Senin, 04 Juli 2016

Pernak Pernik Idul Fitri



Oleh : Islahuddin Panggabean, S.Pd
Sekretaris Ansyitoh Ramadhan PKS Medan Perjuangan

Id secara bahasa berasal dari kata aada – ya’uudu,  yang artinya kembali. Hari raya disebut ‘id karena hari raya terjadi secara berulang-ulang, dimeriahkan setiap tahun, pada waktu yang sama. Ibnul A’rabi dalam Lisanul Arab mengatakan, “Hari raya dinamakan id karena berulang setiap tahun dengan kegembiraan yang baru.” Ada juga yang mengatakan, kata id merupakan turunan kata Al-Adah yang artinya kebiasaan. Karena masyarakat telah menjadikan kegiatan ini menyatu dengan kebiasaan dan adat mereka. 

Sedangkan kata fitri berasal dari kata afthara – yufthiru yang artinya berbuka atau tidak lagi berpuasa. Disebut idul fitri, karena hari raya ini dimeriahkan bersamaan dengan keadaan kaum muslimin yang tidak lagi berpuasa ramadhan. Kesalahan yang sudah melekat di masyarakat ialah menyamakan antara idul fitri dengan idul ‘fitrah’, karena makna dasar idul Fitri ialah kembali makan, tidak lagi berpuasa. Meskipun idul fitri bisa dikaitkan dengan ‘fitrah’ dengan menyandarkan pada sabda Nabi, “Sesungguhnya Allah mewajibkan atas kalian puasa Ramadhan dan aku mensunnahkan qiyam di malam harinya, maka barangsiapa yang berpuasa dan melakukan qiyam karena mengharap ridha dari Allah maka keluarlah dosanya (suci) sebagaimana seperti saat ia baru dilahirkan dari kandungan ibunya”. Artinya, jika be-Ramadhan dengan berkualitas maka manusia seperti bayi tanpa berdosa. 

Sejarah awal dimana Idul Fitri itu disyariatkan yakni ketika Rasulullah saw melihat penduduk Madinah merayakan Nairuz dan Mahrajan. Kaum Arab Jahiliyah menggelar kedua hari raya itu dengan menggelar pesta pora. Selain menari-nari, baik tarian perang maupun ketangkasan, mereka juga bernyanyi dan menyantap hidangan lezat serta minuman memabukkan. Nairuz dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno. Maka, setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan pada 2 Hijriyah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda, ‘’Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.”

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan idul Fitri dalam sejarah Ummat Islam adalah Pertama, Rukyat Hilal. Pada akhir bulan Ramadhan, Rasulullah saw dan para sahabat keluar untuk melakukan proses rukyat yakni melihat kedatang hilal. Nabi bersabda, "Berpuasalah jika kalian melihat (hilal) bulan dan berbukalah (hari raya) jika melihatnya pula.” Kedua, Semarakkan Masjid dengan Takbiran. Firman Allah SWT, Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS.  Al Baqarah: 185).

Ketiga, Pergi pada Pagi Hari ke tempat Sholat ‘Id. Dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwasanya ia ketika pergi pada pagi hari ke tempat shalat pada hari Ied ia bertakbir dan menyaringkan suaranya. (HR. Muslim). Pada masa Nabi sholat Id dilakukan di tanah lapang sebagai Syiar atas agama Allah. Bahkan wanita yang haid pun turut ikut bersama meski tidak sholat. Dari Ummi 'Athiyah, dia berkata: kita diperintahkan oleh Nabi untuk mengajak para gadis dan perempuan yang sedang haidl keluar/pergi ke mushalla (tempat Shalat) pada hari raya, agar mereka menyaksikan hal-hal yang baik dan do’a kaum muslimin. (HR. Bukhari dan Muslim)

Keempat, Makan Dahulu sebelum Sholat ‘Id. Rasulullah sebelum pergi pada hari raya Idul Fitri sehingga beliau makan beberapa kurma.(HR. Bukhori). Berbeda dengan Idhul Adha dianjurkan untuk tidak makan melainkan setelah selesai sholat Idul Adha. 

Kelima, Beda Rute Pergi dan Pulang. Apabila Rasulullah pergi shalat hari Raya beliau pulang tidak melalui jalan semula (HR. Muslim, Ahmad, at-Tirmidzi). Salah satu hikmahnya untuk syiar dan juga agar dapat bersilaturahim dengan kaum muslimin yang lain. 

Keenam, Menerangi Masjid. Pada Masa Nabi, Masjid diterangi oleh sabut pohon Tamar. Kemudian dilanjutkan oleh Umar bin Khattab yakni menerangi Masjid dengan pelita-pelita. Selama Ramadhan dan Idul Fitri masjid-masjid terang benderang. Sehingga Ali bin Abi Thalib pun mendoakan Umar. “Semoga Allah menerangi Umar dalam kuburnya karena dia telah menerangi masjid-masjid kita.”  

Ketujuh, Berzakat. Sebagaimana dimaklumi bahwa kewajiban zakat harus ditunaikan sebelum Khutbah Idul Fitri. Zakat fitri merupakan penyempurna dari puasa Ramadhan. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw mewajibkan zakat fitri untuk menjadi pembersih bagi orang yang berpuasa dari segala perbuatan yang sia-sia dan kotor serta untuk berbagi dengan kalangan fakir miskin. (HR Abu Daud).

Kedelapan, Bermalam di Masjid. Banyak sahabat yang suka bermalam di masjid pada malam takbiran. Abdullah bin Umar, Salman al-Farisi, Abu Hurairah dkk. Bermalam di masjid kemudian pagi harinya sarapan bareng dan kemudian berangkat ke tempat sholat bersama-sama diiringi dengan takbir. 

Kesembilan, Saling mendoakan. Yakni ucapan “Taqabbalallahu minna wa minkum” sebagaimana yang diucapkan Nabi dalam Khutbahnya sehingga diikuti oleh para sahabat saat berjumpa dengan saudaranya yang lain. Adapun jawaban doa tersebut ialah “Minna wa minkum taqabbal yaa Karim”. Maupun ucapan “Ja’alalallahu minal ‘aidin wal faizin wal aminin” “Semoga Allah menjadikan kami termasuk orang yang kembali dan beruntung dan aman” yang diucapkan oleh para Khulafaurrasyidin dalam khutbah Id.

Kesepuluh, Membagi Hadiah, Pemberian dan Sedekah. Para Khalifah Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah memanfaatkan momentum Idul Fitri untuk memberikan hadiah, pemberian dan sedekah. Selain Idul Fitri, mereka juga memberi hadiah pada momen hari besar lain seperti Idul Adha, Maulid Nabi,  awal Hijriah dsb. 

Kesebelas, Menghias Kota. Pada masa Abbasiyah, seluruh penjuru kota dihiasi lampu hias, seluruh kota bermandikan cahaya pada malam hari, suara orang bertakbir bersahutan, sungai Tigris di kota Baghdad dipenuhi perahu-perahu yang dihiasi dengan indah. Kota Baghdad terlihat gemerlapan menyemarakkan hari raya.  Keduabelas, Karnaval Keliling Kota. Penguasa pada Masa Abbasiyah, ba’da Sholat Id melakukan karnaval keliling kota menyapa masyarakat. 

Ketigabelas. Bermain dan Bergembira. Pada masa Rasulullah saw, para sahabat juga merayakan Idul Fitri dengan bermain dan bergembira. Salah satu contohnya ialah permainan perang-perangan yang dilakukan di Masjid Nabawi yang dilakukan oleh orang-orang Habasyah. Diriwayatkan bahwa Nabi dan istrinya Aisyah turut serta menonton pertunjukan tersebut. Begitujuga dengan kegembiraan berupa menabuh gendering, bernyanyi dan sebagainya. 

Keempatbelas, Istilah Lebaran dan Ketupat. Dalam memaknai Idul Fitri, masyarakat Muslim di Jawa umumnya Indonesia mempunyai caranya sendiri dengan menyebutnya sebagai lebaran. Dan dalam lebaran ini ada makna lain, yaitu leburan, luberan dan laburan. Lebaran mempunyai  arti lepas, bebas, sudah, selesai atau habis. Lebaran dimaknai sebagai selesai atau sudah, yaitu sudah dan selesai menggembleng diri dan mengendalikan diri melalui puasa.

Leburan berarti luluh, lebur, atau diampuni (berkaitan dengan salah dan dosa), meluluhkan segala kesalahan dengan saling memaafkan dan membangun silaturahmi baru yang lebih baik dengan sesama ciptaan. Luberan berarti luapan (meluap), meluapkan rezeki  dengan membagikan zakat bagi warga masyarakat yang kekurangan. Idul Fitri dirayakan dengan semangat berbagi, sharing dalam kehidupan. dan laburan berarti melapisi dengan kapur (dinding rumah pada masa lalu biasanya dilabur, dicat dengan kapur putih) dimaknai sebagai membangun lembaran baru yang lebih bersih dan lebih 'putih'. Kupat dan Janur

Ada pula hidangan yang tidak pernah absen adalah ketupat. Konon tradisi ini muncul sejak zaman walisongo dan diperkenalkan oleh  Sunan Kalijogo. Dalam bahasa Jawa ketupan disebut sebagai kupat. Satu makanan sederhana dari beras yang dimasak dengan dibungkus daun kelapa muda (janur) yang masih berwarna kuning dengan cara dijalin atau dianyam.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijiriah. Taqabbalallahu minna wa minkum. Ja’alalallahu minal ‘aidin wal faizin. Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Wallahua’lam.

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar