Subhanallah…
Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menceritakan sebuah kisah sebagai perumpamaan agar dapat diambil ibrah atau pelajaran.
Kisah
itu tentang sebuah negeri yang di dalamnya terdapat dua orang Rasul dan
kemudian ditambah satu lagi, sehingga menjadi tiga orang Rasul dalam
negeri itu.
Ibnu
Jarir menyebutkan yang bersumber dari Qatadah, bahwa yang dimaksud
dalam cerita ini adalah kisah tentang Nabi Isa ‘alaihissalam ketika
beliau mengutus dua orang muridnya dari kaum hawariyin ke Antokiah,
yaitu sebuah kota di Romawi/Rum. Penduduk daerah tersebut tidak
memprcayai kedua utusan tersebut, hingga Nabi Isa ‘alaihissalam pun
mengirim utusan yang ketiga untuk menguatkan keduanya.
Begitulah
sikap seorang pemimpin , da’i, (nabi Isa ‘alaihissalam) bagaimana sikap
berekspansi , mengupayakan agar dakwah berkembang ke penjuru dunia,
beliau mengirimkan muridnya dan terus memantau perkembangannya…
Namun,
apa yang di dapat oleh ketiga utusan itu? Mereka mendapat tentangan,
penyepelean dan pendustaan. Sungguh merupakan sunnatullah dalam dakwah
Islamiyah... Namun , para utusan itu tetap tegar karena terhujam dalam
jiwa mereka sebuah kesadaran bahwa mereka tidak dituntut selain untuk
melaksanakan amanah dakwah.
“sesungguhnya
Tuhan kami mengetahui bahwa kami benar-benar adalah utusan dakwah yang
diutus kepada kamu sekalian. Dan tidaklah ada kewajiban atas kami
kecuali hanya menyampaikan (mengerjakan)”
Penduduk
negeri itu malah menukas, “Kami menganggap kalian dan risalah yang
kalian bawa sebagai pembawa sial. Hentikan dakwah kalian! Jika kalian
masih juga berdakwah dan memberi peringatan kepada kami maka akan kami
lempari kalian dengan batu sampai kalian mati. Kalian benar-benar akan
mendapat siksaan yang amat pedih.”
Subhanallah..
Namun,
kemudian kembali para utusan tersebut dengan keberanian dan kepandaian
berargumentasi mematahkan celaan dan hinaan mereka...
Subhanallah...
Selanjutnya
ada juga hikmah lain tentang seorang pria dari ujung kota yang beriman,
memahami Islam, paham bahwa dakwah Islamiyah bukan hanya tanggungjawab
para rasul, ulama, kiai, pesantren dsb. tetapi ummat pun turut andil
dalam menyebarkannya. Sehingga dengan kepeduliannya terhadap dakwah dan
lingkungannya, ia pun berkontribusi untuk dakwah. Sang pemuda dari ujung
kota pun turut andil untuk menasehati kaumnya.
Namun,
akhirnya apa yang didapat beliau? Beliau dibunuh oleh kaumnya. Syahid
di jalan Allah. Para ahli tafsir berselisih mengenai cara kaumnya
membunuhnya, sebagian mengatakan bahwa ia dirajam (dilempari) batu oleh
kaumnya hingga beliau meninggal. (Ulama tafsir yang lain berpendapat
bahwa kaumnya menjatuhkannya ke tanah secara bersama-sama, lalu kemudian
menginjak-injak tubuh kurus beliau hingga meninggal). Namun satu hal
yang sangat mengharukan, saat menahan rasa sakit akibat dilempari
kaumnya tersebut, ia hanya terus menerus mengucapkan doa,"Wahai Tuhanku,
berilah petunjuk kepada kaumku, wahai Tuhanku, berilah petunjuk kepada
kaumku, wahai Tuhanku, berilah petunjuk kepada kaumku!" beliau tetap
mengucapkan doa tersebut hingga meninggal.
Subhanallah…
Begitulah sikap dasar jiwa seorang da’i yang menginginkan hidayah dan kebaikan buat kaumnya.
Setelah
pria tersebut terbunuh di jalan Allah demi menegakkan kalimat-Nya.
Dikatakanlah padanya, “Masuklah ke surga” penuh kenikmatan, kegembiraan
dna kesenangan. Lantas ia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku
mengetahui” Yaa laita qoumii ya’lamun bimaa ghofaro li robbi wa ja’alani
minal mukromiin..
Subhanallah…
Begitulah sehendaknya muslim yang senantiasa menyukai kebaikan bagi kaumnya…
pelajaran
bagi kita Sebagai seorang muslim yang melihat kondisi lingkungan
sekitar, adakah yang bisa kita lakukan sebagai konstribusi kita buat
Islam ??
Wallahu’alam