Selasa, 03 Januari 2017

Bertuhankan Hawa Nafsu


Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS Al-Jatsiah :23)

Imam Asy-Syathibi kala mentadabburi ayat 23 surah Al-Jaatsiah mengatakan, “Melawan keinginan hawa nafsu adalah pekerjaan yang sangat berat. Buktinya, orang-orang musyrik dan lain-lain bersikukuh dengan perbuatan mereka hingga rela mengorbankan jiwa dan harta mereka tidak mau melawan keinginan hawa nafsunya. Sehingga Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya tersesat berdasarkan ilmu-Nya.” (QS al-Jaatsiah ayat 23)

Subhanallah…
Ayat 23 ini melarang untuk menjadikan hawa nafsu sebagai hakim dalam memutuskan sesuatu dengan mengenyampingkan akal dan syariat.

Dalam suatu riwayat, dahulu ada orang-orang Quraisy biasa menyembah batu untuk beberapa saat lamanya. Lantas kemudian mereka mendapatkan sesembahan yang lebih bagus, maka mereka pun meninggalkan yang lama dan menyembah yang baru. Begitu seterusnya. Na’udzubillah.

Subhanallah..
Pelajaran juga lah bagi kita yang berIslam, dalam hidup dan kehidupan, semua yang kita perbuat itu mestilah murni untuk Allah. Lillahi ta’ala.

Bukan untuk mencari penilaian orang lain. Bukan untuk mendapat penghargaan orang lain. Demi untuk meningkatkan derajat di mata orang lain. Bahkan bukan untuk memenuhi ‘keinginan diri’.

Sebab bila dalam hidup berIslam, ingin ‘memenuhi kepentingan diri’, maka akan bertemu saat di waktu berbenturan antara aturan agama dengan ‘pemenuhan kepentingan’, kerap sekali penyelewengan terjadi.

Betapa banyak ajaran Islam murni diselewengkan sebab orang pintar , yang dipandang sebagai cendikiawan muslim ternyata ‘didanai’ dan diarahkan sesuai keinginan pihak asing. Mereka rela agama Islam terselewengkan, hanya karena hawa nafsu, keinginan diri, mereka dipenuhi oleh pihak asing.

Dengan mahirnya lidah dan lihainya bermain kata, ajaran Islam yang murni pun kabur terlihat oleh orang awam, terjadilah liberalisasi, pluralisasi dsb. Na’udzubillah. Semoga kita terhindar dari syubhat semacam ini.

Semoga kita terhindar dari mempertuhankan hawa nafsu kita, dalam arti menuruti hawa nafsu hingga melanggar syariat sekalipun.

Jauhi kami Ya Allah dari kesesatan setelah Kau berikan kami petunjuk dan ilmu. Jadikan kami mujahid-mujahid sejati yang berperang melawan rakusnya hawa nafsu yang selalu ingin dituruti.

Aamiin

Wallahu’alam

Akh Ishlah al-Medaniy
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar