Minggu, 30 April 2017

al-Lahab

Dalam suatu riwayat dikemukakan pada suatu ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam naik ke bukit Shafa sambil berseru : “Mari berkumpul pada pagi hari ini!” Maka berkumpullah kaum Quraisy. Rasulullah bersabda : “Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku beritahu bahwa musuh akan datang besok pagi atau petang, apakah kalian percaya kepadaku?” Kaum Quraisy menjawab : “Pasti kami percaya” Rasulullah bersabda, “Aku peringatkan kalian bahwa Siksa Allah yang dahsyat akan datang.”

Berkatalah Abu Lahab : “Celaka engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau kumpulkan kami?” Maka turun surah al-Lahab yang melukiskan bahwa kecelakaan akan menimpa orang yang memfitnah dan menghalang-halangi agama Allah.

Subhanallah…
Abu Lahab adalah salah seorang paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nama aslinya adalah Abdul ‘Uzza bin Abdul Muththalib, dan kun-yah-nya adalah Abu ‘Utaibah. Sedangkan istrinya adalah Ummu Jamiil Arwaa binti Harb bin Umayyah, saudara perempuan Abu Sufyan. Jadi keduanya sama-sama berasal dari keluarga yang paling terpandang di kalangan suku Quraisy, yang tentu saja membuat bobot permusuhan mereka terhadap dakwah Islam jauh lebih berat ketimbang permusuhan kaum kafir kebanyakan. Karena tentu banyak sekali masyarakat yang terpengaruh dan mengikuti jejak mereka. Apalagi masih ditambah dengan status Abu Lahab sebagai paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang secara logika mestinya minimal tidak memusuhi bahkan mendukung atas dasar fanatisme kekeluargaab. Namun, tidak begitu bagi Abu Lahab, ia malah memusuhi Islam secara luar biasa.

Diriwayatkan kala keluarga besar Bani Hasyim di bawah kepeloporan Abu Thalib bersepakat untuk tetap membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena dorongan rasa fanatisme keluarga, meski mereka belum beriman, Abu Lahab-lah sendirian yang menentang kesepakatan saudara-saudaranya itu, dan lebih memilih berpihak pada kaum kafir Quraisy dalam konspirasi pemboikotan dan pengisolasian Bani Hasyim yang dikukuhkan dengan penulisan perjanjian jahat tersebut dalam lembaran shahiifah yang mereka tempelkan di Ka’bah.

Betapa mengerikan rasa permusuhan Abu Lahab pada Islam. Sebagaimana riwayat dari sahabat Rabi’ah bin ‘Abbad Ad-Daili, Beliau berkata,”Sungguh aku bersama bapakku pada usia muda saat aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkeliling ke kabilah-kabilah, diikuti dari belakang beliau oleh seorang laki-laki bermata juling dan berwajah putih. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke suatu kabilah, beliau bersabda,’Wahai Bani Fulan, sungguh aku adalah utusan Allah kepada kalian, aku minta kalian beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya, juga kalian mempercayai dan membelaku, agar aku bisa melaksanakan risalah yang aku bawa dari Allah.’ Begitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai menyampaikan dakwah beliau, serta merta lelaki yang ada di belakang beliau itu menimpali,’Wahai Bani Fulan! Lelaki ini ingin kalian meninggalkan (berhala) Al-Laata dan Al-‘Uzza, juga sekutu-sekutu kalian dari bangsa jin Bani Malik bin Aqmas, dan agar kalian mengikuti kebid’ahan dan kesesatan yang ia bawa. Maka janganlah kalian mendengarkan dan mengikutinya!’ Lalu akupun bertanya kepada ayahku,’Siapakah lelaki itu?’ Beliau menjawab,’Ia adalah paman beliau sendiri, Abu Lahab.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani).

Dan permusuhannya dengan Islam semakin perfect kala istrinya Ummu Jamiil yang juga sangat proaktif dalam menebarkan fitnah dan permusuhan dimana-mana terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan dakwah Islam, serta juga dalam melakukan berbagai gangguan fisik seperti meletakkan kayu dan duri di jalan menuju rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu ia lakukan setiap saat. Dan itu adalah dua makna yang disebutkan oleh para ulama dalam menafsirkan ayat ke-4 (yang artinya): “Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar”. Yang demikian itu padahal rumah mereka berdekatan dan bertetangga dengan rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Subhanallah...


Dengan kejahatan dan permusuhan sempurna itu, ‘terabadilah’ nama Abu Lahab dalam al-Quran. Kehinaan dan kebinasaan buatnya dan istri tidak tanggung-tanggung difirmankan Allah secara langsung. Yang tentunya tiada keraguan di dalamnya. Tiada harapan lagi buat Abu Lahab dan istri.

Semua yang ia punya tiada berguna untuk membebaskan dari adzab dan siksa yang telah menantinya. Allah memastikannya Abu Lahab masuk neraka. Semakin lengkap dengan kebersandingan istrinya dalam kebinasaan itu. Istri Abu Lahab, Ummi Jamil bernasib seperti itu bukan karena ia berstatus ‘istri Abu Lahab’, namun karena memang sifatnya yang seperti suaminya.

Semoga kita terhindar dari mengikuti perangai Abu Lahab dan istrinya. Aamiin
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar