Sabtu, 14 September 2013

berada di garis kebenaran, bukan kedengkian

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pergi bersama ‘Auf bin Malik ke sinagog kaum Yahudi, pada hari raya mereka. Mereka merasa tidak senang atas kehadiran keduanya. Bersabdalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Hai kaum Yahudi! Hadapkanlah kepadaku dua belas orang dari kalian untuk mengucapkan syahadat, bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Pasti Allah akan Menggugurkan Kemarahan-Nya kepada setiap kaum Yahudi yang ada di bumi.” Mereka semuanya terdiam dan tak seorang pun yang menjawab.

Setelah bubar, Rasulullah ditegur oleh salah seorang dari mereka dengan berkata: “Tunggulah sebentar, hai Muhammad! Tampaknya tuanlah yang disebut di dalam Taurat.” Orang itu pun berbalik seraya bertanya kepada kaum Yahudi: “Siapakah aku ini sepanjang pengetahuan kalian?” Mereka berkata: “Demi Allah, kami tidak mengenal seorang yang lebih alim dan lebih pintar tentang Kitab Allah daripada engkau. Demikian pula dahulu tak ada seorang pun yang lebih pintar daripada ayahmu atau kakekmu.” Ia berkata: “Sesungguhnya aku bersaksi bahwa ia adalah Nabi yang kamu dapati di dalam Taurat.” Kaum Yahudi berkata: “Engkau bohong!” Kemudian mereka menyeret dan memakinya. Ayat 10 surah Al-Ahqaf berkenaan dengan peristiwa tsb. (diriwayatkan Thabrani)

Sedangkan dari riwayat al-Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Said bin Abi Waqqash yang dimaksud dengan wa syahida syahidum mim bani isra ila ‘ala mitslih adalah Abdullah bin Salam.

Subhanallah..

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam adalah sosok yang sudah tertulis dalam kitab – kitab terdahulu, Taurat dan Injil. Beliau ialah sosok yang dijanjikan sebagai Nabi akhir zaman. Bani Israil tahu itu. Namun, ketika sang Rasul itu, yang mereka nanti-nantikan itu ternyata bukan dari golongan mereka, mereka berontak. Mereka malah menjadi penentang utama. Naudzbillah. Semoga kita terhindar dari sifat seperti mereka. Kala sosok pahlawan yang hadir bukan dari kelompok mereka, padahal sosok tersebut berada di garis kebenaran, malah membuang muka bahkan menjadi oposisi.

Mari kita ingat sejenak sosok yang bernama asli Hushain. Ya. Hushain bin Salam. Dia adalah seorang rabi di Yastrib. Nasabnya , ilmunya, membuatnya disegani dan dihargai bahkan melampaui umurnya. Lembar-lembar Taurat adalah santapannya tiap hari. Dari hobbynya itu, ia memiliki mengetahui rahasia kecil mengapa kaumnya berduyun-duyun menghuni Yastrib. Alasannya adalah Mesiah. Sang Juru Selamat. Taurat dengan jernih mengungkap bahwa Nabi terakhir akan muncul di sebuah negeri yang terletak di antara dua bukit yang ditumbuhi pohon kurma. Yastrib!

Kaumnya yang terombang-ambing setelah diusir dan menderita. Akhirnya mereka yang memahami Taurat pun menempati Yastrib (nama Madinah dulu) menanti sang Mesiah seraya juga berharap agar Sang Nabi berasal dari ‘rahim’ wanita mereka.

Hushain bin Salam terus mengkaji Taurat. Hingga dia faham bahwa Sang Nabi akan muncul di Yastrib. Ia mengenal tanda-tanda zhahir maupun bathin sang Nabi. Bahkan namanya tertulis jelas : Ahmad. Lantas kemudian ia pun tahu bahwa Nabi akan muncul di Yatsrib tapi bukan dari keturunan Israil akan tetapi dari sepupu mereka yakni keturunan Ismail. Saat itu, kabarnya sang Nabi sedang perjalanan menuju kemari (Yastrib).

Sejak itu, seminggu penuh, ia menanti, memanjat pohon kurma, matanya memandang sejauh cakrawala. Memastikan semuanya. Bibinya hingga menegurnya menyuruh turun keponakan.

“Nabi akan datang Bibi! Aku tahu. Nabi akan datang!”

“Turunlah, atau aku pukuli kau dengan galah ini hingga jatuh!”

“Tidak Bibi, sang Mesiah akan datang! Dia pembimbing kaum kita, juga seluruh ummat manusia. Namanya Muhammad. Dia datang dari Mekkah. Dia akan ke Yastrib!”

Begitulah ungkapan Hushain sambil dipukuli Bibinya.

Hingga tiba hari, tibalah sang Nabi, dari arah Tsaniyatul Wada’. Ya. Hushain memastikan itu beliau maka Hushain berteriak nyaring, “Wahai orang-orang Arab, itulah dia Nabi yang dijanjikan Allah dalam Taurat dan Injil! Itulah Nabi yang datang dari kalangan kalian sendiri, yang kemudian kalian ada padanya! Bahagialah orang yang membela dan menolong risalahnya, binasalah orang yang menentangnya! Wahai Bani Israil, Bani Auf, Bani Nadzir, wahai Qainuqa’ wahai sekalian kaumku orang Yahudi, inilah juru selamat yang dijanjikan untuk kalian!”

Hushain bin Salam, bergegas turun dari pohon kurma, masih lengkap dengan pakaian rabi Yahudinya menyambut Nabi. Beliau mencium tangan beliau dan bersyahadat.

Nabi bertanya, “Siapa namamu hai pemuda mulia?” sambil senyum dan menepuk bahunya.

“Hushain, Ya Rasulullah. Hushain bin Salam.”

“Bukan, tetapi namamu adalah Abdullah. Abdullah bin Salam wahai keturunan Harun! Engkau kini adalah saudaraku dalam iman!”

Subhanallah…
Sejak saat itulah nama beliau menjadi Abdullah bin Salam. Dan Begitulah contoh sosok orang yang berpegang dan senantiasa mencari kebenaran.

Semoga Allah menetapkan kita dalam ketaatan dan kebenaran.

Wallahu’alam
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar