Rabu, 17 Juli 2013

3 utusan dan pemuda dari ujung kota

Subhanallah…

Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menceritakan sebuah kisah sebagai perumpamaan agar dapat diambil ibrah atau pelajaran.

Kisah itu tentang sebuah negeri yang di dalamnya terdapat dua orang Rasul dan kemudian ditambah satu lagi, sehingga menjadi tiga orang Rasul dalam negeri itu.

Ibnu Jarir menyebutkan yang bersumber dari Qatadah, bahwa yang dimaksud dalam cerita ini adalah kisah tentang Nabi Isa ‘alaihissalam ketika beliau mengutus dua orang muridnya dari kaum hawariyin ke Antokiah, yaitu sebuah kota di Romawi/Rum. Penduduk daerah tersebut tidak memprcayai kedua utusan tersebut, hingga Nabi Isa ‘alaihissalam pun mengirim utusan yang ketiga untuk menguatkan keduanya.

Begitulah sikap seorang pemimpin , da’i, (nabi Isa ‘alaihissalam) bagaimana sikap berekspansi , mengupayakan agar dakwah berkembang ke penjuru dunia, beliau mengirimkan muridnya dan terus memantau perkembangannya…

Namun, apa yang di dapat oleh ketiga utusan itu? Mereka mendapat tentangan, penyepelean dan pendustaan. Sungguh merupakan sunnatullah dalam dakwah Islamiyah... Namun , para utusan itu tetap tegar karena terhujam dalam jiwa mereka sebuah kesadaran bahwa mereka tidak dituntut selain untuk melaksanakan amanah dakwah.

“sesungguhnya Tuhan kami mengetahui bahwa kami benar-benar adalah utusan dakwah yang diutus kepada kamu sekalian. Dan tidaklah ada kewajiban atas kami kecuali hanya menyampaikan (mengerjakan)”

Penduduk negeri itu malah menukas, “Kami menganggap kalian dan risalah yang kalian bawa sebagai pembawa sial. Hentikan dakwah kalian! Jika kalian masih juga berdakwah dan memberi peringatan kepada kami maka akan kami lempari kalian dengan batu sampai kalian mati. Kalian benar-benar akan mendapat siksaan yang amat pedih.”

Subhanallah..

Namun, kemudian kembali para utusan tersebut dengan keberanian dan kepandaian berargumentasi mematahkan celaan dan hinaan mereka...

Subhanallah...

Selanjutnya ada juga hikmah lain tentang seorang pria dari ujung kota yang beriman, memahami Islam, paham bahwa dakwah Islamiyah bukan hanya tanggungjawab para rasul, ulama, kiai, pesantren dsb. tetapi ummat pun turut andil dalam menyebarkannya. Sehingga dengan kepeduliannya terhadap dakwah dan lingkungannya, ia pun berkontribusi untuk dakwah. Sang pemuda dari ujung kota pun turut andil untuk menasehati kaumnya.

Namun, akhirnya apa yang didapat beliau? Beliau dibunuh oleh kaumnya. Syahid di jalan Allah. Para ahli tafsir berselisih mengenai cara kaumnya membunuhnya, sebagian mengatakan bahwa ia dirajam (dilempari) batu oleh kaumnya hingga beliau meninggal. (Ulama tafsir yang lain berpendapat bahwa kaumnya menjatuhkannya ke tanah secara bersama-sama, lalu kemudian menginjak-injak tubuh kurus beliau hingga meninggal). Namun satu hal yang sangat mengharukan, saat menahan rasa sakit akibat dilempari kaumnya tersebut, ia hanya terus menerus mengucapkan doa,"Wahai Tuhanku, berilah petunjuk kepada kaumku, wahai Tuhanku, berilah petunjuk kepada kaumku, wahai Tuhanku, berilah petunjuk kepada kaumku!" beliau tetap mengucapkan doa tersebut hingga meninggal.

Subhanallah…

Begitulah sikap dasar jiwa seorang da’i yang menginginkan hidayah dan kebaikan buat kaumnya.

Setelah pria tersebut terbunuh di jalan Allah demi menegakkan kalimat-Nya. Dikatakanlah padanya, “Masuklah ke surga” penuh kenikmatan, kegembiraan dna kesenangan. Lantas ia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui” Yaa laita qoumii ya’lamun bimaa ghofaro li robbi wa ja’alani minal mukromiin..

Subhanallah…
Begitulah sehendaknya muslim yang senantiasa menyukai kebaikan bagi kaumnya…

pelajaran bagi kita Sebagai seorang muslim yang melihat kondisi lingkungan sekitar, adakah yang bisa kita lakukan sebagai konstribusi kita buat Islam ??

Wallahu’alam
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar