Jumat, 29 Maret 2013

dakwah memang berat


Perjalanan dakwah itu memang berat dan sulit serta rumit. Musuh-musuh dakwah kerap memfitnah, menantang, meminta yang aneh-aneh,yang terkadang dai kerap secara manusiawi kerap sulit “melawan”-nya.

Namun kala sang Da’I dekat dengan Allah maka punah se
gala gundah…

Mungkin asbabun Nuzul dari surah al-Isra’ ayat 90-93 dapat kita petik sebagai motivasi penyejuk hati..


Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, abu Sufyan bin Harb, seorang Bani ‘Abid Dar, Abdul Bukhturi, al-Aswad bin al-Muthalib, Rabi’ah bin al-Aswad, al-Walid bin al-Mughirah, Abu Jahl, Abdullah bin Umayyah, Umayyah bin Khalaf, al-‘Ash bin wa-il, Nabih bin al-Hajjaj dan Munabih bin al-Hajjaj (kesemuanya kafir Quraisy) berkumpul dan berkata:

“Hai Muhammad! Kami belum pernah menemukan seorang bangsa Arab yang membuat kekusutan bagi kaumnya sebagaimana yang engkau lakukan terhadap kaummu. Engkau mencaci maki nenek moyang, mencela agama, menganggap bodoh para cendikiawan, mencaci maki tuhan-tuhan, dan memecah belah persatuan ummat. Apa yang engkau bawa ini hanya menyebabkan hubungan antara kami dan engkau menjadi buruk. sekiranya dengan membawa hal yang baru itu engkau mengharapkan kekayaan, kami akan mengumpulkannya untukmu hingga engkau menjadi seorang yang paling kaya di antara kami. Jika engkau menginginkan kemuliaan, kami akan mengangkatmu menjadi pemimpin kami. Dan jika engkau membawa hal-hal yang baru itu karena kerasukan jin sehingga engkau menjadi seorang yang kurang ingatan, kami akan kerahkan harta benda kami untuk menyembuhkan penyakitmu itu.”

Bersabdalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam: “Tidak satu pun yang kalian katakan itu terlintas di dalam diriku. Akan tetapi sebenarnya Allah mengutusku menjadi Rasul kepada kalian, Menurunkan sebuah Kitab kepadaku, dan Memerintahkan supaya aku menjadi seorang pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.”

Mereka berkata: “Jika engkau tidak mau menerima apa yang kami ajukan tadi, tentu engkau mengetahui bahwa negeri Mekah ini merupakan negeri yang sempit dan padat penduduknya, sumber alamnya sedikit, serta penghidupannya sulit. Alangkah baiknya jika engkau memohon kepada Rabb yang telah Mengutusmu agar Menyingkirkan gunung-gunung yang menyempitkan kita ini sehingga negeri kita menjadi luas, agar Mengalirkan sungai-sungai di negeri kita ini seperti di negeri Syam dan Irak dan supaya Membangkitkan nenek moyang kami yang sudah mendahului kami. Sekiranya engkau tidak dapat melaksanakan permintaan kami ini, cobalah minta kepada Rabb-mu agar Mengutus Malaikat yang membenarkan ajakanmu ini, dan agar Ia Membuat kebun-kebun, harta terpendam, dan gedung-gedung dari emas dan perak. Dengan demikian, kami dapat menolong engkau menyebarkan agamamu dengan harta yang kami lihat engkau pun membutuhkannya, karena kami pun melihat engkau suka ke pasar mencari penghidupan. Sekira engkau tidak dapat melaksanakannya, runtuhkanlah langit sebagaimana anggapanmu bahwa Rabb-mu dapat Melaksanakannya apabila Dia menghendaki. Kami tidak akan beriman kepadamu, sebelum engkau penuhi permintaan kami ini.”

Pergilah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam meninggalkan mereka, diikuti oleh ‘Abdullah bin Abi Umayyah yang berkata: “Hai Muhammad, kaummu meminta kepadamu beberapa permintaan, tapi engkau tidak mau memperkenankannya. Kemudian mereka meminta kepadamu beberapa bukti agar mereka mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, tapi engkau juga tidak membuktikannya. Kemudian mereka meminta kepadamu agar engkau mempercepat siksaan Tuhan yang selalu engkau peringatkan kepada mereka. Demi Allah, aku tidak akan beriman kepadamu selama-lamanya sebelum engkau membuat tangga ke langit, terus engkau naik ke sana dan aku melihatnya, lalu engkau membawa sebuah naskah yang dapat aku sdiebarkan dan membawa empat malaikat yang menjadi saksi atas kerasulanmu sebagaimana yang engkau katakan.”

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pulang dengan perasaan sedih. Maka turunlah ayat 90-93 berkenaan dengan peristiwa tersebut, sejalan dengan ucapan Abdullah bin Abu Umayyah.

Wallahu’alam
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar