Pada
hari Kiamat, tiap manusia duduk bersimpuh di atas lutut-lutut mereka,
berlutut (Jaatsiah) menghadapi mahkamah Ilahi, setiap ummat akan Allah
perlihatkan catatan amal mereka, baik amal kebajikan maupun keburukan,
kemudian Allah Membalas apa yang mereka lakukan.
Kitab
catatan amal yang memuat catatan kebaikan maupun keburukan tanpa
dikurang atau ditambah. Allah –lah menyuruh para malaikat untuk mencatat
amalan anak cucu Adam yang baik dan juga yang buruk..
Subhanallah..
Lengkap
catatan dari Allah, yang mungkin lebih lengkap dari yang ‘diingat’ oleh
kita sendiri. Sedangkan sang pencatat yang ditugaskan Allah itu
senantiasa berada di dekat kita. Walaupun kita sedang menyendiri, pada
hakikatnya kita tidak sendiri. Di sekitar kita, “ramai” dengan yang
ghaib, tak nampak oleh mata. Ada yang senantiasa ‘memposting’ apa yang
kita bicarakan maupun lakukan. Dan Malaikat itu tidak berkepentingan
pula untuk memalsukan catatan itu.
Alangkah
beruntung sesiapa yang beriman dan beramal sholih, taat, mereka akan
peroleh semua yang diinginkan dan selamat dari yang ditakutkan.
Sedang
sesiapa yang sombong, mendustakan ayat-Nya dan risalah Nabi-Nya akan
tercela dan terhina. Mereka yang selama di dunia mengejek tanda-tanda
kuasa-Nya, mengolok ajaran Allah, tidak mau menerima dan mengamalkannya.
Tertipu dengan urusan dunia sementara, sehingga nasibnya di akhirat
semenjana. Dan Pada hari kiamat itu tidak ada kesempatan lagi untuk
beriman dan beramal kebajikan lagi serta tiada waktu untuk bertobat
lagi...
Subhanallah...
Maka
di hadapan kebesaran-Nya di hari Kiamat, kita semua, ummat manusia akan
berlutut (Jaatsiah), menunggu pemeriksaan berkas-berkas. Dari itu
selagi di dunia pun, hendaknya kita telah mulai berlutut menyerahkan
diri, bertaubat selagi masih sempat, berlindung pada-Nya, senantiasa
menyadari bahwa apa yang dikata dan dibuat senantiasa dicatat.
Semoga Allah menjadikan kita hamba yang taat pada-Nya.
Aamiin
Wallahu’alam