Kamis, 27 April 2017

Kautsar

Banyak riwayat mengenai asbabun nuzul surah al-Kautsar ini, antara lain

Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika Ka’b bin al-Asyraf (tokoh Yahudi) datang ke Mekkah, kaum Quraisy berkata kepadanya : “Tuan adalah pemimpin orang Madinah. Bagaimana pendapat tuan tentang si pura-pura sabar yang diasingkan oleh kaumnya, yang menganggap dirinya lebih mulia daripada kami, padahal kami adalah penyambut orang-orang yang melaksanakan haji, pemberi minumnya, serta penjaga Ka’bah?” Ka’b berkata : “Kalian lebih mulia daripada dia.” Maka turunlah ayat 3 surah al-Kautsar yang membantah ucapan mereka.

Dalam riwayat lain dikemukakan, ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, diberi wahyu, kaum Quraisy berkata : “Terputuslah hubungan Muhammad dengan kita.” Maka turunlah ayat 3 surah al-Kautsar sebagai bantahan atas ucapan mereka.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Quraisy menganggap kematian anak laki-laki itu berarti putus keturunan. Ketika putra Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam meninggal, al-‘Ashi bin Wa-il mengatakan bahwa keturunan Muhammad telah terputus. Maka turunlah ayat 3 sebagai bantahan terhadap ucapannya itu..

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat 3 turun berkenaan dengan al-‘Ashi bin Wa’il yang berkata : “Aku membenci Muhammad”. Ayat itu turun sebagai penegasan bahwa orang yang membenci Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam akan terputus kebaikannya.

Dalam riwayat lain dikemukakan, ketika Ibrahim, putra Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam wafat, orang-orang musyrik berkata satu sama lain : “Orang murtad itu (Muhammad) telah terputus keturunannya tadi malam.” Allah Menurunkan ayat 1-3 yang membantah ucapan mereka.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ‘Uqbah bin Abi Mu’aith berkata : “Tidak ada seorang pun anak laki-laki Nabi yang hidup sehingga keturunannnya terputus.” Ayat 3 turun sebagai bantahan ucapan itu…

Dalam riwayat dikemukakan, ketika Ibrahim,putra Rasulullah wafat, kaum Quraisy berkata : “Sekarang Muhammad menjadi abtar (terputus keturunannya).” Hal ini menyebabkan Nabi bersedih hati. Maka turunlah ayat 1-3 surah al-Kautsar.

Subhanallah…

Putus dan pupus sejati itu pada hakikatnya ialah saat tidak taat kepada Allah , tidak mengikuti Rasulullah malah membenci Nabi, membenci yang dibawanya. Saat diri ini berhenti dari berbuat kebaikan perbaikan di situlah letak ‘keterputusan’. Kala hidup seseorang hanya terisi kebencian, di situlah pupus kehidupannya.

Imam ar-Razi kala mentadabburi ayat ke 3 surah al-Kautsar mengatakan “Allah menyebutnya sebagai pembenci. Jadi seolah-olah Allah berfirman : “Orang yang membencimu ini tidak bisa berbuat apa-apa selain membencimu. Dan apabila orang yang benci itu tidak bisa melakukan sesuatu yang menyakiti orang yang dibencinya maka hatinya akan dibakar amarah dan dengki. Lalu rasa permusuhan itu akan menjadi pemicu utama munculnya malapetaka pada diri musuh tersebut.”

Sedangkan Ibnu Taimiyah kala mentadabburi ayat ke 3 surah al-Kautsar mengatakan, “Berhati-hatilah Bung! Jangan sampai anda membenci sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam atau menolaknya demi menuruti hawa nafsu anda, membela madzhab atau guru anda, atau melindungi kesibukan anda dalam mengumbar syahwat atau mrngumpulkan dunia. Karena Allah tidak mewajibkan kepada siapapun untuk taat kepada seseorang selain kepada Rasul-Nya.”

Dari berbagai riwayat, dapat kita ambil hikmah tentang bahwa ketiadaan anak lelaki bukan berarti putus semua harapan kebaikan. Dan juga bahwa anak perempuan ternyata punya status mulia juga seperti anak lelaki.

Menurut tafsir Abubakar bin ‘Iyassy dan Yaman bin Ri-ab bahwa nikmat yang banyak (al-Kautsar) dapat bermakna “banyak shahabatnya, banyak ummatnya, dan banyak pengikutnya.”

Selain itu, Abu’l Fadhl al-“Arudhiy menafsirkan bahwa al-Kautsar berarti beliau mendapat keturunan yang banyak dan mulia dari anak perempuan, yakni keturunan Fatimah.

Semoga bermanfaat.

Semoga Allah mempertemukan kita dengan Nabi di telaga al-Kautsar kelak. Aamiin.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar