Minggu, 09 April 2017

Marhamisme

Dalam tafsir Ibnu Katsir, berkenaan dengan dengan ayat "Falaqtahamal Aqabah" Ibnu Zaid mengatakan, "Yakni apakah tidak kamu tempuh jalan yang akan membawa kalian kepada keselamatan dan kebaikan?" Kemudian dijelaskam oleh ayat selanjutnya, "Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?" Yaitu melepaskan budak dari perbudakan."

Sedangkan firman Allah "atau memberi makan pada hari kelaparan" Ibnu Abbas mengatakan, yaitu kepada orang yang sedang kelaparan. "Kepada anak yatim yang ada hubungan kekerabatan." Atau kepada anak yatim pada hari yang seperti itu. Seperti disebutkan dalam hadist, "Sedekah kepada orang miskin, merupakan sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat (yang membutuhkan) mendapat dua pahala. Pahala sedekah dan mempererat hubungan kekeluargaan." (HR Ahmad, Tirmidzi dan Nasa'i)

"Atau kepada orang miskin yang sangat fakir" Yakni fakir yang rendah dan dipenuhi oleh debu debu jalanan. Ibnu Abbas mengatakan, "Dza Matrobah maksudnya orang fakir yang terbuang di jalanan, yang tidak memiliki tempat tinggal (tuna wisma) atau tempat berlindung dari debu debu jalanan." Dalam riwayat lain disebutkan bahwa yang dimaksud adalah kaum kafir tidak memiliki sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Ikrimah mengatakan, "yaitu orang orang fakir yang memiliki banyak kebutuhan yang tidak terpenuhi." Said bin Jubair mengatakan, "yakni yang hidup sebatang kara, tidak memiliki siapapun."

Sedangkan firman-Nya "... dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang." Yakni menjadi seorang mukmin yang mengamalkan keimanannya dengan keikhlasan hatinya. Serta memberikan nasihat untuk bersabar dalam menghadapi tindakan manusia yang lain dan bersabar pula dalam berbelas kasihan terhadap orang lain. Seperti disebutkan dalam sebuah hadist "Ar-Raahimuna (orang orang yang belas kasihan) akan dirahmati oleh Yang Maha Rahman. Berbelas kasihanlah kepada yang ada di muka bumi, maka penghuni langit akan berbelas kasihan kepada kalian."

Firman Allah "Mereka (orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan." Yakni mereka yang memiliki sifat sifat orang yang berhak menerima kitab dari tangan kanan. Demikian sedikit penjelasan dari Tafsir Ibnu Katsir.


Dahulu, Pemimpin Partai Masyumi di Sumbar yakni Darwis Thaib mentadabburi ayat-ayat surat al-Balad. Beliau mengambil nilai-nilai sebagai dasar perjuangan Partai Masyumi. Menurut beliau, ayat-ayat dari surah al-Balad merupakan dasar yang teguh buat “Keadilan Sosial” yang bersumber dari wahyu. Orang dididik memperdalam iman dan sanggup untuk menempuh jalan mendaki nan sukar (Aqabah), mengeluarkan harta benda dan tenaga untuk
1. memberantas segala macam perbudakan, pemerasan manusia sesama manusia
2. memberi makan pada saat orang memerlukan makanan, baik terhadap anak-anak yatim karena ayah-ayahnya yang tewas sebagai korban perjuangan atau orang miskin , melarat tidak punya apa-apa
3. semuanya itu terlebih dahulu mesti timbul dari iman dan keyakinan hidup sebagai Muslim, yang masyarakatnya dibentuk oleh masyarakatnya sendiri. Yaitu jamaah yang hidup dalam gotong royong, hidup pesan memesan tentang kesabaran dan pesan memesan supaya selalu hidup dalam berkasih sayang, bantu membantu, tolong menolong. Itulah yang dinamai hidup dalam masyarakat MARHAMAH.

Oleh Darwis Thaib dinamailah MARHAMISME, sehingga nama itu lebih populer di kaum muslimin ketimbang MARHAENISME-nya Soekarno.

Begitulah ayat-ayat surah al-Balad bila direnungkan dapat menjadi dasar perjuangan kenegaraan. Mari kita resapi lagi makna-maknanya..

Wallahua"lam.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar