Senin, 15 April 2013

jangan berada di tepi


Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ada seorang laki-laki datang ke Madinah , kemudian memeluk agama Islam. Ia memuji agamanya apabila istrinya melahirkan anak laki-laki dan kudanya berkembang biak. Namun ia mencaci maki agamanya, apabila istrinya tidak melahirkan bayi laki-laki dan kudanya tiada berkembang biak. Ayat 11 surah al-Hajj turun berkenaan dengan peristiwa tersebut. (Diriwayatkan al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu Abbas)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa seorang Yahudi masuk Islam, kemudian menjadi buta, harta bendanya habis, serta anaknya mati. Ia menganggap bahwa agama Islamlah yang menyebabkan dirinya sial. Ia berkata: “Aku tidak pernah mendapat kebaikan dari agama ini. Mataku menjadi buta, harta bendaku musnah dan anakku mati.” Ayat 11 turun berkenaan dengan peristiwa tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari ‘Athiyyah yang bersumber dari Ibnu Mas’ud)


Ibnu Rajab berkata : Beribadahlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla karena menuruti apa yang Dia inginkan dari anda., bukan karena menuruti apa yang anda inginkan dariNya. Karena barangsiapa yang beribadah kepada Allah karena menuruti apa yang dia inginkan dariNya, dia termasuk orang yang beribadah kepada Allah secara sepihak,

“dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi ; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.”

Manakala pengetahuan dan kecintaan seseorang kepada Rabb telah sempurna, ia tidak akan menginginkan sesuatu selain apa yang diinginkan oleh Tuhannya….

Masya Allah..

Bahaya bagi peragu dan pebimbang dalam mengabdi, hingga ia berada di tepi. Layaknya orang yang sedang berdiri di ujung tembok dalam keadaan gelisah,resah dan gundah.

Agamanya mengikuti dunianya. Kala ia sejahtera, banyak harta , kaya dsb. maka ia berada dalam ketaatan. Namun saat tertimpa musibah, sesuatu diluar harapan, kefakiran maka ia malah pesimis terhadap Islam, berbalik arah dalam berjalan.

Dia dapat kerugian dunia dan akhirat. Rasa ragu berbuah susah di dunia dan di akhirat juga terhina..
Naudzubillah..

Semoga Allah menjadikan kita Muslim yang teguh. Tidak meragu , akan tetapi yakin penuh atas apa yang ditaqdirkan oleh-Nya, senantiasa patuh akan apa yang diperintah-Nya, sabar dan syukur di tiap episode hidup kita. Bukan pilah-pilih dalam beragama, demi kepentingan dunia semata.

Aamiin

Wallahu’alam
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar