Walid
bin al-Mughirah dari kota Mekkah serta Mas’ud bin ‘Amr ats-Tsaqafi dari
kota Thaif menurut kaum kafir lebih mulia dari Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wa sallam. Sehingga mestinya merekalah yang pantas menjadi
Nabi. Padahal Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wa sallam, Allah takdirkan sebagai orang tinggi dan mulia dari
segi manapun baik dari nasab sampai kemuliaan akhlak beliau hingga
beliau satu-satunya dijuluki al-Amin di tengah-tengah masyarakat meski
belum diutus menjadi Nabi dan Rasul.
Nabi bersabda :
“Sesungguhnya
pada hari penciptaan para makhluk, Allah telah menjadikanku yang
terbaik di antara mereka. Ketika mengelompokkan mereka, Allah
mengelompokkan diriku ke dalam golongan yang terbaik. Ketika menciptakan
kabilah-kabilah, Allah menempatkanku di kabilah terbaik. Lalu ketika
menciptakan keluarga-keluarga, Allah menempatkanku di sebuah keluarga
yang terbaik. Maka sesungguhnya aku adalah makhluk yang paling baik
nasab dan keluarganya di antara para makhluk tersebut.”
Subhanallah..
Lantas, mengapa mereka berpandangan seperti itu? Ya, kalau memang dasarnya tidak mau beriman, pasti punya seribu alasan.
Mereka
mengatakan demikian karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tidak
memiliki harta dan kekayaan berlimpah (layaknya mereka berdua),
sedangkan kebanggaan menurt mereka hanya diukur dengan materi duniawi
saja. Standar kemuliaan mereka ialah harta dan kekayaan duniawi.
Padahal
tidaklah layak manusia itu menentukan bahwa kenabian itu diberikan
kepada siapa. Allah Lebih Mengetahui siapa yang pantas mengemban
risalah-Nya. Allah lebih tahu standar yang benar dan siapa yang lebih
layak.
Bisa
saja Allah memberikan dunia kepada orang yang Dia sukai ataupun orang
yang tidak Dia sukai. Namun, hidayah ,kenikmatan beragama, semangat
berIslam apalagi kenikmatan penerus risalah ataupun dakwah hanya Allah
khususkan bagi hamba yang layak mendapatinya.
Allah
melebihkan sebagian orang daripada sebagian yang lain. Ada yang
berilmu, ada yang mesti perlu belajar lagi, ada yang kaya , ada yang
miskin, ada yang kuat dan lemah, ada penguasa, pemuka ataupun hanya
rakyat jelata. Sehingga satu sama lain saling mempengaruhi dalam
kehidupan dan agar kehidupan terus berjalan.
Dan
rahmat Allah berupa taufik dan hidayah-Nya untuk taat dan ilmu yang
bermanfaat serta amal sholih jauh lebih utama dibanding harta dan
perhiasan dunia yang akan hancur dan lenyap yang dikumpulkan manusia.
Dunia
ibarat sayap nyamuk bagi Allah. Dunia hanya tetesan yang tertinggal di
tangan dibanding samudera nikmat akhirat yang disediakan bagi insan
beriman.
Bahkan
dalam ayat 33-35 surah Az-Zukhruf disebutkan, bisa saja Allah jadikan
rumah orang-orang kafir itu beratapkan perak, tangga-tangga mereka juga
perak, begitu pula dengan perak, ada juga dipan buat bersandar, dan
zukhruf (perhiasan dari emas) dsb. Karena nilai dunia di sisi Allah
sangat remeh dan hina.
Namun,
agar menghindari orang yang lemah imannya dan bodoh (kurang berilmu)
goyah, tertipu oleh penampilan dan perhiasan kaum kafirin itu, maka
Allah tidak memberikan keistimewaan tersebut kepada kaum kafirin itu.
Kalau
direnungkan, sedangkan saat ini saja, sebagian kaum muslimin saja sudah
terpedaya dengan keadaan kaum kafirin apatah lagi bila Allah jadikan
demikian pada rumah kaum kafirin. Sekarang saja, sudah banyak yang mulai
terjangkit budaya-budaya kaum kafirin dan mulai lupa nilai Islam bahkan
mungkin ia ingat, tahu aturan Islam namun ia tinggalkan demi mengikuti
‘manhaj’ kaum kafir. Na’udzubillah. Sedangkan sekarang saja sudah banyak
yang ‘menyamakan’, menganggap sama ucapan ulama dengan artis, Fatwa
Majelis Ulama tak dihirau, seolah dikalahkan dengan ‘fatwa’ pemilik
harta dsb.
Subhanallah...
Semoga
Allah berikan hidayah-Nya kepada kita. Merasakan kemanisan Iman dalam
kehidupan. Allah kuatkan Iman kami shingga tidak tertipu dengan dunia
ini.
Aamiin
Wallahu’alam