Rabu, 30 November 2011

Metode Mengajar ala Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam

Ada beberapa metode dan cara yang digunakan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam dalam mengajar. Termasuk mengajar , anak-anak, orangtua, pria, wanita, remaja putera dan puteri dan lainnya. Moga Bermanfaat…

  • Metode Pertama : Perintah Menuntut Ilmu

Sebagaimana diketahui bahwa ilmu dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu Fardhu ‘ain dan Fardhu Kifayah. Ilmu Fardhu ‘ain ialah ilmu yang bermanfaat bagi dunia dan akhrat kita yaitu ilmu agama sehingga wajib dipelajari oleh setiap manusia. Sedangkan Ilmu Fardhu Kifayah ialah ilmu yang cukup bila dipelajari oleh sebagian kelompok manusia saja. Bidang ini harus ditekuni oleh sebagian orang saja sesuai kemudahan yang diberikan dan dibagikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba-hamba-Nya dengan kasih sayang dan kebijaksanaan-Nya.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam memerintahkan dan menganjurkan ummatnya untuk menuntut ilmu. Menuntut itu wajib hukumnya bagi setiap muslim dan muslimah.

Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Dzar ia berkata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda

“Hai Abu Dzar, sungguh bila kamu pergi di waktu pagi lalu belajar satu ayat dari kitab Allah, itu akan lebih baik bagimu daripada kamu sholat seratus raka’at. Dan bila kamu pergi di waktu pagi lalu belajar satu bab dari ilmu yang diandalkan atau belum diandalkan, itu akan lebih baik bagimu daripada kamu sholat seribu raka’at”

Nabi sngat menganjurkan kepada Sahabat-sahabatnya untuk belajar dan mengajar. Pada suatu hari beliau berkhutbah di hadapan orang-orang mukmin lalu memuji beberapa golongan orang mukmin. Kemudian beliau shalallhu ‘alaihi wa salam bersabda:

“Ada apa dengan orang-orang yang tidak mau memberikan pemahaman kepada tetangga-tetangga mereka, tidak mau mengajari mereka, tidak mau menasihati mereka, tidak mau menyuruh mereka, dan tidak mau melarang mereka? Dan ada apa dengan orang-orang yang tidak mau belajar dari tetangga-tetangga mereka, tidak mau berusaha mendapat pemahaman, dan tidak mau mendengar nasihat? Demi Allah, hendaklah orang-orang itu benar-benar mau mengajari tetangga-tetangga mereka, member mereka pemahaman, memberi mereka nasehat, menyuruh mereka dan melarang mereka. Dan hendaklah orang-orang itu benar-benar mau belajar dari tetangga-tetangga mereka, mau berusaha mendapat pemahaman, dan mau mendengar nasehat. Atau aku akan segera memberi mereka hukuman.”

Kemudian beliau turun dari mimbar. Lalu orang-orang berkata : “Menurut kamu siapa yang dimaksud dengan mereka itu?” Mereka menjawab : “Itu adalah orang-orang Asy’ari. Mereka adalah orang-orang berilmu (Fuqaha) dan mempunyai tetangga-tetangga yang kasar (awam) dari kalangan pemilik air dan orang-orang badui.” Berita itu kemudian sampai ke telinga orang-orang Asy’ari, lalu mereka menemui Rasulullah dan berkata : “Ya Rasulullah, engkau memuji orang-orang tertentu dan mencela kami. Ada apa dengan kami?” lalu beliau menyampaikan kembali kepada mereka apa yang beliau sampaikan di dalam khutbahnya. Lantas mereka berkata : “Ya Rasulullah, berilah kami waktu satu tahun.” Kemudian beliau memberi mereka waktu satu tahun dan membacakan firman Allah subhanahu wa ta’ala

Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS al-Maidah 78-79)

Kisah di atas merupakan sinyalemen bahwa Nabi tidak senang terhadap orang yang kurang serius atau teledor dalam menyampaikan ilmu atau mencari Ilmu.

  • Metode Kedua : Pengarahan Langsung dan Tidak langsung

Salah satu metode mengajar Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam ialah memberikan pengarahan langsung kepada Sahabat-sahabatnya. Contohnya ketika Nabi memberikan pengarahan langsung kepada orang yang buruk sholatnya. Beliau mengajarkan rukun-rukun sholat. Salah satu rukun sholat yang dilupakan oleh orang tersebut ialah thuma’ninah (tenang) dalam mengerjakan semua rukun sholat. Beliau menyampaikan pelajaran ini secara langsung kepada orang yang buruk sholatnya itu dan secara tidak langsung kepada orang-orang yang duduk bersama beliau, sehingga mereka tidak melakukan kesalahan serupa.

Contoh lain ialah ketika Umar bin Abi Salamah radhiallahu ‘anhu masih anak-anak, ia makan di hadapan Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam sementara tangannya bergentayangan di dalam nampan. Beliau shalallahu ‘alaihi wa salam pun bersabda :

“Wahai Nak ! Bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang ada di dekatmu.”

Abdul Aziz bin Ahmad Alu Shayil Usairi mengatakan kepada pendidik, “Cermatilah potensi intelektual anak didik anda. Jika anda mengetahui bahwa salah satu di antara mereka memiliki kecerdasan dan keunggulan berilah dia pengarahan, ilmu dan pengetahuan dan nasihat yang tidak anda berikan kepada anak lain yang potensi belajarnya lemah. Agar apa yang kita ajarkan kepadanya tidak sia-sia. Sehingga setiap anak yang unggul akan mendapatkan bagiannya dari ilmu dan pengetahuan. Anak yang lemah pun akan mendapatkan bagiannya dari ilmu dan pengetahuan.

Ini dapat dilhat dari kisah ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam memberikan pengarahan, nasihat ataupun petunjuk langsung kepada Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu karena melihat bahwa Ibnu Abbas memiliki minat yang kuat terhadap ilmu, memiliki daya ingat dan kecerdasan yang kuat. Tujuannya adalah supaya Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu menyampaikan kepada kaum mukmin.

  • Metode Ketiga : Bercerita dan Membuat Perumpamaan

Cerita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jiwa orang yang mendengarkannya. Karena di dalamnya dapat termuat pelajaran, nostalgia, nasihat, dialog dan penguatan dan hikmah lainnya. Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam menggunakannya sebagai salah satu metode dalam mengajar orang-orang beriman. Salah satu contohnya ialah kisah tiga orang yang masuk ke gua lalu pintunya tertutup batu besar.

Dengan menjelaskan kisah tersebut Nabi bermaksud menjelaskan bagaimana adanya jalan keluar dari kesulitan bagaimana Allah mengabulkan doa hamba-hamba-Nya yang taat. Dengan kisah dapat meminimalisir penjelasan yang panjang lebar dan uraian yang menjemukan.

Satu lagi yakni perumpamaan. Salah satu contoh perumpamaan yang digunakan nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam untuk memberikan pengajaran dan pengarahan seperti yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu

“Apa pendapat kamu seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kamu ia mandi di situ setiap hari sebanyak lima kali. Apa menurutmu orang itu masih ada kotorannya yang tersisa?” mereka menjawab : “Tidak ada sedikit pun kotorannya yang tersisa.” Lalu beliau bersabda : “Itulah perumpamaan sholat lima waktu yan dipakai oleh Allah untuk menghapus kesalahan-kesalahan.”

Memang metode perumpamaan dapat mempermudah anak didik dalam memahami. Sebagaimana Firman Allah subhanahu wa ta’ala

Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.(QS Ibrahim 25)

  • Metode Keempat : Dialog dan Negoisasi

Salah satu metode yang juga digunakan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam ialah Dialog dan Negoisasi. Sebagai contoh cara beliau mendidik dengan metode dialog dan negoisasi,

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Umamah, bahwasanya seorang pemuda yang masih belia dating kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam dan berkata : “Ya Rasulullah, izinkan aku berbuat zina.” Lalu orang-orang menghadap ke arahnya dan membentaknya. “Jangan! Jangan!” kata mereka. Lantas beliau bersabda : “ Dekatkan dia!” Lalu pemuda itu pun mendekat kepada beliau, “Duduklah!” sabda beliau. Pemuda itu duduk, lalu beliau bertanya : “Apakah kamu suka bila ibumu dizinahi?” Ia menjawab : “TIdak !” Demi Allah. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.” “Semua orang juga tidak suka bila ibunya dizinahi,” sabda beliau, “Apakah kamu suka bila anak perempuanmu dizinahi?” Tanya beliau. Ia menjawab : “Tidak ! Demi Allah, ya Rasulullah. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.” “Semua orang juga tidak suka bila anak perempuannya dizinahi,” sabda beliau.” Apakah kamu suka bila saudara perempuanmu dizinahi?” Tanya beliau. Ia menjawab : “Tidak! Demi Allah. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.” “Semua orang juga tidak suka bila saudara perempuannya dizinahi,” sabda beliau. Dan seterusnya…… hingga akhirnya beliau memegang pemuda itu dan berdoa : “ Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan periharalah kemaluannya.” Setelah itu pemuda itu tidak pernah tertarik sedikit pun pada perbuatan itu.”

Contoh lain ialah ketika bersama dengan Sahabat Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu. Saat itu ia bertanya dan bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam bukan untuk berdebat tetapi untuk belajar.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu, ia berkata : Kami pernah bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam dalam Perang Tabuk, lalu orang-orang diterpa angin, sehingga mereka tercerai berai. Aku membuka mataku dan ternyata aku adalah orang yang paling dekat dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam. Lalu aku berkata (di dalam hati) : “Aku benar-benar akan memanfaatkan kesempatan berdua dengan beliau hari ini. “Kemudian aku mendekati beliau dan berkata: “Ya Rasulullah, beritahulah aku tentang amal perbuatan yang mendekatkan aku- atau memasukkan aku- ke Surga dan menjauhkan aku dari Neraka.” Beliau shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda :

“Kamu benar-benar telah menanyakan sesuatu yang besar. Namun, hal itu akan terasa ringan bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah untuk melaksanakannya. Kamu menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan sholat yang wajib, menunaikan zakat yang fardhu, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa Ramadhan. Dan, jika kamu menginginkan, aku bisa memberitahumu pintu-pintu kebajikan.”

Aku menjawab : “Baik, ya Rasulullah.”

Beliau bersabda : “Puasa adalh perisai, sedekah dapat menghapus dosa, dan bangunnya seorang hamba di tengah malam untuk mencari ridha Allah,”

Kemudian beliau shalallahu ‘alaihi wa salam membaca firman Allah :

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.” (QS As-Sajdah: 16)

Lalu beliau shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda

“Jika kamu menginginkan, aku bisa memberitahumu tentang kepala urusan, tiangnya dan puncak puncaknya.”

Aku menjawab : “Baik, ya Rasulullah.”

Beliau shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda :

“Adapun kepala urusan ini adalah Islam. Tiangnya adalah sholat. Dan puncaknya adalah jihad. Dan jika kamu menginginkan, aku bisa memberitahumu tentang orang yang paling mampu menguasai hal itu semua.”

“Apa itu, ya Rasulullah?” sahutku. Lalu beliau menunjuk ke mulutnya. Kemudian aku bertanya : “Apakah kita akan dihukum karena apa saja yang kita bicarakan?” beliau bersabda :

“Ibumu kehilangan kamu, hai Mu’adz. Bukankah yang menjungkirbalikkan manusia pada mukanya di Neraka Jahannam hanyalah akibat dari lidahnya? Dan, bukankah kamu berbicara melainkan apa-apa yang merugikanmu atau menguntungkanmu?

  • Metode Kelima : Bercanda dan Bermain

Metode yang monoton dari pendidik dapat membuat jiwa anak-anak didik menjadi bosan. Meskipun berisi seruan kepada kebajikan. Maka seorang pendidik yang bijak harus menggunakan metode yang variatif. Ia juga harus bisa mengundang senyum, tawa, rileks, dan canda.

Senyum ialah sihir yang halal. Senyum bisa memikat hati , mempengaruhi perilaku, dan berefek positif. Adalah Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam selalu tersenyum, berwajah cerah dan bermuka ceria.

Jarir berkata :

“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tidak pernah menolak menemuiku semenjak aku masuk Islam. Dan setiap kali melihatku, beliau selalu tersenyum kepadaku.”

Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam pernah bercanda dengan seorang laki-laki bernama Zahir bin Haram radhialllahu ‘anhu. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa seorang laki-laki badui bernama Zahir bin Haram pernah menjual barang dagangannya. Kemudian Rasulullah mendatanginya dan memeluknya dari belakang, sehingga laki-laki itu tidak bisa melihat beliau. “Lepaskan aku! Siapa ini?” katanya. Lalu Rasulullah bersabda : “Siapa yang mau membeli hamba ini?” Zahir berkata : “Aku tidak laku, ya Rasulullah.” Beliau shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda : “Tetapi di sisi Allah hargamu mahal.”

Selain itu masih banyak canda dan gurauan beliau dengan sahabat-sahabatnya yang melalui itulah Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam memberikan pengajaran kepada Sahabat-sahabatnya.

Beliau selalu memilih-milih waktu yang tepat untuk memberikan pelajaran kepada Sahabat-sahabatnya, agar mereka tidak bosan atau jemu.

  • Metode Keenam : Tegas dan Keras saat melihat Pelanggaran

Al-Quran berisi targhib (anjuran) dan tarhib (Peringatan). Al-Quran menjadikan khauf (rasa takut) dan raja’(rasa harap) sebagai sepasang sayap yang dipakai orang Beriman menuju Tuhannya.

Ketegasan yang benar ialah ketegasan yang memberikan dampak positif dan mewujudkan faidah yang diharapkan saat menggunakannya. Namun, hanya pada saat terjadi pelanggaran terhadap syara’, akal dan etika.

Metode ini dipakai oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam untuk mempertegas proses pengajaran. Ketegasan dan kekerasan memiliki tempat tersendiri dalam dunia pengajaran. Salah satu masalah yang menuntut ketegasan ialah masalah kewajiban yang ditunda atau diabaikan.

Contohnya ialah ketika kaum Quraisy dipusingkan dengan kasus wanita dari kabilah Makhzum yang melakukan pencurian. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tegas menyatakan,” Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu binasa, karena apabila orang yang mereka hormati mencuri maka mereka membiarkannya dan apabila orang yang lemah mencuri maka segera menghukumnya. Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku akan memotong tangannya.”

Dalam menyampaikan juga terkadang perlu menggunakan suara lantang.

Riwayat Abdullah bin Amr, ia berkata : “Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam pernah ketinggalan dari rombongan kami dalam salah satu perjalanan yang kami lakukan. Kemudian beliau berhasil menyusul kami dan kami telah bersusah payah melaksanakan sholat. Sementara kami berwudhu dengan hanya mengusap –dan tidak membasuh- kaki kami. Lalu beliau berteriak dengan suara yang sangat lantang:” Celakalah tumit-tumit itu dari api Neraka!” sebanyak dua atau tiga kali.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam merasa perlu bersuara lantang karena melihat besarnya nilai perbuatan dan pentingnya ketegasan dalam memberikan perintah mengenai hal itu.

So, ketegasan dan keras juga memiliki pengaruh positif dalam pengajaran dengan menggunakannya di waktu yang tepat.

Itulah beberapa dari Metode pengajaran ala Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam. Mungkin masih ada lagi metode-metode mengajar dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam yang menunggu untuk digali.

Semoga sholawat dan salam tetap tercurah kepada beliau.

NB : Meskipun saat ini belum menjadi pendidik atau pengajar, tetapi tak menghalangi untuk berbagi.

Tetap Semangat ya Sdrku dalam Mendidik !!!

Semoga menjadi Pendidik yang baik.

Wallahu musta’an

Kitabatu at-tilmidz

Ishlah al-Medaniy

1 komentar: