Dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
pergi bersama ‘Auf bin Malik ke sinagog kaum Yahudi, pada hari raya
mereka. Mereka merasa tidak senang atas kehadiran keduanya. Bersabdalah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
bersabda, “Hai kaum Yahudi! Hadapkanlah kepadaku dua belas orang dari
kalian untuk mengucapkan syahadat, bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah
dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Pasti Allah akan
Menggugurkan Kemarahan-Nya kepada setiap kaum Yahudi yang ada di bumi.”
Mereka semuanya terdiam dan tak seorang pun yang menjawab.
Setelah
bubar, Rasulullah ditegur oleh salah seorang dari mereka dengan
berkata: “Tunggulah sebentar, hai Muhammad! Tampaknya tuanlah yang
disebut di dalam Taurat.” Orang itu pun berbalik seraya bertanya kepada
kaum Yahudi: “Siapakah aku ini sepanjang pengetahuan kalian?” Mereka
berkata: “Demi Allah, kami tidak mengenal seorang yang lebih alim dan
lebih pintar tentang Kitab Allah daripada engkau. Demikian pula dahulu
tak ada seorang pun yang lebih pintar daripada ayahmu atau kakekmu.” Ia
berkata: “Sesungguhnya aku bersaksi bahwa ia adalah Nabi yang kamu
dapati di dalam Taurat.” Kaum Yahudi berkata: “Engkau bohong!” Kemudian
mereka menyeret dan memakinya. Ayat 10 surah Al-Ahqaf berkenaan dengan
peristiwa tsb. (diriwayatkan Thabrani)
Sedangkan
dari riwayat al-Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Said bin Abi
Waqqash yang dimaksud dengan wa syahida syahidum mim bani isra ila ‘ala
mitslih adalah Abdullah bin Salam.
Subhanallah..
Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam adalah sosok yang sudah tertulis
dalam kitab – kitab terdahulu, Taurat dan Injil. Beliau ialah sosok yang
dijanjikan sebagai Nabi akhir zaman. Bani Israil tahu itu. Namun,
ketika sang Rasul itu, yang mereka nanti-nantikan itu ternyata bukan
dari golongan mereka, mereka berontak. Mereka malah menjadi penentang
utama. Naudzbillah. Semoga kita terhindar dari sifat seperti mereka.
Kala sosok pahlawan yang hadir bukan dari kelompok mereka, padahal sosok
tersebut berada di garis kebenaran, malah membuang muka bahkan menjadi
oposisi.
Mari
kita ingat sejenak sosok yang bernama asli Hushain. Ya. Hushain bin
Salam. Dia adalah seorang rabi di Yastrib. Nasabnya , ilmunya,
membuatnya disegani dan dihargai bahkan melampaui umurnya. Lembar-lembar
Taurat adalah santapannya tiap hari. Dari hobbynya itu, ia memiliki
mengetahui rahasia kecil mengapa kaumnya berduyun-duyun menghuni
Yastrib. Alasannya adalah Mesiah. Sang Juru Selamat. Taurat dengan
jernih mengungkap bahwa Nabi terakhir akan muncul di sebuah negeri yang
terletak di antara dua bukit yang ditumbuhi pohon kurma. Yastrib!
Kaumnya
yang terombang-ambing setelah diusir dan menderita. Akhirnya mereka
yang memahami Taurat pun menempati Yastrib (nama Madinah dulu) menanti
sang Mesiah seraya juga berharap agar Sang Nabi berasal dari ‘rahim’
wanita mereka.
Hushain
bin Salam terus mengkaji Taurat. Hingga dia faham bahwa Sang Nabi akan
muncul di Yastrib. Ia mengenal tanda-tanda zhahir maupun bathin sang
Nabi. Bahkan namanya tertulis jelas : Ahmad. Lantas kemudian ia pun tahu
bahwa Nabi akan muncul di Yatsrib tapi bukan dari keturunan Israil akan
tetapi dari sepupu mereka yakni keturunan Ismail. Saat itu, kabarnya
sang Nabi sedang perjalanan menuju kemari (Yastrib).
Sejak
itu, seminggu penuh, ia menanti, memanjat pohon kurma, matanya
memandang sejauh cakrawala. Memastikan semuanya. Bibinya hingga
menegurnya menyuruh turun keponakan.
“Nabi akan datang Bibi! Aku tahu. Nabi akan datang!”
“Turunlah, atau aku pukuli kau dengan galah ini hingga jatuh!”
“Tidak
Bibi, sang Mesiah akan datang! Dia pembimbing kaum kita, juga seluruh
ummat manusia. Namanya Muhammad. Dia datang dari Mekkah. Dia akan ke
Yastrib!”
Begitulah ungkapan Hushain sambil dipukuli Bibinya.
Hingga
tiba hari, tibalah sang Nabi, dari arah Tsaniyatul Wada’. Ya. Hushain
memastikan itu beliau maka Hushain berteriak nyaring, “Wahai orang-orang
Arab, itulah dia Nabi yang dijanjikan Allah dalam Taurat dan Injil!
Itulah Nabi yang datang dari kalangan kalian sendiri, yang kemudian
kalian ada padanya! Bahagialah orang yang membela dan menolong
risalahnya, binasalah orang yang menentangnya! Wahai Bani Israil, Bani
Auf, Bani Nadzir, wahai Qainuqa’ wahai sekalian kaumku orang Yahudi,
inilah juru selamat yang dijanjikan untuk kalian!”
Hushain
bin Salam, bergegas turun dari pohon kurma, masih lengkap dengan
pakaian rabi Yahudinya menyambut Nabi. Beliau mencium tangan beliau dan
bersyahadat.
Nabi bertanya, “Siapa namamu hai pemuda mulia?” sambil senyum dan menepuk bahunya.
“Hushain, Ya Rasulullah. Hushain bin Salam.”
“Bukan, tetapi namamu adalah Abdullah. Abdullah bin Salam wahai keturunan Harun! Engkau kini adalah saudaraku dalam iman!”
Subhanallah…
Sejak
saat itulah nama beliau menjadi Abdullah bin Salam. Dan Begitulah
contoh sosok orang yang berpegang dan senantiasa mencari kebenaran.
Semoga Allah menetapkan kita dalam ketaatan dan kebenaran.
Wallahu’alam