Lika-liku perjuangan
Hijrah Nabi penuh intrik. Dimana kaum kafir tak rela Nabi sampai ke Madinah
dengan selamat. Sehingga dibentuk tim eksekutor untuk membunuh Baginda. Setelah
gagal menemukan di rumah (karena Ali bin Abi Tholib yang menggantikan beliau di
tempat tidur), tim eksekutor tak menyerah untuk mengejar baginda. Singkat
cerita, Baginda yang kala itu ditemani
oleh sahabat karibnya Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu bersembunyi di dalam gua
Tsur. Dengan pertolongan Allah, laba-laba membuat sarang sehingga tim eksekutor
mengira tiada orang di dalamnya. Tetapi tim eksekutor tetap berpatroli sehingga
Nabi dan sahabat terbaiknya itu bersembunyi di dalam gua hingga aman.
Selama di dalam gua,
kesetiaan sahabat Abu Bakar pun sungguh teruji. Di dalam gua tersebut ada
banyak lubang sarang binatang. Abu Bakar pun merobek bajunya dan menyumpal
lobang tersebut. Saat Nabi beristirahat tertidur di pahanya, Abu Bakar melihat
ada satu lobang belum tertutup. Maka ia jaga lobang dengan kakinya. Ternyata
itu adalah sarang kalajengking. Demi menjaga Nabi, ia tahan dengan kakinya.
Akibatnya, kakinya disengat kalajengking. Abu Bakar tak berteriak walau
kesakitan, ia tahan sakitnya karena tak mau Nabi terbangun dari tidurnya. Tapi
airmata menetes dari kelopak matanya dan jatuh di pipi Nabi. Maka Nabi pun
terbangun dan bertanya kpn ia menangis.
Nabi pun mengobati luka sahabatnya. Dengan izin Allah, melalui ludahnya
ia hapus luka Abu Bakar.
Sebagaimana diceritakan
dalam surah at-Taubah ayat 40, ketika berada dalam kondisi terancam nyawa
itulah Nabi mengucapkan pada Sahabatnya, “Laa Tahzan InnAllahu ma’ana”. Tepatnya
tatkala Abu Bakar Ash Shiddiq kepada Beliau ketika melihat kaki-kaki kaum
musyrik, “Jika sekiranya salah seorang di antara mereka melihat ke bawah
kakinya tentu ia akan melihat kita,” Maka Beliau menjawab, “Janganlah engkau
bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Dengan ucapan tersebut muncullah
ketenangan di benak Abu Bakar.
Ayat ini menunjukkan pentingnya
ketenangan dalam menghadapi masalah dan bahwa ia termasuk pelengkap nikmat
Allah kepada hamba-Nya terutama di saat-saat menegangkan. Ketenangan itu akan
diperoleh sesuai sejauh mana pengetahuan seorang hamba terhadap Tuhannya,
keyakinannya terhadap janji-Nya, dan sesuai keimanan dan keberanian yang ada
dalam dirinya.
Menghadapi
Masalah
Setiap orang memiliki
masalah dalam hidupnya, baik masalah pribadi, rumah tangga, keluarga dan
beragam macam lainnya. Siapapun ia. Prinsipnya, setiap jiwa memiliki masalah
masing-masing dan menghadapi masalah haruslah dengan tenang hati. Ada beberapa cara menenangkan Resep
menenangkan hati dalam Islam.
Pertama,
Berzikir pada Allah. Allah adalah sumber ketenangan. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28). Dengan
berdzikir, kita akan merasa bahwa masalah yang terjadi adalah atas
kehendak-Nya. Allah sedang menguji kita dengan masalah tersebut.
Kedua,
Sabar dan Sholat. Allah Ta’ala sebagai Pencipta Alam
Semesta sudah mengetahui dan karena itu juga telah mempersiapkan metode terbaik
dalam menghadapi setiap masalah, yakni dengan sabar dan shalat. Sebagaimana
tercantum dalam firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 153).
Jika Rasulullah diimpa
sebuah ketakutan, maka beliau akan segera melakukan shalat. Suatu waktu beliau
berkata kepada Bilal, “Ketenanganku ada pada shalat.” Aidh al-Qorniy dalam
kitabnya Laa Tahzan mengatakan , “Jika
hati terasa menyesak, masalah yang dihadapi terasa sangat rumit dan tiup
muslihat sangat banyak, maka bersegeralah datang ke tempat shalat, dan
shalatlah.” Beriringan dengan shalat, dalam menghadapi masalah kita juga harus
bersabar. Menurut Aid Al-Qarni sabar adalah kemampuan jiwa untuk senantiasa
berlapang dada, berkemauan keras, serta memiliki ketabahan yang besar dalam
menghadapi masalah kehidupan.
Ketiga,
Berpikiran positif. Positive thinking sangat membantu
untuk menenangkan hati yang sedang gelisah saat hadapi masalah. Jangan sampai
kita memiliki pikiran yang negatif tentang masalah yang sedang terjadi, apalagi
sampai menyalahkan atau menuduh bahwa Allah tidak bertindak adil terhadap diri
kita. Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Bahkan
Allah telah berjanji bahwa ada 2 kemudahan dalam setiap kesulitan “Karena
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6)
Keempat,
Berbagi dengan Orang yang mampu Beri Solusi. Terkadang dalam menghadapi masalah kehidupan,
manusia bisa berbagi kisah dengan orang-orang mampu memberi solusi terbaik
yakni orang yang dekat dengan Allah.
Seperti para ulama, ustadz, murobbi dan teman-teman yang sholih. Sebagaimana
yang dicontohkan oleh Nabi kepada Sahabatnya. Begitupula sebaliknya.
Masalah adalah sebuah keniscyaan.
Ketenangan adalah jalan menghadapinya. Ketenangan akan timbul tatkala kita
menyadari ada Allah yang lebih besar dari masalah yang dianggap besar. Laa
Tahzan, Innallaha ma’ana.
Wallahu’alam