Sabtu, 24 Desember 2016

Apa Standardmu??

One Day One 'Ain
Qs Az-Zukhruf : 26-35

Dan sekiranya bukan karena menghindarkan manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada (Allah) Yang Maha Pengasih loteng-loteng rumah mereka dari perak, demikian pula tangga-tangga (perak) yang mereka naiki,

 Dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan (begitu pula) dipan-dipan tempat mereka bersandar,

Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas. Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, sedangkan kehidupan akhirat di sisi Tuhanmu disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

(QS AZ-Zukhruf : 33-35)

Walid bin al-Mughirah dari kota Mekkah serta Mas’ud bin ‘Amr ats-Tsaqafi dari kota Thaif menurut kaum kafir lebih mulia dari Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga mestinya merekalah yang pantas menjadi Nabi. Padahal Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, Allah takdirkan sebagai orang tinggi dan mulia dari segi manapun baik dari nasab sampai kemuliaan akhlak beliau hingga beliau satu-satunya dijuluki al-Amin di tengah-tengah masyarakat meski belum diutus menjadi Nabi dan Rasul.

Nabi bersabda :
“Sesungguhnya pada hari penciptaan para makhluk, Allah telah menjadikanku yang terbaik di antara mereka. Ketika mengelompokkan mereka, Allah mengelompokkan diriku ke dalam golongan yang terbaik. Ketika menciptakan kabilah-kabilah, Allah menempatkanku di kabilah terbaik. Lalu ketika menciptakan keluarga-keluarga, Allah menempatkanku di sebuah keluarga yang terbaik. Maka sesungguhnya aku adalah makhluk yang paling baik nasab dan keluarganya di antara para makhluk tersebut.”

Subhanallah..

Lantas, mengapa mereka berpandangan seperti itu? Ya, kalau memang dasarnya tidak mau beriman, pasti punya seribu alasan.

Mereka mengatakan demikian karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tidak memiliki harta dan kekayaan berlimpah (layaknya mereka berdua), sedangkan kebanggaan menurut mereka hanya diukur dengan materi duniawi saja. Standar kemuliaan mereka ialah harta dan kekayaan duniawi.

Padahal tidaklah layak manusia itu menentukan bahwa kenabian itu diberikan kepada siapa. Allah Lebih Mengetahui siapa yang pantas mengemban risalah-Nya. Allah lebih tahu standar yang benar dan siapa yang lebih layak.

Bisa saja Allah memberikan dunia kepada orang yang Dia sukai ataupun orang yang tidak Dia sukai. Namun, hidayah ,kenikmatan beragama, semangat berIslam apalagi kenikmatan penerus risalah ataupun dakwah hanya Allah khususkan bagi hamba yang layak mendapatinya.

Allah melebihkan sebagian orang daripada sebagian yang lain. Ada yang berilmu, ada yang mesti perlu belajar lagi, ada yang kaya , ada yang miskin, ada yang kuat dan lemah, ada penguasa, pemuka ataupun hanya rakyat jelata. Sehingga satu sama lain saling mempengaruhi dalam kehidupan dan agar kehidupan terus berjalan.

Dan rahmat Allah berupa taufik dan hidayah-Nya untuk taat dan ilmu yang bermanfaat serta amal sholih jauh lebih utama dibanding harta dan perhiasan dunia yang akan hancur dan lenyap yang dikumpulkan manusia.

Dunia ibarat sayap nyamuk bagi Allah. Dunia hanya tetesan yang tertinggal di tangan dibanding samudera nikmat akhirat yang disediakan bagi insan beriman.

Bahkan dalam ayat 33-35 surah Az-Zukhruf disebutkan, bisa saja Allah jadikan rumah orang-orang kafir itu beratapkan perak, tangga-tangga mereka juga perak, begitu pula dengan perak, ada juga dipan buat bersandar, dan zukhruf (perhiasan dari emas) dsb. Karena nilai dunia di sisi Allah sangat remeh dan hina.

Namun, agar menghindari orang yang lemah imannya dan bodoh (kurang berilmu) goyah, tertipu oleh penampilan dan perhiasan kaum kafirin itu, maka Allah tidak memberikan keistimewaan tersebut kepada kaum kafirin itu.

Kalau direnungkan, sedangkan saat ini saja, sebagian kaum muslimin saja sudah terpedaya dengan keadaan kaum kafirin apatah lagi bila Allah jadikan demikian pada rumah kaum kafirin. Sekarang saja, sudah banyak yang mulai terjangkit budaya-budaya kaum kafirin dan mulai lupa nilai Islam bahkan mungkin ia ingat, tahu aturan Islam namun ia tinggalkan demi mengikuti ‘manhaj’ kaum kafir. Na’udzubillah. Sedangkan sekarang saja sudah banyak yang ‘menyamakan’, menganggap sama ucapan ulama dengan artis, Fatwa Majelis Ulama tak dihirau, seolah dikalahkan dengan ‘fatwa’ pemilik harta dsb.

Subhanallah...

Semoga Allah berikan hidayah-Nya kepada kita. Merasakan kemanisan Iman dalam kehidupan. Allah kuatkan Iman kami shingga tidak tertipu dengan dunia ini.

Aamiin

Wallahu’alam

Akh Ishlah al-Medaniy
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar