Jumat, 14 April 2017

Sebaik-Baik Bentuk

Kala mentadabburi ayat ke-4 surah at-Tin, banyak ulama antara lain Imam al-Qurthubi dan Muhammad al-Amin bin Abdullah al-Uramy al-‘alawi al-Harari asy-Syafi’I menceritakan sebuah kisah Musa al-Hasyimiy. Berikut Kisahnya :


Isa memiliki istri yang sangat dicintainya. Pada malam bulan purnama, mereka keluar rumah, dan Isa berkata kepada istrinya, “Engkau tertalaq tiga jika tidak lebih ahsan (cantik) dari bulan purnama ini!” Istrinya terkejut dan menghindar dari suaminya, Isa bin Musa, seraya berkata, “Sungguh, engkau telah menceraikan aku.” Suaminya pun tidur dalam keadaan sangat sedih.


Pada keesokan harinya, Isa bin Musa pergi ke Khalifah al-Manshur, dan ia menceritakan kisahnya. Khalifah al-Manshur pun ikut bersedih, serta mengundang ulama-ulama fikih untuk dimintai pendapat. Semua sepakat untuk mengatakan bahwa Isa bin Musa telah menjatuhkan talaq kepada istrinya, kecuali satu orang yang bermahzab Hanafi yang diam. Nama ulama tersebut adalah Yahya bin Aktsam. Diamnya Yahya membuat Khalifah al-Manshur bertanya, “Kenapa engkau terdiam saja?” Yahya menjawab, “Talaq Isa bin Musa tidak jatuh, dan tidak pula melanggar sumpahnya.” Lalu ada orang yang berkata pada Yahya, “Engkau telah menyalahi pendapat para syaikhmu?!” Yahya menjawab, “Fatwa itu dengan ilmu, dan sungguh telah berfatwa Yang Lebih ‘Alim dari kita semua, yaitu Allah Subhanahu wa ta’ala. Dia berfirman : “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS At-Tin ayat 4). Wahai Amirul Mukminin! Manusia adalah makhluk paling baik, tidak ada yang lebih baik dari manusia.”


Mendengar penjelasan Yahya bin Aktsam, Khalifah al-Manshur berkata kepada Isa bin Musa, “Perkara ini sebagaimana dijelaskan oleh Yahya bin Aktsam.” Akhirnya talaq tidak jatuh. Khalifah memerintahkan Isa bin Musa untuk kembali kepada istrinya dan mengirim surat kepadanya dengan perintah menaati suami dan tidak memaksiatinya, serta menjelaskan bahwa suaminya tidak menceraikannya..


Di akhir kisah Imam al-Qurthubi menegaskan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang terbaik secara zahir dan batin, bentuk yang indah dan susunan organ yang  menakjubkan….


Subhanallah..


Begitulah Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya. Namun, Allah mengingatkan bahwa manusia memiliki peluang juga untuk dicampakkan ke tempat yang serendah-rendahnya.


Manusia bisa tercampakkan ke neraka bila tiada iman dan amal sholih. Selain itu, Sebagian Manusia akan tua renta, sehingga tak mampu lagi beramal maksimal dan menjadi pikun.  Namun, jika ia beriman dan beramal sholih di waktu muda dan sehatnya, Allah akan memberinya pahala nan tiada putus-putusnya. Sesuai asbabun Nuzul ayat5-6 diriwayatkan bahwa ada beberapa orang sholih yang sampai usia lanjut dan renta dan tak bisa beramal maksimal, lalu Nabi pun berkomentar bahwa mereka ada pahala amalan yang telah dikerjakan dahulu dan Nabi membacakan ayatnya...


“Apabila seorang hamba sakit atau musafir, maka Allah menuliskan pahala amal sebagaimana dia sehat dan muqim” (al-Hadist) Uzur, renta dan pikun adalah penyakit. Jadi masuk ke dalam hadits ini.


Ibnu Abbas kala mentadabburi ayat 6 surah at-Tin mengatakan bahwa apabila seorang hamba telah menua dan lemah untuk beramal, maka dituliskan buatnya pahala seperti amalan pada masa mudanya..


Selain itu, ada poin penafsiran lain yang sangat indah, bahwa ayat 6 juga dapat ditarik tafsiran tentang kesempurnaan penciptaan lalu Allah kembalikan mereka pada kondisi pikun, kecuali yang beriman dan beramal sholih dan amalan pokoknya ialah membaca dan menghafal Al-quran.


Ibnu Abbas berkata, “Siapa yang membaca Al-quran maka tidak akan dikembalikan pada kondisi pikun.” Dalam riwayat lain, “Siapa yang menghafal Alquran..”


Karena itu, dengan kesemuanya itu, mulai dari Sumpah Allah dengan Tin, Zaitun, Sinai dan Mekkah, juga tentang penciptaan Allah yang terbaik dan Mampunya Allah mengembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya. Maka apa lagi yang menyebabkan manusia mendustai Hari Kiamat.


Apa lagi yang sebabkan kita enggan untuk taat? Astaghfirullah...


Dianjurkan di setiap akhir pembacaan surah at-Tin membaca “Bala, wa ana ‘ala dzalika minasy syahidin”


Benar, aku menjadi saksi terhadap KeMaha Bijaksanaan Mu ya Allah....


Allahu Akbar!
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar