Sabtu, 18 Februari 2017

Disloyal pada Kafir

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah mengutus Ali, Az-Zubair, dan al-Miqdad bin al-Aswad, dengan bersabda: “Pergilah kalian ke kebun Khaikh. Di sana kalian akan bertemu dengan seorang wanita yang membawa surat. Ambillah surat itu darinya dan bawalah kepadaku.” Berangkatlah mereka bertiga hingga sampai ke tempat yang ditunjukkan oleh Rasulullah. Di sana mereka bertemu dengan seorang wanita yang naik unta. Berkatalah mereka: “Berikan surat itu kepada kami.” Ia menjawab: “Saya tidak membawa surat.” Mereka berkata: “Sekiranya engkau tidak menyerahkannya, kami akan menelanjangi engkau.” Dengan susah payah ia pun mengeluarkan surat itu dari sanggul kepalanya.

Kemudian mereka membawa surat itu kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Setelah diperiksa, ternyata surat itu dari seorang sahabat yang bernama Hathib bin Abi Balta’ah yang ditujukan kepada orang musyrikin di Mekkah, yang isinya memberitahukan kepada mereka beberapa perintah Nabi. Akhirnya Hathib bin Abi Balta’ah dipanggil oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Setelah berada di hadapan Rasulullah, beliau bertanya kepada Hathib : “Apakah ini, wahai Hathib?”, sambil memperlihatkan surat. Hathib menjawab dengan ketakutan, “Janganlah tergesa-gesa (menghukum aku), ya Rasulullah. Aku mempunyai teman dari golongan Quraisy, akan tetapi aku sendiri tidak termasuk golongan mereka. Shahabat-shahabat kaum Muhajirin yang ada sekarang, banyak yang mempunyai kerabat yang bisa mempunyai kerabat seperti mereka. Karenanya aku membuat budi kepada mereka supaya mereka menjaga keluargaku yang lemah dan harta bendaku. Aku berbuat demikian bukan karena kufur atau murtad dari agama dan bukan pula karena rida atas kekufuran mereka.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda : “Ia mengatakan yang sebenarnya.”

Ayat 1-4 surah al-Mumtahanah turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang melarang kaum Mukmini memberikan loyalitas penuh cinta pada kaum kafir


Orang beriman tidak mungkin menjadikan musuh Islam sebagai teman setia yang digauli berdasar cinta. Yang kemudian dibocorkan rahasia-rahasia pada mereka. Karena orang beriman hidupnya Lillah, mana mungkin insan beriman mengkhianati-Nya. Lucu bila berkasih sayang, setia, loyal pada orang yang menyekutukan-Nya atau memusuhi agama-Nya. manusia beriman tentu memiliki sifat Baro’..

Wallahu"alam
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar