Jumat, 08 Juli 2016

Karakteristik Wanita Buruk



Wanita merupakan perhiasan terindah dari dunia. Wanita yang dimaksud tentunya ialah wanita sholihah. Namun, patut pula disadari bahwa kebanyakan dari golongan wanita juga menjadi penghuni neraka. Berdasarkan Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw bersabda, “Aku melihat ke dalam surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.”

Oleh karena itu, kembali ke masing-masing pribadi, hendaknya tiap muslimah menghilangkan sifat-sifat buruk yang berpotensi timbul dari dirinya.  Ada beberapa sifat atau karakteristik wanita yang buruk yang mesti dijauhi antara lain, Pertama al-Mutabarrijat (Perempuan yang gemar bertabarruj). Tabarruj adalah mempertontonkan kemolekan dan kecantikan kepada siapa saja termasuk non mahram. Wanita yang suka bersolek dengan perhiasannya dan keluar rumah dengan dandanan termasuk wewangian sesungguhnya telah menjadi tentara iblis untuk membuat kerusakan maupun fitnah dan kekejian di tengah manusia.

Sangat menyedihkan melihat wanita yang mempertontonkan aurat ataupun kecantikan fisiknya di depan khalayak seolah menjajakannya kepada siapa yang ingin menikmatinya. Kondisi miris yang kerap dijumpai di zaman ini adalah kecantikan fisik wanita menjadi komoditas murah sebagai alat jual produk di pasaran. Belum lagi saat ini banyak media sosial yang sering dijadikan ajang narsis yang kerap melupakan aspek terbukanya aurat maupun kehormatan diri sebagai muslimah. Ancaman bagi pelaku tabarruj, berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok yang keras hingga tak dapat mencium baunya surga sering dilupakan kebanyakan wanita.

Muslimah yang masih sendiri maupun yang sudah bersuami mesti memperhatikan hal ini. Rasulullah mengingatkan fitnah paling besar yang paling ditakutkan  atas kaum lelaki adalah fitnah wanita. Tentunya muslimah sejati menghindarkan diri menjadi sumber keburukan.

Kedua, al-Mutakhoyyilat. Berasal dari kata ‘khuyala’ yaitu kesombongan. Sebagaimana hadist Nabi “Dan sejelek-jelek istri kalian adalah wanita yang suka bertabarruj dan sombong, mereka itu adalah wanita-wanita munafik, mereka tidak akan masuk surga kecuali seperti ghurob al-a’shom (sejenis burung gagak yang sangat langka).” (HR Baihaqi). Ada keterkaitan antara tabarruj dan kesombongan.

Wanita yang gemar berdandan,  memakai wewangian maupun tampil cantik ke luar rumah tentulah ia tidak keluar dengan rasa tawadhu kepada Allah. Bahkan ia keluar dengan perasaan tinggi, sombong dan ujub terhadap dirinya. Wanita yang santun dan penuh rasa malu tentu tidak akan berlaku demikian. Menurut Raghib al-Asfahani sombong adalah keadaan seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri,  memandang dirinya lebih besar dari pada orang lain.

Sikap sombong merembes pada meremehkan dan tidak peduli pada nilai-nilai syariat. Seolah lupa ia tidak menganggap hari dimana akan berjumpa dengan Allah dan dihisab atas perbuatannya. Ia lebih memilih kehendak syahwat dan keinginan belaka tanpa memperdulikan tuntunan agama. Sebagai contoh seperti wanita yang menyambung rambut, bertato ataupun bergaya seperti lelaki dsb. Padahal Islam melarang demikian. “Nabi saw melaknat wanita-wanita yang menyambung rambutnya dan diminta disambung rambutnya, wanita yang bertato dan minta ditato.” (HR Bukhori Muslim). Rasulullah saw melaknat laki-laki menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.”

Ketiga, al-Mukhtali’aat, wanita yang meminta cerai (khulu’).  Nabi bersabda, “al-Mukhtali’aat (istri yang meminta cerai) adalah orang munafik.” (HR Ahmad, an-Nasai dan at-Tirmidzi). Khulu’ maknanya melepas pakaian. Lalu digunakan untuk istilah wanita yang meminta kepada suaminya untuk melepas dirinya dari ikatan pernikahan yang dijelaskan Allah sebagai pakaian. Allah SWT berfirman, “Mereka itu adalah pakaian dan kamu pun pakaian bagi mereka.” (Al-Baqarah : 187)

Fenomena yang terjadi bahwa tingkat perceraian punya trend yang semakin meningkat. Jumlah angka perceraian di Pengadilan Agama bagaikan deret ukur. Semakin modern kehidupan (baca: sekuler) maka angka perceraian bertambah drastis. Sekarang, justru menjadi sebuah kecenderungan baru dimana istri meminta cerai dari suaminya atau khulu’.

Misalnya ada seorang istri yang tiba-tiba meminta cerai setelah lama berumah tangga, bahkan sudah dikaruniai anak. Ada pula saat suaminya terkena PHK. Ada juga dengan alasan karena kehabisan feeling atau habis rasa cinta. Apalagi wanita yang telah memiliki penghasilan sendiri dan merasa lebih tinggi, sulit untuk menghormati suami. Justru yang sering meremehkan bahkan membanding-bandingkan dengan lelaki lain.

Padahal meminta cerai sebagai keputusan yang diperbolehkan jika benar-benar tidak ada solusi. Ketika wanita dirugikan dari berbagai segi oleh suaminya. Dan dasarnya sifat munafik ini muncul dari dalam diri yang lebih mementingkan kehidupan dunia tanpa memperhatikan kehidupan akhirat. Mengejar kehidupan fana yang menyesatkan mereka. Sehingga hilanglah rasa syukur terhadap apa yang ada suami.

Dalam sebuah hadist, Para sahabat bertanya (ketika tahu kebanyakan penghuni neraka banyak wanita) : “Mengapa (demikian wahai Rasulullah?”. Baginda saw menjawab, “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Baginda menjawab : “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudia dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak disukai) niscaya dia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.”

Dalam hadist lain, Nabi saw memberikan nasehat kepada para wanita , “Bersedekahlah kamu sekalian ! Sesungguhnya kebanyakan kamu adalah menjadi kayu neraka Jahannam”. Seorang wanita yang duduk di antara mereka bertanya, “Kenapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena kamu sekalian banyak mengeluh kepada suami, meninggalkan keutamaan nikah dan menyia-nyiakan hubungan.”

Itulah setidaknya tiga karakteristik wanita yang buruk. Semoga istri dan saudari-saudari muslimah dihindarkan dari sifat demikian. Aamiin. Wallahu’alam.



(telah terbit di harian Waspada)
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar