Minggu, 25 Desember 2016

Setan, Sejahat-jahat Teman

Qs az-Zukhruf : 36-45


Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (di hari kiamat) dia berkata: "Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara masyriq dan maghrib, maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia)". (Qs Az-Zukhruf : 38)

Setiap orang yang berpaling dari ajaran Allah akan ditemani setan. Beberapa ayat menunjukkan pula bahwa setan telah dipersiapkan untuk menjadi teman bagi orang orang kafir (QS 11: 83, QS 7 : 202). Padahal, Al-Quran menegaskan bahwa janganlah menjadikan setansebagai teman atau obyek sesembahan. (Qs 36: 60), karena Setan adalah teman yang paling jahat (QS 43 :38).




Ibnu Hatim menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan menyembah setan adalah menaatinya padahal setan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang diharamkan-Nya. Pada ayat lain di tegaskan lagi bahwa barangsiapa mengambil setan menjadi temannya, maka setan adalah teman yang seburuk-buruknya. (Qs 4: 38). Alasannya, setan telah menyesatkan manusia melalui rayuan-rayuan manisnya. Setan itu adalah musuh yang nyata sehingga harus dijadikan musuh, dan jangan dijadikan teman (QS 35: 6).

Orang-orang kafir yang disesatkan oleh teman-temannya dari kalangan setan mengira berada dalam petunjuk. Mereka mengira kesesatan yang mereka jalani sebagai petunjuk (QS 43:37). Itu terjadi karena pandangan hati mereka tertutup dari cahaya kebenaran. Hati mereka buta. Karena kekeliruan penilaian itulah, mereka disebut orang yang paling rugi. Itu sebabnya, di akhirat kelak mereka mengkhayal seandainya sewaktu di dunia dijauhkan sejauh-jauhnya dari setan. Mereka sangat menyesal jadikan setan sebagai teman. Namun sesal di akhirat tak berarti apa apa.  Allah putuskan mereka bersama teman mereka,setan di neraka.

Karena itu, selagi di dunia mari kita berpegang pada Quran dan Sunnah. Mempelajari Islam dan membaca dan memahami Siroh. Karena itulah dua pegangan yang tak akan menyesatkan. Al-Quran ialah kemuliaan, keagungan, kewibawaan bagi siapa yang mengikuti dan mengamalkan kandungannya.

Membaca Quran dan Sunnah, mentadabburinya , memahami dan mengamalkan , - juga mencintai, bersahabat dan mendekat dengan pengamalnya - serta mendakwahkan ialah tugas manusia. Kewajiban menyampaikan ialah milik manusia sedang memberi hidayah ialah hak Allah semata.

Thalhah kala itu diutus Quraisy untuk mendekati Abu Bakar agar pergi dari Islam. Thalhah mendekati Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar bertanya : “Kepada ajaran manakah akan engkau ajak aku ini?”

Thalhah menjawab, “Aku mengajak untuk menyembah Al-Lata dan al-Uzza itu?”

Abu Bakar bertanya, “Siapakah al-Lata dan al-Uzza itu?”

Ia menjawab, “al-Lata ialah tuhan kami, sedang al-Uzza adalah putri Allah.”

Abu Bakar berkata, “Siapakah Ibunya?”

Thalhah terdiam. Akhirnya Thalhah pun masuk Islam.

Subhanallah

Begitulah salah satu contoh orang yang menangkap pengajaran dari Allah. Beliau menangkap hidayah yang menyapa. Tidak memalingkan diri daripadanya. Begitu kiralah yang kita harapkan pada diri kita.

Saat pengajaran atau hidayah dari Allah tiba, kita sambut dengan segera. Sebagai misal, kala terketuk hati untuk memakai hijab bagi wanita, ia pun segera memakainya. Saat tiba rasa bersalah atas kemaksiatan, ia pun segera memutuskan berhenti. Untuk ngaji, ia menanti. Bukan malah berujar, “nanti”. Dan berbagai contoh lain.

Namun bila berpaling, maka diri pun pangling. Bila tidak berteman pada kebaikan dan perbaikan , otomatis akan bersahabat dengan ketersiaan ataupun keburukan.

Semoga Allah membantu kita untuk taat pada-Nya. Berpegang teguh pada al-Quran dan Sunnah.

Aamiin

Wallahu’alam

Akh Ishlah al-Medaniy

1 komentar: