Dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah mengutus Ali, Az-Zubair, dan
al-Miqdad bin al-Aswad, dengan bersabda: “Pergilah kalian ke kebun
Khaikh. Di sana kalian akan bertemu dengan seorang wanita yang membawa
surat. Ambillah surat itu darinya dan
bawalah kepadaku.” Berangkatlah mereka bertiga hingga sampai ke tempat
yang ditunjukkan oleh Rasulullah. Di sana mereka bertemu dengan seorang
wanita yang naik unta. Berkatalah mereka: “Berikan surat itu kepada
kami.” Ia menjawab: “Saya tidak membawa surat.” Mereka berkata:
“Sekiranya engkau tidak menyerahkannya, kami akan menelanjangi engkau.”
Dengan susah payah ia pun mengeluarkan surat itu dari sanggul kepalanya.
Kemudian
mereka membawa surat itu kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
Setelah diperiksa, ternyata surat itu dari seorang sahabat yang bernama
Hathib bin Abi Balta’ah yang ditujukan kepada orang musyrikin di
Mekkah, yang isinya memberitahukan kepada mereka beberapa perintah Nabi.
Akhirnya Hathib bin Abi Balta’ah dipanggil oleh Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salam. Setelah berada di hadapan Rasulullah, beliau bertanya
kepada Hathib : “Apakah ini, wahai Hathib?”, sambil memperlihatkan
surat. Hathib menjawab dengan ketakutan, “Janganlah tergesa-gesa
(menghukum aku), ya Rasulullah. Aku mempunyai teman dari golongan
Quraisy, akan tetapi aku sendiri tidak termasuk golongan mereka.
Shahabat-shahabat kaum Muhajirin yang ada sekarang, banyak yang
mempunyai kerabat yang bisa mempunyai kerabat seperti mereka. Karenanya
aku membuat budi kepada mereka supaya mereka menjaga keluargaku yang
lemah dan harta bendaku. Aku berbuat demikian bukan karena kufur atau
murtad dari agama dan bukan pula karena rida atas kekufuran mereka.”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda : “Ia mengatakan yang
sebenarnya.”
Ayat 1-4 surah al-Mumtahanah turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang melarang kaum Mukmini memberikan
Subhanallah…
Orang
beriman tidak mungkin menjadikan musuh Islam sebagai teman setia yang
digauli berdasar cinta. Yang kemudian dibocorkan rahasia-rahasia pada
mereka. Karena orang beriman hidupnya Lillah, mana mungkin insan beriman
mengkhianati-Nya. Lucu bila berkasih sayang, setia, loyal pada orang
yang menyekutukan-Nya atau memusuhi agama-Nya. manusia beriman tentu
memiliki sifat Baro’..