kifayah (bermanfaat bagi kepentingan umum seperti dokter, arsitek dsb) , dan ilmu politik, ilmu psikologis, ilmu perang dsb. dapat bermanfaat bagi manusia untuk beribadah dan menjadi khalifah.
Ilmun ialah salah satu Nama Allah . karena itu ilmu bermanfaat dapat mengantarkan kita kepada Iman dan menambah keyakinan akan kebesaran Allah.
Ini beberapa ungkapan tentang luar biasanya ilmu:
“Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, dan orang yang mempelajari ilmu.” (HR Tirmidzi)
Imam asy-Syafi’i (wafat th. 204 H) rahimahullaah mengatakan, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih baik setelah berbagai kewajiban syari’at daripada menuntut ilmu syar’i.”
Mengenai firman Allah Ta’ala,
“Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia”
Al-Hasan (wafat th. 110 H) rahimahullaah berkata, “Yang dimaksud kebaikan dunia adalah ilmu dan ibadah.” Dan firman Allah,
“Dan kebaikan di akhirat.” [Al-Baqarah: 201]
Al-Hasan rahimahullaah berkata, “Maksudnya adalah Surga.”
Sesungguhnya kebaikan dunia yang paling agung adalah ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih, dan ini adalah sebaik-baik tafsir ayat di atas.
Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Shahabat Abu Kabasyah al-Anmari (wafat th. 13 H) radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“…Sesungguhnya dunia diberikan untuk empat orang:
(1) seorang hamba yang Allah berikan ilmu dan harta, kemudian dia bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, dengannya ia menyambung sila-turahmi, dan mengetahui hak Allah di dalamnya. Orang tersebut kedudukannya paling baik (di sisi Allah).
(2) Seorang hamba yang Allah berikan ilmu namun tidak diberikan harta, dengan niatnya yang jujur ia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si fulan.’ Ia dengan niatnya itu, maka pahala keduanya sama.
(3) Seorang hamba yang Allah berikan harta namun tidak diberikan ilmu. Lalu ia tidak dapat mengatur hartanya, tidak bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, tidak menyambung silaturahmi dengannya, dan tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Kedudukan orang tersebut adalah yang paling jelek (di sisi Allah).
Dan (4) seorang hamba yang tidak Allah berikan harta tidak juga ilmu, ia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si fulan.’ Ia berniat seperti itu dan keduanya sama dalam mendapatkan dosa.”
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membagi penghuni dunia menjadi empat golongan. Golongan yang terbaik di antara mereka adalah orang yang diberikan ilmu dan harta; ia berbuat baik kepada manusia dan dirinya sendiri dengan ilmu dan hartanya.
‘Ali bin Abi Thalib (wafat th. 40 H) Radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Orang yang berilmu lebih besar ganjaran pahalanya daripada orang yang puasa, shalat, dan berjihad di jalan Allah.”
Keutamaan ilmu atas harta dapat diketahui dari beberapa segi:
Pertama: Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan para raja dan orang-orang kaya.
Kedua: Ilmu akan menjaga pemiliknya, sedangkan pemilik harta menjaga hartanya.
Ketiga: Ilmu adalah penguasa atas harta, sedangkan harta tidak berkuasa atas ilmu.
Keempat: Harta akan habis dengan dibelanjakan, sedangkan ilmu akan bertambah jika diajarkan.
Kelima: Apabila meninggal dunia, pemilik harta akan berpisah dengan hartanya, sedangkan ilmu akan masuk bersamanya ke dalam kubur.
Keenam: Harta dapat diperoleh orang-orang mukmin maupun kafir, orang baik maupun orang jahat. Sedangkan ilmu yang bermanfaat hanya dapat diperoleh orang-orang yang beriman.
Ketujuh: Orang yang berilmu dibutuhkan oleh para raja dan selain mereka, sedangkan pemilik harta hanya dibutuhkan oleh orang-orang miskin.
Kedelapan: Jiwa akan mulia dan bersih dengan mengumpulkan ilmu dan berusaha memperolehnya – hal itu termasuk kesempurnaan dan kemuliaannya – sedangkan harta tidak membersihkannya, tidak menyempurnakannya bahkan tidak menambah sifat kemuliaan.
Kesembilan: Harta itu mengajak jiwa kepada bertindak sewenang-wenang dan sombong, sedangkan ilmu mengajaknya untuk rendah hati dan melaksanakan ibadah.
Kesepuluh: Ilmu membawa dan menarik jiwa kepada kebahagiaan yang Allah ciptakan untuknya, sedangkan harta adalah penghalang antara jiwa dengan kebahagiaan tersebut.
Kesebelas: Kekayaan ilmu lebih mulia daripada kekayaan harta karena kekayaan harta berada di luar hakikat manusia, seandainya harta itu musnah dalam satu malam saja, jadilah ia orang yang miskin, sedangkan kekayaan ilmu tidak dikhawatirkan kefakirannya, bahkan ia akan terus bertambah selamanya, pada hakikatnya ia adalah kekayaan yang paling tinggi.
Kedua belas: Mencintai ilmu dan mencarinya adalah pokok segala ketaatan, sedangkan cinta dunia dan harta dan mencarinya adalah pokok segala kesalahan.
Ketiga belas: Nilai orang kaya ada pada hartanya dan nilai orang yang berilmu ada pada ilmunya. Apabila hartanya lenyap, lenyaplah nilainya dan tidak tersisa tanpa nilai, sedangkan orang yang berilmu nilai dirinya tetap langgeng, bahkan nilainya akan terus bertambah.
Keempat belas: Tidaklah satu orang melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala, melainkan dengan ilmu, sedangkan sebagian besar manusia berbuat maksiat kepada Allah lantaran harta mereka.
Kelima belas: Orang yang kaya harta selalu ditemani dengan ketakutan dan kesedihan, ia sedih sebelum mendapatkannya dan merasa takut setelah memperoleh harta, setiap kali hartanya bertambah banyak, bertambah kuat pula rasa takutnya. Sedangkan orang yang kaya ilmu selalu ditemani rasa aman, kebahagiaan, dan kegembiraan.
Semoga Allah memberikan kita ilmu yang bermanfaat bagi kita… Aamiin
Wallahu’alam
0 Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)