Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Termasuk Al-Asma’ul Husna adalah al-Jamil ; Yang Maha Indah. Dan siapakah yang lebih berhak terhadap keindahan dari Dzat yang menciptakan segala keindahan di alam ini? Dia, dari bekas-bekas ciptaan-Nya, adalah pemilik keindahan dzat, keindahan sifat, keindahan perbuatan, keindahan nama. Maka nama-nama-Nya semua baik, sifat-Nya semua sempurna, dan perbuatan-Nya semua indah.”
Saudaraku,
Allah Yang Maha Indah, telah Menciptakan alam ini dengan indah. Menghiasinya dengan berbagai macam keindahan. Seperti dalam berbagai ayat-Nya
Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, Yaitu bintang-bintang, (QS Ash-Shaffat : 6)
Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya. (QS AL-Furqaan : 61)
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS Az-Zumar :21)
Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ? dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun, (QS Qaaf :6-10)
Subhanallah….
Allah Membuat segala sesuatu yang Dia Ciptakan dengan sebaik-baiknya, dan segala sesuatu itu pun berdiri dengan keindahannya yang berbeda-beda.
Keindahan itu setidaknya memiliki dua fungsi bagi diri. Pertama, keindahan dapat dijadikan sumber energy atau berfungsi sebagai kekuatan dalam kehidupan. Kedua, keindahan dapat menjadi unsur recovery dalam hidup.
Saudaraku, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
Allah menyuruh kita segera bertaubat , juga memerintahkan kita berlomba mengejar surga. Kenapa? Karena dalam surga terdapat puncak segala keindahan.
Allah subhanahu wa ta’ala dalam Menggambarkan surga banyak sekali menjanjikan karunia-karunia keindahan yang berbentuk fisik. Sehingga menggoda inderawi dengan adanya keindahan tersebut seperti sungai-sungai (QS Muhammad 15), bangunan yang bertingkat-tingkat (QS az-zumar : 20), permadani (QS ar-Rahman : 54), bidadari-bidadari (QS al-Kahfi : 31)
Itulah keindahan utama, yakni surga…
Ada pula keindahan-keindahan terdapat di dunia. Keindahan-keindahan ‘terbesar’ yang ditautkan dalam fitrah manusia tercantum dalam firman-Nya,
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS ali-Imran :14)
Namun, karena keindahan-keindahan tersebut hanya sementara diingatkan kembali di ayat berikutnya,
Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?." Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS Ali-Imran : 15)
Oleh karena itu, kita dapat mengejar dan meraih kedua keindahan tersebut dan tidak mengabaikan yang lain. Seperti doa indah yang sering kita baca, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
Sebagai contoh, Cinta pada perempuan adalah fitrah. Mengapa tidak , padahal dunia ini keindahan dan sebaik-baik keindahan adalah wanita yang sholihah. Oleh karena itu , dibuatkan untuk kita syariatnya yakni pernikahan. Bahkan, pernikahan disebut sebagai setengah agama. Nah, dengan meraih keindahan tersebut kita pun dapat menyambung hidup, menyemangati diri, mengisi ruang-ruang fitrah dan tetap bisa beribadah. Asalkan indah itu diraih juga dengan nilai-nilai syariah.
Keindahan di atas keindahan. Itulah istilah perpaduan antara keindahan dunia bila dimanfaatkan untuk meraih keindahan utama.
Semoga kita tergolong orang yang mendapatkan dua keindahan tersebut. Amin
Saudaraku,
Fungsi keindahan juga sebagai unsur recovery, refresh dalam hidup.
Ketika Rasulullah mengalami ‘tahun kesedihan’ saat beliau ditinggal oleh dua sosok penting dalam hidup. Dua orang itu yakni Abu Tholib yang sering membentengi Rasul dari serangan kafir Quraisy dan istrinya tercinta, Siti Khadijah yang mendukung beliau dengan hati, jiwa dan hartanya. Nah, saat mengalami masa-masa kesedihan itu, beliau pun mendapat hiburan yang luar biasa.
Hiburan itu adalah perjalanan indah yang sangat mengagumkan. Secara fisik dan batin. Yakni Isra’ dan Mi’raj. Dalam perjalanan itulah, Rasulullah menyaksikan berbagai keindahan dan berbagai hal yang belum pernah ia saksikan sebelumnya. Peristiwa itu mengobati suasana hati beliau shalallahu ‘alaihi wa salam kala itu.
Dalam kehidupan sehari-hari kita pun dianjurkan salah satunya untuk bepergian ke suatu tempat saat mengalami kesulitan. Walaupun bepergian itu mungkin juga memerlukan energy, namun di dalamnya ada sebuah karunia. Karunia itu bernama keindahan…
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri (kepada mereka) malaikat bertanya: ‘Dalam keadaan bagaimana kamu ini?’ Mereka menjawab : ‘Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri ini (Mekkah).’ Para malaikat berkata: ‘Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?’”
So, bepergian merupakan salah satu cara untuk recovery atau refresh dalam hidup.
Saudaraku,
Allah memang memerintahkan kita untuk berjalan di muka bumi-Nya, untuk menikmati keindahan-Nya , untuk merenungi kebesaran-Nya. Mengambil pelajaran dari perjalanan. Tentang karunia dan ciptaan-Nya yang tersebar di berbagai penjuru mereka terhampar. Hati yang sakit akut pun menjadi lembut. Semangat pun menguat. Serta kesadaran akan penghambaan kepada Allah jualah kian bertambah.
Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ? dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). (QS Qaaf :6-8)
Saudaraku,
Ingatlah , Rasulullah kembali dari perjalanan “Isra’ Mi’raj” membawa oleh-oleh yakni perintah sholat wajib bagi Ummat Islam.
Seakan memberi pelajaran bagi kita, bahwa ketika perjalanan-perjalanan, keindahan-keindahan yang kita rasakan. Ketika itulah diharapkan muncul kesadaran untuk semakin bersyukur dan dekat kepada-Nya. Bukan semakin lupa dan jauh…
Semoga kita (dengan perjalan-perjalanan kita yang kita lalui) menjadi semakin dekat dengan Allah. Semoga keindahan-keindahan yang kita rasakan membuahkan kesadaran untuk menghamba kepada Sang Maha Pemilik Keindahan…
Amin
Wallahu musta’an..
Wallahu ‘alam bish Shawab…
Islah, Seorang Manusia