Sabtu, 15 April 2017

Bacalah...

Sesungguhnya al-Qur’an berjumlah lebih dari 77.000 kata. Di antara kata-kata ini ada kata “Bacalah !” dan ia dipilih Allah Subhanahu wa ta’ala Sebagai wahyu yang pertama kali turun kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam. Banyak kalimat perintah dalam al-Qur’an, seperti , “Dirikanlah Sholat”, “Bayarlah Zakat”, “Berjihadlah di jalan Allah”, “Bertaubatlah kepada Allah”, “Bersedekahlah dengan rezeki yang diberikan kepadamu”, dan masih banyak lagi. Dari ribuan kalimat perintah tersebut kalimat “Bacalah!!” merupakan kalimat yang pertama kali turun. Kalimat tersebut tidak cukup pada kalimat pertama saja, tapi dalam 5 ayat yang pertama dari al-Qur’an kalimat “Bacalah!” diulangi sampai dua kali. Kata pena (al-Qalam) yang disebut juga merupakan penegas pada surah tersebut, sehingga perintah itu sangat nyata, konkret.....

Subhanallah...

Karena itu membaca bukanlah sekedar ‘hobby’ orang beriman, namun ia adalah konsep hidup seorang mukmin. Karena itu ialah perintah awal pada Nabi.

Membaca merupakan sarana bagi kita agar kita menjadi tahu sebagaimana yang Allah swt jelaskan dalam 5 ayat pertama dalam al-Qur’an (QS Al-‘Alaq 1-5)...

Masyarakat Arab sering disebut dengan masyarakat yang ummi. Makna ummi adalah masyarakat yang tidak memiliki tradisi membaca dan menulis. (la yaqra wa la yaktub). Nah, kehadiran al-Qur’an sebagai kitab suci yang agung sesungguhnya memperkenalkan sebuah tradisi baru yakni tradisi baca tulis.

Urgensi tentang pentingnya budaya baca dalam membangun sebuah peradaban/ masyarakat yang ‘dahsyat’ dapat kita lihat dengan membuka lembaran sirah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam tepatnya peristiwa tentang tawanan perang Badar.

Saat itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam meminta dari tawanan (orang musyrik) yang ingin menebus dirinya agar mengajar membaca dan menulis sepuluh orang muslim. Jika dilihat kondisi muslim pada saat itu sebenarnya mereka juga membutuhkan harta kekayaan dll. Namun, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bijak menanggapi hal tersebut. Kala itu masih banyak orang yang buta huruf dan itulah yang harus terlebih dahulu dibenahi….

Itu menandakan membaca , menulis dan belajar merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat/ ummat yang ingin bangkit, maju dan meningkat.

Penghargaan Kebudayaan membaca dan menulis dalam Islam dapat dilihat dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu Yang dijadikan Sekretaris Pribadi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam karena dia mahir dalam membaca dan menulis. Hingga dari Peradaban Islam perpustakaan-perpustakaan Islam , seperti Baghdad, Kordova, Isybiliyah, Gharnathah, Kairo, Damaskus, Tarbulus, Madinah dan al-Quds yang tiada yang menandinginya dalam jangka waktu yang lama…

Membaca adalah proklamasi yang menghapus sifat kebodohan, membaca merupakan kunci ilmu dan pengetahuan. Membaca adalah jalan kita untuk menuju kemajuan dan Kejayaan. Membaca merupakan sumber anugerah dan karunia...

Syarat Membaca

Menurut 5 ayat pertama, bahwa membaca paling tidak memiliki 2 syarat :

Pertama, bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah menciptakan….

Jadi, membaca harus dengan niat karena Allah,sesuai dengan aturan Allah, untuk kemaslahatan serta untuk kebaikan dunia dan akhirat.

Kedua, hendaklah dengan membaca suatu ilmu tidak mengeluarkan kita dari sifat rendah hati…..

Ingatlah, bahwa Allah-lah yang pada hakikatnya memberikan ilmu itu kepada kita hingga kita pun tidak boleh sombong dan manfaatkanlah seluruh kemampuan ilmu dan membaca demi meraih ridho-Nya.

Ucapkan:

“ Saya membaca karena Allah Memerintahkan saya untuk membaca. Berkata kepada saya dan seluruh kaum muslimin dengan kalimat “Bacalah !!”. Karena itu, saya membaca dalam rangka taat kepada Allah swt….”

Mari Budayakan (Kembali) Membaca……!!!
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar