Kala mentadabburi firman Allah
“Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).” (QS An-Najm: 42)
Ibnu
Qoyyim berkata, “Ini mengandung sebuah pembendaharaan yang besar, yaitu
bahwa semua kemauan yang tidak dimaksudkan untuk menggapai ridho
Allah dan berkomunikasi denganNya pasti akan lemas dan putus di tengah
jalan. Ia tidak bisa sampai ke tujuan akhirnya. Dan tujuan akhir dari
segala urusan. Dialah puncak dari segala keinginan. Dan segala sesuatu
yang dicintai bukan karena Dia maka cintanya hanya akan menjadi beban
dan siksaan.”
Subhanallah...
Segala
sesuatu akan kembali pada-Nya dan diberi balasan dan ganjaran oleh-Nya.
Namun, mengapa banyak manusia masih enggan taat pada-Nya. Namun,
mengapa banyak kita yang tidak istiqomah dalam ketaatan.
Ternyata,
bila terjadi demikian, kita perlu menatap kembali niat dan dasar kita.
Apakah demi meraih ridho Allah atau ridho makhluk?
Ternyata saat yang dituju itu ridho Ilahi, tidak akan ada yang bisa menghalangi
Ternyata saat niat sudah Lillah, sulit menemukan kata Lelah.
Namun, bila masih ada yang salah dalam ghayah, maka sering lah pendirian kita goyah.
Setiap salik pasti akan memberikan yang terbaik…
Menurut
sebuah riwayat, Dulu, pada zaman Nabi ada seseorang yang tidak kebagian
kendaraan sehingga tidak dapat turut ke medan jihad. Ia pun bersedih.
Lalu ia bertemu dengan temannya dan menyatakan maksudnya kepada
temannya itu. Lantas temannya itu menjawab, “Baiklah aku berikan anak
untamu yang masih muda kepadamu dengan syarat engkau mau menanggung
segala dosaku.” Lantas turunlah ayat 33-35 surah an-Najm sebagai teguran
bagi ingin memburu ridho Allah, namun dengan memberi sesuatu dalam
jumlah yang sangat sedikit lagi kikir.
Karena
itu, semoga Allah senantiasa menjadikan kita hidup di jalan
mardhotillah. Menjadikan Allah sebagai ghayah. mendedikasikan sesuatu
yang terbaik hanya untuk Allah. Aamiin
Wallahu’alam