Surat
al-Fath ialah surat yang berkaitan dengan peristiwa Hudaibiyah
(perjanjian Hudaibiyah) yakni pintu gerbang kemenangan besar ummat
Islam.
Dalam sebuah riwayat dikemukakan saat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pulang dari Hudaibiyah, bersabda
beliau pada para sahabat, “Telah turun kepadaku ayat yang lebih aku
cintai daripada segala yang ada di muka bumi ini.” Kemudia Rasulullah
membacakan ayat tsb (QS al-Fath :2) kepada mereka. Mereka berkata,
“Betapa untung dan bahagianya tuan ya Rasulullah! Allah telah
Menerangkan Nasib tuan di kemudian hari. Namun, bagaimana nasib kami?
Maka turunlah ayat selnajutnya (QS Fath :5) yang menjelaskan nasib
mereka di akhirat.
Subhanallah..
Ibnu
Katsir mengatakan bahwa surat yang mulia ini turun ketika Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam kembali dari Hudaibiyah di bulan dzulqaidah
tahun ke-6 H yang pada saat itu dihalang-halangi oleh kaum musyrikin
untuk memasuki Masjidil Haram dalam menunaikan umroh. Kaum musyrikin
cenderung untuk mengadakan perjanjian dan gencatan senjata serta meminta
Rasulullah pulang pada tahun ini dan kembali lagi pada tahun
berikutnya. Tawaran ini disambut oleh Rasulullah saw meskipun tampak
kekurangsukaan diwajah sebagian sahabat, diantaranya Umar bin Khottob
radhiyallahu ‘anhu. Setelah mereka menyembelih hewan-hewan kurbannya dan
pada saat pulang kemudian Allah swt menurunkan surat ini yang
menceritakan tentang apa yang terjadi diantara Rasulullah saw dengan
mereka—orang-orang Quraisy—dan menyatakan bahwa perjanjian tersebut
adalah kemenangan dikarenakan berbagai maslahat yang ada didalamnya.
Az
Zuhri mengatakan bahwa tidak ada kemenangan yang lebih besar dari
perjanjian Hudaibiyah, dimana orang-orang musyrik bercampur dengan kaum
muslimin mendengarkan perkataan mereka, mulai bersemayamnya islam di
hati mereka sehingga dalam kurun waktu tiga tahun banyak manusia yang
masuk kedalam agama islam .
Ibnul
Anbari mengatakan bahwa kata fathan mubina (kemenangan yang nyata)
belum sempurna karena perkataan,”supaya Allah memberi ampunan kepadamu
terhadap dosamu yang telah lalu” masih berkaitan dengan kemenangan
tersebut, seakan-akan Dia mengatakan,”Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu kemenangan yang nyata agar Allah swt mengumpulkan buatmu
dengan kemenangan ini ampunan dan mengumpulkan bagimu dengannya berbagai
hal yang menyenangkan pandanganmu di dunia dan akherat.
Subhanallah
Begitulah
fenomenalnya peristiwa Hudaibiyah, meski secara kasat mata isi
perjanjian itu ‘merugikan’, mulai dari meniadakan penggunaan Muhammad
Rasulullah, diganti dengan Muhammad bin Abdullah, peniadaan kata
Bismillahirrohmanirrohim diganti Bismika Allahumma dsb. Meskipun di mata
Sahabat isinya mengecewakan, tapi mereka tetap sami’na waatho’na.
Begitulah generasi terbaik. Namun satu hikmah bahwa secara tidak
langsung kaum musyrikin kala itu sudah mengakui eksistensi kaum beriman.
Begitupula
bahwa kemenangan tidak melulu dengan kontak sejata, namun bisa jadi
melalui perjanjian atau perdamaian selama memang memberikan kebaikan
bagi dakwah dan kaum muslimin.
Subhanallah...
Sayyid Quthb mengatakan bahwa kemenangan dalam Hudaibiyah ini terdapat dalam 3 dimensi ,
Kemenangan
dakwah : Islam berkembang, Nabi tatkala berangkat menuju Hudaibiyah
bersama dengan 1400 orang, menurut penuturan Jabir bin Abdullah dan dua
tahun kemudian beliau shalallahu ‘alaihi wasalam berangkat lagi pada
saat Futuh Mekah bersama 10.000 orang.
Kemenangan
Geografis : Kaum muslimin saat itu merasa aman dari kejahatan
orang-orang Quraisy, untuk itu Rasulullah mengarahkan da’wahnya dalam
rangka pembebasan jazirah dari sisa-sisa kejahatan orang-orang
Yahudi—setelah membebaskannya dari Yahudi Bani Qoinuqo, Bani Nadhir dan
Bani Quraizhoh—dan kejahatan itu tergambar pada kekokohan benteng
Khaibar yang menakutkan dijalan menuju Syam. Kemudian Allah
menundukkannya bagi kaum muslimin dan mereka mendapatkan ghonimah yang
banyak dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam mengkhusukan ghonimah
tersebut untuk orang-orang yang telah ikut serta dalam peristiwa
Hudaibiyah.
Kemenangan
hati ummat Islam : Orang-orang Quraisy mengakui ketangguhan dan
eksistensi Nabi dan kaum muslimin, kaum muslimin juga tampak begitu kuat
di mata kabilah-kabilah, orang-orang Arab pun banyak yang mundur dari
memeranginya, dan semakin tidak terdengar lagi suara-suara orang-orang
munafiq.
Sayyid
Quthb menambahkan , “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam begitu
gembira dengan surat ini. Hatinya gembira dengan karunia Allah yang
besar yang diberikan kepadanya dan orang-orang beriman yang bersamanya.
Bergembira dengan kemenangan yang nyata, ampunan yang menyeluruh,
kenikmatan yang sempurna, petunjuk kepada jalan Allah yang lurus,
pertolongan yang kuat dan dengan keridhoan Allah kepada orang-orang
beriman yang telah mensifatkan mereka dengan penyifatan yang mulia.”
Subhanallah
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dan diberi kemenangan
Aamiin
Wallahu’alam