Dalam suatu riwayat
dikemukakan, ketika para sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam tampak sedang
bersenda gurau dan tertawa-tawa, turunlah ayat 16 surah al-Hadid mengingatkan
mereka agar selalu ingat pada Allah. (Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah , hampir
mirip dengan riwayat dari Ibnu Abi Hatim).
Dalam riwayat lain
dikemukakan bahwa ketika para sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam (sewaktu
Hijrah dari Mekkah) sampai di Madinah, mereka menderita penghidupan yang pahit.
Mereka merasa lemah lunglai dalam kehidupan sehari-hari dan berbakti kepada Allah
tidak seperti sedia kala. Maka ayat 16 surah al-Hadid mengingatkan mereka untuk
lebih khusyu’ kepada Allah….
Subhanallah..
Allah memerintahkan orang
beriman agar senantiasa melembutkan hatinya dengan berzikir pada-Nya serta
khusyu’ dalam mendengarkan al-Quran maupun khusyu’ dalam beragama. Allah juga
melarang untuk menyerupai para Ahli Kitab dalam kekerasan hati, yang tatkala
berlalu masa yang panjang, mereka pun mengubah, mengganti, menyelewengkan agama
Allah.
Mereka tidak taat pada Allah. Karena itu, Allah mengajak insan beriman
untuk takut dan khusyu’ , berzikir, dan menghindar dari lalai atau memperkeras
hati, salah satunya mengurangi becanda dan kebanyakan tertawa.
Khusyu’ itu akan membuat segala ibadah penuh kenikmatan. Bila hidup atau ibadah dijalani dengan
kekhusyu’an kepada Rabb semesta, maka merupakan keniscayaan hidupnya akan penuh
ketentraman. Sedang banyak bercanda, lama kelamaan hati terkeraskan, juga akan
hidup dalam keterlalaian. Apalagi
becanda dalam menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Bahkan bila
terlalu banyak bercanda, manusia akan sepele terhadap ajaran Islam bahkan
menyelewengkan agamanya. Na’udzubillah...
Tentang Khusyu’ , Ibnu Taimiyah berkata, “Khusyu’ mengandung dua makna;
pertama rendah hati dan penghinaan diri, dan yang kedua adalah ketenangan dan
ketentraman. Hal itulah yang melahirkan kelembutan hati dan meniadakan kerasnya
hati tersebut. Oleh karena itu kekhusyu’an hati mencakup ketundukan hati untuk
beribadah kepada Allah dan juga ketenangannya…”
Sahl bin Abdullah mengatakan, “Barangsiapa yang hatinya khusyu’ niscaya
syaitan tidak akan berani mendekatinya.”
Memang kekhusyu’an sejati
amat sulit sekali didapati. Bahkan Nabi mengatakan bahwa yang hilang pertama
sekali dari manusia adalah rasa khusyu’.
“Sesungguhnya yang pertama
kali diangkat dari manusia adalah khusyu’.” (HR. Thabrani)
Khusyu’ yang hilang
berujung pada penyelewengan manusia dari Agama Allah, akhirnya mereka beragama
dengan membebek pada pendapat manusia yang cocok dengannya, sesuai seleranya.
Ibnu Katsir kala
menafsirkan ayat 16 surah al-Hadid ini mengatakan, “Allah ta’ala melarang kaum
beriman menyerupai orang-orang yang diberi Kitab sebelum mereka yaitu kaum
Yahudi dan Nasrani, ketika waktu yang lama berlalu kemudian mereka pun
mengganti dan merobah ayat-ayat dalam Kitab Allah yang ada di hadapan mereka
dan mereka menjualnya dengan harga yang sangat murah, mereka mencampakkannya di
belakang punggung-punggung mereka, mereka menyibukkan diri dengan pendapat-pendapat
yang menyimpang serta dan ucapan-ucapan yang dusta, mereka membebek para tokoh
dalam menjalani agama Allah, mereka menjadikan para pendeta dan rahib-rahib
mereka sebagai sesembahan selain Allah, maka ketika itulah hati mereka menjadi
keras, sehingga mereka tidak bisa menerima nasehat dan hati mereka tidak
menjadi lembut ketika mendengar janji dan peringatan yang disampaikan.”
Subhanallah…
Mungkin , jujur kita mesti
akui, kita belumlah orang yang khusyu’. Namun kita berharap Allah Melembutkan
hati kita yang keras, Menjadikan kita insan yang khusyu’, tidak terlalu banyak bercanda lagi.
Dan juga Semoga Allah menjauhkan kita dari sok khusyu’ dan khusyu’nya orang munafik.
Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Berlindungah kalian kepada
Allah dari khusyu’nya orang munafiq!”. Maka ada orang yang bertanya, “Apakah
yang dimaksud dengan khusyu’nya orang munafiq?”. Beliau menjawab, “Yaitu kamu
melihat tubuh seseorang tampak khusyu’ namun sebenarnya hatinya tidak khusyu’.”
Ya Allah jadikan kami insan yang khusyu’