Minggu, 06 Oktober 2013

Allah ghoyah kita

Kala mentadabburi firman Allah
“Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).” (QS An-Najm: 42)

Ibnu Qoyyim berkata, “Ini mengandung sebuah pembendaharaan yang besar, yaitu bahwa semua kemauan yang tidak dimaksudkan untuk menggapai rid
ho Allah dan berkomunikasi denganNya pasti akan lemas dan putus di tengah jalan. Ia tidak bisa sampai ke tujuan akhirnya. Dan tujuan akhir dari segala urusan. Dialah puncak dari segala keinginan. Dan segala sesuatu yang dicintai bukan karena Dia maka cintanya hanya akan menjadi beban dan siksaan.”

Subhanallah...

Segala sesuatu akan kembali pada-Nya dan diberi balasan dan ganjaran oleh-Nya. Namun, mengapa banyak manusia masih enggan taat pada-Nya. Namun, mengapa banyak kita yang tidak istiqomah dalam ketaatan.

Ternyata, bila terjadi demikian, kita perlu menatap kembali niat dan dasar kita. Apakah demi meraih ridho Allah atau ridho makhluk?

Ternyata saat yang dituju itu ridho Ilahi, tidak akan ada yang bisa menghalangi

Ternyata saat niat sudah Lillah, sulit menemukan kata Lelah.

Namun, bila masih ada yang salah dalam ghayah, maka sering lah pendirian kita goyah.

Setiap salik pasti akan memberikan yang terbaik…

Menurut sebuah riwayat, Dulu, pada zaman Nabi ada seseorang yang tidak kebagian kendaraan sehingga tidak dapat turut ke medan jihad. Ia pun bersedih. Lalu ia bertemu dengan temannya dan menyatakan maksudnya kepada temannya itu. Lantas temannya itu menjawab, “Baiklah aku berikan anak untamu yang masih muda kepadamu dengan syarat engkau mau menanggung segala dosaku.” Lantas turunlah ayat 33-35 surah an-Najm sebagai teguran bagi ingin memburu ridho Allah, namun dengan memberi sesuatu dalam jumlah yang sangat sedikit lagi kikir.

Karena itu, semoga Allah senantiasa menjadikan kita hidup di jalan mardhotillah. Menjadikan Allah sebagai ghayah. mendedikasikan sesuatu yang terbaik hanya untuk Allah. Aamiin

Wallahu’alam
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar