Subhanallah..
Dahulu
sekelompok orang Badui yang tidak ikut serta rencana berperang bersama
Rasulullah berusaha mengelak dengan mengatakan “Harta dan keluarga
menghalangi kami maka mohonkan ampun untuk kami.”
Dalam hati mereka telah memprediksi, menaksir
bahwa kaum Muslimin bakalan kalah dalam peperangan. Pesimisme dengan
kata lain, prasangka yang buruk kepada kaum muslimin itulah yang
sebabkan mereka mencari alasan agar mengelak turut serta dalam berjuang.
Mereka prediksi , pejuang Islam itu akan mati konyol, tidak sukses,
buang-buang tenaga, sehingga diri mereka pun tidak ingin turut campur
dan tidak ingin menyusahkan diri. Tetapi kemudian ternyata peperangan
tidak terjadi, bahkan perjanjian Hudaibiyah ditandatangani, sehingga
kaum Muslimin menang secara diplomatik. Kemudian, saat seperti itulah
mereka segera memohon maaf atas ketidakhadiran tersebab keluarga dan
harta yang mesti diurus tadi.
Namun, lucunya, dengan tidak merasa segan, tidak malu-malu meminta
untuk turut serta dibawa ke Khaibar demi mendapatkan harta rampasan
perang juga. Kemudian, Rasulullah memberitahukan pada mereka bahwa Allah
menetapkan bahwa harta rampasan perang Khaibar hanya diperuntukkan bagi
yang turut serta ke Hudaibiyah bersama Nabi, bukan untuk yang tidak
turut serta. Namun kelompok Badui itu malah tidak terima dengan
keputusan Allah itu, menuduh Nabi dengki pada mereka, tidak suka bila
mereka mendapat harta.
Na’udzubillah
Semoga
kita terhindar dari sifat demikian, tatkala menuju medan juang cari
alasan tidak ikut. Namun saat sudah menikmati hasil kesuksesan tidak
segan untuk turut menikmatinya.
Subhanallah…
Begitulah
bila semangat jihad telah terganti dengan hubbud dunya. Dengan banyak
alibi mereka coba untuk lari dari perintah-perintah Ilahi.
Karena
itu mari memohon kepada Allah keteguhan Iman. Dahulu di perang Uhud,
Amir bin al-Jamuh, seorang pincang nan tua mencak-mencak karena
ditinggalkan 4 anaknya yang turut berjihad. Beliau marah karena ia ingin
turut serta pula. Lalu beliau pun bertemu dengan Nabi, meminta ingin
turut berperang. Pertama Nabi menjelaskan bahwa orang seperti ia
tidaklah berdosa bila tidak berperang. Mendengar jawaban itu, Amir
berwajah muram. Namun, akhirnya beliau pun dizinkan turut berperang dan
akhirnya meraih cita-citanya yakni syahid. Demikian pula Ibnu Ummi
Maktum, sahabat Nabi yang buta meski beliau jelas tidak dapat turut
berperang, namun beliau senantiasa berusaha membantu dan tidak mau kalah
dalam berkontribusi. Sehingga dahulu pernah suatu ketika, kala
peperangan besar terjadi, ia diserahi amanah sebagai pemimpin Madinah
oleh Nabi saat perang sedang berlangsung.
Bagitulah, Iman pasti menggerakkan pemiliknya untuk berafiliasi, berpartisipasi dan berkontribusi di jalan dakwah.
Semoga Allah memperteguh Iman untuk perjuangkan Islam.
Aamiin
Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa
meninggal dunia sementara dia belum pernah berperang atau meniatkan
diri untuk berperang, maka dia mati di atas satu cabang dari
kemunafikan."
Wallahu’alam