Senin, 23 September 2013

teguhnya iman dan semangat jihad

Subhanallah..

Dahulu sekelompok orang Badui yang tidak ikut serta rencana berperang bersama Rasulullah berusaha mengelak dengan mengatakan “Harta dan keluarga menghalangi kami maka mohonkan ampun untuk kami.”

Dalam hati mereka telah memprediksi, mena
ksir bahwa kaum Muslimin bakalan kalah dalam peperangan. Pesimisme dengan kata lain, prasangka yang buruk kepada kaum muslimin itulah yang sebabkan mereka mencari alasan agar mengelak turut serta dalam berjuang. Mereka prediksi , pejuang Islam itu akan mati konyol, tidak sukses, buang-buang tenaga, sehingga diri mereka pun tidak ingin turut campur dan tidak ingin menyusahkan diri. Tetapi kemudian ternyata peperangan tidak terjadi, bahkan perjanjian Hudaibiyah ditandatangani, sehingga kaum Muslimin menang secara diplomatik. Kemudian, saat seperti itulah mereka segera memohon maaf atas ketidakhadiran tersebab keluarga dan harta yang mesti diurus tadi.

Namun, lucunya, dengan tidak merasa segan, tidak malu-malu meminta untuk turut serta dibawa ke Khaibar demi mendapatkan harta rampasan perang juga. Kemudian, Rasulullah memberitahukan pada mereka bahwa Allah menetapkan bahwa harta rampasan perang Khaibar hanya diperuntukkan bagi yang turut serta ke Hudaibiyah bersama Nabi, bukan untuk yang tidak turut serta. Namun kelompok Badui itu malah tidak terima dengan keputusan Allah itu, menuduh Nabi dengki pada mereka, tidak suka bila mereka mendapat harta.

Na’udzubillah
Semoga kita terhindar dari sifat demikian, tatkala menuju medan juang cari alasan tidak ikut. Namun saat sudah menikmati hasil kesuksesan tidak segan untuk turut menikmatinya.

Subhanallah…
Begitulah bila semangat jihad telah terganti dengan hubbud dunya. Dengan banyak alibi mereka coba untuk lari dari perintah-perintah Ilahi.

Karena itu mari memohon kepada Allah keteguhan Iman. Dahulu di perang Uhud, Amir bin al-Jamuh, seorang pincang nan tua mencak-mencak karena ditinggalkan 4 anaknya yang turut berjihad. Beliau marah karena ia ingin turut serta pula. Lalu beliau pun bertemu dengan Nabi, meminta ingin turut berperang. Pertama Nabi menjelaskan bahwa orang seperti ia tidaklah berdosa bila tidak berperang. Mendengar jawaban itu, Amir berwajah muram. Namun, akhirnya beliau pun dizinkan turut berperang dan akhirnya meraih cita-citanya yakni syahid. Demikian pula Ibnu Ummi Maktum, sahabat Nabi yang buta meski beliau jelas tidak dapat turut berperang, namun beliau senantiasa berusaha membantu dan tidak mau kalah dalam berkontribusi. Sehingga dahulu pernah suatu ketika, kala peperangan besar terjadi, ia diserahi amanah sebagai pemimpin Madinah oleh Nabi saat perang sedang berlangsung.

Bagitulah, Iman pasti menggerakkan pemiliknya untuk berafiliasi, berpartisipasi dan berkontribusi di jalan dakwah.

Semoga Allah memperteguh Iman untuk perjuangkan Islam.
Aamiin

Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa meninggal dunia sementara dia belum pernah berperang atau meniatkan diri untuk berperang, maka dia mati di atas satu cabang dari kemunafikan."
Wallahu’alam
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar