“Semua
sholatku, ketaatanku, penyembelihan kurbanku, pendekatanku kepada
Allah, ibadahku, dan segala hal yang kupersembahkan selama hidupku serta
semua yang kupersembahkan setelah matiku, semua itu kulakukan untuk
Rabb-ku semata, bukan karena ingin dipuji
oleh orang yang melihat (riya’) ataupun ingin dipuji oleh orang yang
mendengar (sum’ah), sama sekali tanpa syirik ataupun keraguan. Semua
hidupku untuk Allah subhanahu wa ta’ala dan semua akhiratku pun untuk
Allah subhanahu wa ta’ala. Dia subhanahu wa ta’ala adalah Rabb yang
menciptakan lagi memberi rezki maka Dia berhak untuk disembah dan
diesakan.” (Tafsir Aidh al-Qorni ayat 162)
Everything I do, I dedicate to You (Allah)…
Jalan
yang lurus, Jalan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Dari menyandang status
sebagai anak, hingga pemuda sampai menjadi kakek belia ‘alaihissalam
senantiasa berada di jalan yang lurus. Menghadapi kenyataan bahwa
keluarga sendiri yang sangat dekat dengan kemusyrikan, menghadapi
masyarakat penyembah selain Allah, pelaku perbaikan meski menghadapi
tantangan, hingga dilempar ke api, meninggalkan anak istri demi memenuhi
perintah ilahi, menyembelih anak yang sudah lama dinanti, membuat pusat
bumi (Ka’bah), menyeru seluruh alam untuk mendatangi, senantiasa
mempersiapkan dan berdoa kebaikan untuk generasi penerusnya dsb..
hingga namanya pun senantiasa diingat dalam setiap shalawat dalam
shalat…
Semua itu dilakukan karena Allah semata. Dia hibahkan dirinya. Satu kalimat tertanam dalam dirinya , Tiada ilah selain Allah…
Beliau sadar bahwa Allah ada RABB semesta, sehingga Allah-lah yang pantas dijadikan ILAH…
Bukan
pada patung, tokoh, bintang, bulan, matahari, bukan yang lain seperti
kala dia dalam proses mencari kepada siapa dia taat berserah dan
menyembah…
Subhanallah…
Dalam
bahasa Arab, ada perbedaan makna antara Rabb dan Ilah. Praktek jahiliah
orang-orang Arab pada masa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaih wa salam
pun, salah satunya adalah membedakan antara Rabb (Tuhan) dan Sesembahan
(Ilah). Ketika orang-orang ditanya “siapa Tuhanmu?” “Siapa Pemilik alam
semesta ?? maka mereka menjawab bahwa Allah adalah rabb-nya. Namun,
ketika ditanya siapa ilah? Maka bervariasi lah jawaban, Ada Latta,
Uzza, Manath dll. Karena itulah mereka disebut musyrik (mempersekutukan
Allah)…
Mereka
sadar bahwa Rabb mereka Allah, namun masih saja mencari ilah lain
sebagai tempat menyembah, berdoa, perantara .. Naudzubillah min dzalik
Oleh karena itu, ketika sadar Allah sebagai Rabb semesta maka Nabi Ibrahim ‘alaihissalam telah menemukan Allah sebagai Ilah..
Subhanallah…
Sesungguhnya
sholat, wa nusuki (kata ulama meski tertuju pada ibadah haji dan umrah,
tapi dapat juga berarti IBADAH dalam arti luas), hidupku, dan matiku
hanyalah untuk Allah….
Pure untuk Allah
Senantiasaku
terus perbaiki diri dan menuntut ilmu untuk Allah, sholat ku untuk
Allah , ibadahku ikhlas, dakwahku ila Allah, kuterus belajar (kesempatan
yang hanya diberikan pada manusia yang tidak diberi pada malaikat)
karena Allah, kututup auratku untuk Allah, kuputuskan pacarku hanya
untuk Allah yang dari zina disuruh ku menjauh, ku mohon ampunan kepada
Allah, kupersembahkan hidup dan mati untuk Allah , Rabb semesta alam…
WA LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH….
Wallahu’alam…