Dalam
suatu riwayat dikemukakan, ketika Abu Thalib sakit, datanglah kaum
Quraisy mengadu perihal ajakan Rasulullah. Pada waktu itu Rasulullah
datang juga menengoknya. Berkatalah Abu Thalib kepada Nabi shalallahu
‘alaihi wa salam “Apakah yang engkau inginkan
dari kaummu, hai keponakanmu?” Rasulullah shalallahu ‘alaaihi wa salam
menjawab, “Aku ingin agar mereka mengucapkan satu kalimat yang
menyebabkan mereka beragama, sedang orang-orang yang keras hati harus
membayar jizyah.” Abu Thalib berkata, “Apakah kalimat itu?” Sabda Nabi
shalallahu ‘alaihi wa salam: Laa ilaaha illAllah (Tidak ada tuhan selain
Allah).” Kaum Quraisy berkata : “Sangat aneh Tuhan hanya Satu.”
Berkenaan dengan peristiwa ini, turunlah ayat 1-8 surah As-Shaad sebagai
ancaman siksa terhadap orang-orang yang menolak.
Subhanallah..
Abu
Thalib ialah meskipun seorang pembela Nabi, namun bukanlah ‘pengikut’
Nabi. Beliau cinta atas dasar famili, kekeluargaan bukan berdasarkan
ajaran. Sehingga lebih mementingkan ‘warisan’ daripada kebenaran.
Memang, Sifat fanatik berakibat rasa sombong yang pelik.
Mereka
(kaum kafir) membangga-banggakan kelompok, sehingga buta akan kebenaran
dan juga menimbulkan kebencian. Mereka berada dalam kesombongan yang
sangat dan permusuhan yang sengit.
Kaum
kafir kerap ‘iri’ tidak puas bahwa seseorang mendapat kelebihan dari
Tuhannya, mereka heran bahwa mengapa Nabi itu manusia biasa. Tapi kok
bukan mereka saja, Mereka melihat siapa pembawa bukan apa yang dibawa.
Sehingga dengan tega, Muhammad yang sedari dulu terkenal dengan al-Amin
(terpercaya) saja mereka tuduh sebagai tukang sihir yang pembohong.
Mereka menuduh dakwah Nabi hanya bertujuan untuk dapatkan kedudukan
tinggi dan bergengsi.
Mereka
tidak percaya bahwa Allah itu Maha Esa, mereka tidak mau menyerahkan
diri kepada Allah (Muslim), taat pada-Nya, karena itu tadi, kesombongan
mereka dan fanatik yang membuta.
Kelanjutan nya Abu Jahal berkata , “Serukanlah yang lain dari itu, kami berjanji akan mengikutinya.”
Begitulah
kaum kafir Quraisy paham akan konsekuensi Syahadat. Pelajaran bagi kita
ummat Islam untuk mempelajari dan memahami makna syahadatain. Bisa
jadi, kita cuman tahu arti dari syahadat, namun ternyata tidak paham
makna syahadatain, tidak mengerti konsekuensi dari syahadatain. Sehingga
tanpa disadari masih terjebak dalam kejahiliaan.
Akhir
kisah sababun nuzulnya,Nabi berkata, “Walaupun kalian letakkan matahari
di hadapanku akan gantinya, tidaklah akan aku seru kalian selain dari
mengucapkan itu!”
Begitulah tegarnya sang Nabi dalam berdakwah.
Subhanallah..
Semoga
Allah terus membuat kita rajin belajar, memahami syahadat, sehingga
kita pun sebagai ummat Islam misalnya tidak cinta pada Nabi namun cinta
dogma, tetapi cinta karena memang memahami. Tidak ikut-ikutan. Dan
semoga kita dapat tegar dalam keikhlasan tidak mengalami pergeseran
niatan.
Aamiin
Wallahu’alam