Minggu, 18 Desember 2016

Jangan Pecah

One Day One ' Ain
QS Asy-Syura : 10-19


Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)" (Qs Asy-Syura : 15)

Isam sudah diwasiatkan kepada para Rasul jauh sebelum Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam mendakwahkan dan mengamalkannya. Bahwa Para Rasul khususnya Ulul Azmi, yakni Rasul yang memiliki tugas istimewa (Nuh, Ibrahim , Musa, Isa dan Muhammad) dan juga Nabi lainnya memiliki pokok ajaran yang sama. Tugas yang sama. Yaitu “tegakkan agama dan jangan kamu bercerai-berai padanya”.

Menjalankan Islam. Menegakkan Tauhid dan tidak bercerai berai. Menjauhi berselisih dalam urusan agama yang dapat menimbulkan perpecahan dan permusuhan.


Dari ayat 13-14 surah asy-Syura kita berharap semoga kita terhindar dari sifat kaum kafir yang sukanya berpecah ke dalam beberapa sekte dan aliran tersebabkan kedengkian dan kebencian yang terselip antara satu sama lain. Sayangnya itu terjadi setelah mereka diberi pengetahuan dan bukti yang mungkin ‘memberatkan’ mereka. Seperti Yahudi dan Nasrani saat kedatangan Nabi Muhammad, yang dijanjikan dalam kitab yang ada di tangan mereka.

Sering juga terlihat di dalam ummat Islam sendiri, penyakit seperti ini. Yakni saling membangga-banggakan kelompoknya, menjelek-jelekkan kelompok lain.

Semoga kita terhindar dari kedengkian dan kebencian.

Setidaknya kita harus sadar manusia 'tidak diciptakan sekadar untuk permainan' tetapi untuk melaksanakan tugas (QS 23: 115) dan mempertanggungjawabkannya. Salah satu tugasnya adalah menyatukan perselisihan dalam pencarian kebenaran. Untuk itu, dalam ayat 15, Allah menyatakan fad'u wastaqim kama umirta "serulah dan beristiqomahlah dalam menolak mengikuti hawa nafsu."

Hawa adalah kecenderungan hati kepada sesuatu yang biasanya tidak bermanfaat, bahkan tidak jarang melanggar batas kebenaran. Orang yang mengikuti hawa nafsu tidak akan dapat menemukan kebenaran. Nabi Muhammad Saw diminta menyeru ahli kitab untuk tidak menjadikanvhawa nafsu sebagai landasan pergaulan dalam keberbedaan, seraya mengajukan iman dan keadilan sebagai landasan pergaulan.

Perbedaan dan kesesatan secara niscaya ditimbulkan oleh hawa nafsu (QS 5 : 77). Hawa nafsu digambarkan dalam al-Quran sebagai jalan yang membuat orang tersesat oleh pengetahuannya sendiri sehingga mata dan hatinya tertutup dari kebenaran (QS 45 :23). Untuk dapat menghadapi hawa nafsu itu, Allah memerintahkan kaum beriman "berada di atas syariatvl dari urusan (agama)" (QS 45:18)

Berhadapan dengan ahli Kitab yang menggunakan hawa nafsu, Nabi Muhammad Saw diminta mengingatkan umatnya secara istiqomah tidak menggunakan hawa nafsu sebagai cara penyelesaian perselisihan. Istiqomah itu bermakna mantap, terlaksana, berkonsentrasi serta konsisten. Ia juga dapat bermakna perintah untuk menegakkan sesuatu hingga sempurna dan seluruh yang diharapkan darinya terwujud sempurna. Ini berarti dalam menjalankan penyelesaian perselihan tanpa hawa nafsu harus dilakukan secara sempurna, dengan panduan iman dan keadilan.

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat

Akh Ishlah al-Medaniy
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar