Selasa, 26 Juli 2011

Yang Muda Yang Beragama Gue Banget..!

Betapa urgen dan pentingnya posisi generasi muda dalam kacamata Islam. Bila diamati sejarah Islam, kita akan menemukan bahwa mayoritas pergerakan dan perjuangan menuju perubahan terjadi melalui tangan dan perjuangan para pemuda. Hal ini bukan merupakan hal yang kebetulan tetapi sunnah yang senantiasa berlaku dan berulang.

Contoh atau sampel dari kepemudaan terbaik dapat kita lihat dalam kisah hidup keteladanan pahlawan muda Islam. Terlihat bahwa usia muda dari pemuda tak menjadi penghalang dalam Islam, tak menjadi alasan untuk tidak mendirikan pilar-pilar Islam, tak menjadi alasan untuk ‘menghindar’ dari agama.

  • Zubair bin Awwam radhiallahu ‘anhu

Ia adalah penolong setia Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam (hawari Rasulullah), pembela Islam the real hero dan tonggak kokoh bagi dakwah Islam.

Berapa umur Zubair di kala masuk Islam??

Lima Belas Tahun !! (kalau hidup sekarang zubeir masih duduk di kelas 3 SMP atau 1 SMA)

Nah, bagaimana kondisi generasi muda yang sekarang yang duduk di bangku SMA ??

Televisi, internet, video game?? Billiard?? Atau yang lain??

Bukankah lebih baik meluangkan waktu sejenak untuk beribadah, mengkaji agama , ilmu pengetahuan atau berpikir, silaturahim, dakwah atau untuk sebuah tujuan yang baik dan mulia??

  • Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu

Ia adalah seorang shahabat besar dan terkemuka. Dialah orang yang pertama kali mengalirkan darah dalam Islam, orang yang doanya dikabulkan Allah, senantiasaterpelihara dan terjaga serta sosok manusia agung . berapakah usia di kala berikrar masuk Islam??

17 (tujuh belas) tahun.

  • Arqam bin Abi Arqam al-Makhzumi radhiallahu ‘anhu

Ia sosok sahabat yang namanya sangat harum dalam kenangan setiap muslim. Arqam radhiallahu ‘anhu merupakan orang yang dengan hangat menyambut dakwah Islam dalam rumahnya. Rumahnyalah yang dijadikan pusat tarbiyah Rasulullah Shalalllahu ‘alaihi wa salam kala itu. Padahal dia berasal dari Bani Makhzum kabilah yang merupakan ‘saingan’, ‘musuh’ dari Bani Hasyim. Namun, ia menyambut Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam yang berasal dari Bani Hasyim sebagai tamu , murobbi, guru di dalam rumahnya.. subhanallah…

Resiko yang sangat besar ini diambil oleh sosok pahlawan ini. Berapa usia pahlwan yang agung ini di kala masuk Islam??

Baru menginjak enam belas tahun !!!

  • Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu

Anak kecil yang baru berusia sepuluh tahun.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam datang menghampiri, menyampaikan risalah Islam dan memberi kabar gembira.

Subhanallah… betapa akal pikiran anak kecil mampu menguasai berbagai hal yang detail, yang barangkali belum tentu dicerna oelh orang tua.

Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu menguasai konsep keesaan Allah secara benar (Tauhid), menerima konsep kenabian dan risalah, wahyu dan malaikat, hari berbangkit dan kiamat, surge dan neraka, konsep keikhlasan dan meniti jalan Allah. Subhanallah….

Anak berumur 10 tahun ini pun mengerti Fiqh Dakwah. Bagaimana beliau mengerti akan tahapan dakwah secara rahasia. Contohnya bagaimana beliau mahir merahasiakan sholat (sholat sembunyi-sembunyi) dan baca qur’an dalam keadaan tidak terlihat kaum musyrikin.

Luar biasa…!!!

Dilihat dari kisah Ali, terkadang Nampak juga kesalahan-kesalahan ortu dan pendidik saat ini, bahwa potensi pada anak-anak sering diabaikan dengan pemberian-pemberian dari ortu/pendidik seperti film kartun, game computer, nama-nama pemain bola, bintang film

/artis.

Sungguh ini dapat menghambat potensi besar pada anak itu. Dan Ali bin Abi Thalib bukanlah satu-satunya anak kecil pada waktu itu.

  • Zaid bin tsabit radhiallahu ‘anhu (13 tahun)

Tiga belas tahun,badanya kecil dan postur tubuhnya kurus kerempeng

Ketika itu anak kecil ini mendengar kabar bahwa pasukan Islam bersiap berangkat ke Badar untuk perang melawan musyirikin. Ia pun berangkat membawa pedang yang lebih panjang dari tubuhnya .

Namun,betapa sedih nasibnya yang antusias dan berambisi itu. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam menolak keikutsertaannya dalam skuad pasukan muslimin.

Akhirnya iapun menjumpai ibundanya Nawwar bin Malik.

“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam melarang saya untuk berjihad”

Lantas ibunya yang bijaksana menjawab,”Wahai anakku ! Jangan bersedih! Kamu masih bisa berkhidmat kepada Islam dengan cara yang lain. Jika tidak lewat berjihad dengan pedang,masih bisa berjihad dengan lisan dan pena.”

“Kamu harus tekun belajar membaca dan menulis serta menghapal surah surah al –Quran dengan baik. Setelah itu, kita berangkat menghadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan potensi dan kemampuan yang kita miliki untuk berkhidmat kepada Islam dan kaum muslimin !”

Akhirnya mereka dan kabilah mereka berangkat menjumpai Rasul agar menerima dan menugaskan Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu untuk berkhidmat kepada Islam.

Beliau sangat menghargai kemahiran yang di kuasai Zaid. “Wahai Zaid pelajarilah tata bahasa Yahudi untukku, karena aku tidak merasa tenang dari mereka atas apa yang aku katakan.” Padahal Zaid baru berusia tiga belas tahun.

Kemudian Rasul juga meminta untuk mempelajari bahasa Suryani. Alhasil, Zaid pun menjadi juru bicara (penerjemah )Islam.

Selain itu dia juga menjadi orang yang selalu ikut serta dalam perundingan atau pun surat menyurat.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pun mempercayainya untuk menuliskan al-Quran setiap kali ayat ayat al-Quran turun kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.

Seiring denagn waktu, Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu pun memegang amanah mulia untuk mengumpulkan al-Quran (ketika umurnya baru 21 dan 22 tahun) di masa khalifah Abu Bakar ash Shiddiq radhiallahu ‘anhu.

Subhanallah…

  • Muadz bin Amr bin Jamuh dan Mu’awwidz bin Afra’ radhiallahu ‘anhum

Muadz bin Amr bin Jamuh radhiallahu ‘anhu (14 tahun) sedangkan Mu’awwidz bin Afra’ radhiallahu ‘anhu (13 tahun) dengan penuh antusias bergabung bersama pasukan muslimin ke lembah Badar.

Berbeda dengan Zaid bin tsabit radhiallahu ‘anhu. Mereka ‘lulus seleksi’ karena tubuh mereka terlihat kuat dan lebih dewasa. Meski muda namun ambisi mereka tak kalah dengan para orang dewasa.

Sedikit kisah dari Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu tentang mereka Di dalam perang,,,

“Wahai Paman, manakah yang bernama Abu Jahal??” Tanya Muadz kepada Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu.

“Wahai anak saudaramu apa yang hendak kamu lakukan terhadapnya ?” Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu bertanya.

“ Saya mendapat berita bahwa ia adalah orang yang pernah mencaci maki Rasulullah . Demi Allah yang jiwa saya dalam genggaman-Nya! Jika saya melihatnya, pupil mata saya tak akan berkedip memandangi matanya hingga salah seorang di antara kami terlebih tewas (gugur) !!”

Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu juga menuturkan bahwa Mu’aw widz bin Afra’ radhiallahu ‘anhu mengatakan hal senada.

Subhanallah…

Singkat cerita…

Lalu di dalam peperangan , Muadz bin Amr bin Jamuh radhiallahu ‘anhu kehilangan lengan akibat ditebas Ikrimah (pada saat itu masih musyrik).

Sedangkan Mu’aw widz bin Afra’ radhiallahu ‘anhu berhasil menebas Abu Jahal dengan pedang dan membiarkannya dalam keadaan tersengal-sengal dengan nafas terakhirnya. (lalu Abu Jahal pun dihabisi oleh Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu )

Subhanallah….

  • Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu

Beliau adalah komandan perang kaum muslimin melawan Romawi. Beliau menjadi komandan dengan usia berkisar 18 tahun.

Subhanallah…

Namun yang perlu diingat juga bahwa sebelum menjadi komandan beliau juga pernah mengikuti beberapa peperangan di anataranya perang sariyah (perang yang tidak diikuti Nabi), Futuh Mekkah dan lainnya.

Beliau juga memiliki kejeniusan otak, luas wawasan berpikir sehingga sering dijadikan perantara para sahabat dengan rasulullah di kala usianya masih 15 tahun.

Subhanallah….

Begitulah sedikit dari tauladan-tauladan dari sahabat-sahabat yang berusia muda yang tentunya masih banyak contoh lain baik dari kalangan sahabat seperti Mush’ab bin UmAIR radhiallahu ‘anhu, Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu dll radhiallahu ‘anhum. Ataupun tokoh-tokoh Islam seperti Imam Bukhari, Nawawi, Shalahuddin al-Ayyubi , al-Fatih dsb.

Tentunya kita tidak bisa menjadi seperti mereka. Namun kita bisa untuk mencintai , berusaha meniru semangat mereka dalam beragama Islam yang tak sekedar KTP.

Semoga kita dapat berjuang demi Islam sesuai kadar kemampuan kita masing-masing. Amin.

mohon maaf silap dan salah

moga benrmanfaat

Islahuddin Panggabean dan Muliadi Sirait

Remaja Masjid Pelopor Alam Sejahtera (REMAPAS)

Sie. Wisata Muhajirin Muda dan Bendahara Muhajirin Muda

Kitabatu at-tilmidz

Ishlah al-Medaniy

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar