Jumat, 17 Februari 2017

Muhasabah Diri

Orang beriman diingatkan agar selalu bertaqwa yakni pemeliharaan hubungan dengan Allah. Keikhlasan , tawakkal, ridho, syukur dan sabar, istiqomah beribadah, kesemuanya didapat karena adanya taqwa. Dengan taqwa itulah, iman terus dipupuk. Kemudian orang beriman mesti merenungkan , bertafakkur dan tadzakkur bahwa dunia ini tak akan lama, hidup tak akan berkahir di dunia ini saja. Bahwa dunia ini hanya semata-mata masa untuk menanam benih, sedangkan hasilnya diperoleh di akhirat...

Orang mukmin mesti mendawamkan untuk mengevaluasi amal harian (mutaba’ah) , menghisab amal sholih apa yang menjadi bekal akhirat.

Dahulu pun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun mengevaluasi amal sahabatnya.

Dari hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Al Bukhari

Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Siapa di antara kalian yang hari ini berpuasa?”

Abu Bakar radhiyallahu ‘anh menjawab, “Saya.”

Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Siapa di antara kalian yang hari ini menziarahi orang mati.”

Abu Bakar radhiyallahu ‘anh menjawab, “Saya.”

Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Siapa di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?”

Abu Bakar radhiyallahu ‘anh menjawab, “Saya.”

Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?”

Abu Bakar radhiyallahu ‘anh menjawab, “Saya.”

Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak berkumpul hal-hal ini di dalam diri seseorang kecuali dia akan masuk surga.”


Begitulah bagaimana Rasulullah mengevaluasi mutarobbinya. Secara pribadi, masing-masing para sahabat pun senantiasa mengevalusi amalan mereka. Mereka pun bersemangat mencari bekal akhirat.

Menurut suatu riwayat, dari al-Mundzir bin Jurair, dari ayahnya, dia berkata; "Saat kami duduk bersama di hadapan Rasulullah pada suatu tengah hari datanglah kepada beliau suatu kaum, tidak beralas kaki, tidak berpakaian, hanya berikat pinggang dan menyandang pedang. Umumnya dari Mudhar, bahkan semua dari Mudhar. Maka berubahlah muka Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam me¬lihat kemiskinan mereka itu. Lalu beliau masuk ke dalam rumahnya, kemudian beliau keluar pula. Lalu beliau perintahkan Bilal supaya azan dan beliau pun mengimami sholat. Sehabis sholat beliau berdiri dan ber¬pidato.

Di antara ucapan beliau; "Yaa ayyuhan naasut taquu rabbakumul ladzii khalaqakum min nafsin waahidatin… kemudian itu beliau baca pula ayat dalam Surat al-Hasyr (yaitu ayat 18); Wal tanzhur nafsun maa qaddamat li ghadin" Lalu berkata selanjutnya; "Bersedekahlah seorang lelaki dari dinarnya, dari dirhamnya, dari kain, dari segantang gandumnya, dari segantang korma¬nya. Bersedekahlah, walaupun sekeping pecahan buah korma!"

Setelah mendengar pidato Rasulullah itu tampillah ke muka seorang dari kaum Anshar membawa sebuah pundi-pundi penuh dengan isi yang berat, sampai lemah telapak tangannya karena beratnya; pundi-pundi itu langsung diserahkannya kepada Nabi. Kemudian tampil pula yang lain dan tampil pula berturut-turut, semuanya memberikan pemberiannya dan terlonggok teronggok di hadapan Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, ada makanan, ada pakaian, sehingga aku lihat wajah beliau berseri seakan-akan disepuh emas layaknya, lalu beliau bersabda pula;

"Barangsiapa yang menempuhkan dalam Islam suatu jalan yang baik, niscaya untuknya pahalanya dan pahala orang yang turut mengamalkannya sesudahnya; dengan tidak akan mengurangi pahalanya yang telah disediakan buat dia itu sedikit pun. Dan barangsiapa yang menempuhkan dalam Islam suatu jalan yang buruk, maka dia akan ditimpa oleh dosanya dan dosa orang-¬orang yang menuruti jejaknya itu, dengan tidak pula mengurangi ganjaran dosa buat dia itu sedikit pun." (Hadis ini dirawikan pula oleh Muslim)

Maka dari sebab anjuran Rasulullah itu timbullah keinsafan lantaran adanya Iman dan adanya Takwa dalam hati sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. ketika itu, sehingga terkumpullah bantuan untuk orang-orang kabilah Mudhar yang melarat datang menyerahkan diri dan bersedia memeluk Islam, ke dalam kota Madinah itu, berpindah daripada hidup mengelana ke dalam kehidupan kota yang beradab.

Subhanallah..

Apapun amal sholih kita pasti dilihat Allah. Allah Maha Tahu apa yang kita kerjakan, maka beramallah…

Teruslah mengingati-Nya, menjalin hubungan dengan-Nya. Bila lupa mengingat Allah atau dzikir, maka kita pun bisa lupa untuk membawa bekalan buat akhirat, bisa lupa untuk menyelamatkan diri sendiri di akhirat nanti..

Karena itu, mari kuatkan iman pada hari akhirat, sebab kuatnya iman kepada hari akhirat atau tingkat kepercayaan akan datangnya hari kemudian, membuat perbedaan. Orang yang tak percaya akhirat dan yang beriman tentu memiliki perbedaan. Beda sifat, beda tabiat, beda fokus dan tujuannya, beda pandangan atas tiap persoalan, serta berbeda pulalah tempat kembalinya (surga atau neraka)...

Dan salah satu jalan untuk memperbaiki diri dan terus berada di jalan kebaikan ialah kedekatan dengan al-Quran. Memikirkan keagungannya, merenungkan (mentadabburi) ayat-ayatnya dan berpegang padanya. Karena sebab mereka yang lupa, fasik, dan menuju kehancuran ialah sikap mereka yang mengabaikan al-Quran.

Dalam surah al-Hasyr ayat 21 telah digambarkan bahwa bila gunung saja dibacakan al-Quran, niscaya gunung akan tunduk, terpecah belah , maka manusia lebih pantas untuk tunduk dan lunak hati mengingat Allah dan dekat dengan al-Quran..

Teringatlah kita bagaimana Umar bin Khattab yang tadinya ingin membunuh Nabi, namun ketika terdengar dan terenung olehnya ayat-ayat al-Quran maka ia berbalik menjadi beriman dan membela Nabi dengan nyawanya.

Bagaimana seorang salaf dulunya seorang pemuda nakal, memanjat dinding dan mengintip seorang wanita cantik, tetapi saat ia tertegun melihat moleknya tubuh wanita tersebut, ia mendengar bacaan ayat Quran yang keluar dari wanita tersebut (yakni ayat 16 surah Al-Hadid) . terketuk hati salaf tsb merenungkan ayat tsb dan akhirnya ia pun bertaubat dan menjadi ulama, ahli sufi nan zuhud di zamannya.

Subhanallah..

Ternyata, bila sesaat saja kita benar-benar mentadabburi, tunduk merenungkan ayat Quran. Insya Allah perubahan akan datang, perbaikan akan kita tapaki...

Semoga Allah menjadikan kita insan yang hoby evaluasi mutaba’ah, ikhlas karena Allah ..
Semoga kita lebih dekat dengan al-Quran
Aamiin..
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar