Jadi, pada hakikatnya lulusan universitas ‘sejati’ adalah bukan orang-orang parsialis , berorientasi kepada materialistik belaka atau al-insan al-juz’i namun lulusan universitas ‘sejati’ ialah al-insan al-kulli ‘manusia universal’ , yakni manusia yang tidak hanya menguasai keterampilan-keterampilan namun juga mengenal tujuan hidup secara keseluruhan, dengan kata lain dengan pengetahuan-pengetahuannya itu membimbingnya ke arah pengenalan dan pengakuan yang benar dari Tuhan, ada penggabungan antara pikir dan zikir dalam hidupnya.
Nah, dalam kenyataan, universitas saat ini sering hanya berfokus untuk melahirkan lulusan yang berorientasi pada kebutuhan material semata-mata (ekonomistik) /demi memperoleh pekerjaan nantinya. Sehingga makna dari universitas atau kuliah (kulliyah) belumlah mencapai makna sebenarnya. Namun, Alhamdulillah Allah Yang Maha Adil menunjukkan keadilan-Nya. Salah satunya adalah adanya Lembaga Dakwah Kampus.
Tujuan Dakwah Kampus ialah membentuk dan mensuplai alumni yang berafiliasi kepada Islam serta optimalisasi peran kampus dalam mentransformasi masyarakat menuju masyarakat islami. Melalui dakwah kampus dilahirkan intelektual-intelektual muda yang professional dalam bidang yang digelutinya dan tetap memiliki ikatan dan keperbihakan yang tinggi terhadap Islam.
Intinya, selain membentuk kader dakwah, Dakwah Kampus ialah suatu bagian dari proses integral dari Islamisasi kehidupan terutama pada mahasiswa atau pemuda. Sehingga dapat terwujudlah al-insan al-kulli, singkatnya manusia yang Cerdas dan Sholeh. Cerdas karena diasah di Kegiatan akademik, Sholeh karena usaha-usahanya untuk dekat dengan Allah yang salah satunya melalui kegiatan Dakwah Kampus.
Manusia Kuliah
Dalam al-Qur’an, konsep manusia kulliyah, terkandung dalam sosok manusia Ulil Albab.
Ulil Albab ialah manusia yang diberi al-hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, di samping pengetahuan yang diperoleh secara empiris (2:269). Manusia Kulliyah atau Ulil Albab tentunya memiliki sedikit perbedaan dengan istilah-istilah seperti Sarjana, Ilmuwan ataupun intelektual.
Sarjana diartikan sebagai orang yang lulus dari perguruan tinggi dengan membawa gelar. Ilmuwan ialah orang yang mendalami ilmunya, kemudian mengembangkan ilmunya, baik dengan pengamatan maupun dengan analisisnya sendiri. Diantara sekian banyak sarjana, beberapa orang sajalah yang kemudian berkembang menjadi ilmuwan. Sedangkan Kaum intelektual bukanlah sarjana yang hanya menunjukkan kelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana (asli atau aspal). Mereka juga bukan sekadar ilmuwan yang mendalami dan mengembangkan ilmu dengan penalaran dan penelitian. Mereka adalah kelompok orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka, merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang, menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah. Sehingga Istilah ilmuwan ini memiliki bermacam-macam arti.
Nah, Ulil Albab atau Manusia Kulliyah memiliki definisi yang sama dengan intelektual namun plus kesholehan. Sebagaimana yang tersebut di atas. Cerdas dan Sholeh.
Adapun ciri-ciri dari Manusia Kulliyah atau Ulil Albab antara lain,
1. Bersungguh-sungguh mencari Ilmu sehingga mencapai tingkat mendalam (QS 3:7)

2. Tafakur alam ciptaan Allah (3:190) dan Zikir sehingga melahirkan kesadaran tingkat tinggi (QS 3:191)
Abdus Salam, seorang Muslim pemenang hadiah Nobel, berkat teori unifikasi gaya yang disusunnya, berkata, “Al-Quran mengajarkan kepada kita dua hal: tafakur dan tasyakur. Tafakur adalah merenungkan ciptaan Allah di langit dan di bumi, kemudian menangkap hukum-hukum yang terdapat di alam semesta. Tafakur inilah yang sekarang disebut sebagai science. Tasyakur ialah memanfaatkan nikmat dan karunia Allah dengan menggunakan akal pikiran, sehingga kenikmatan itu makin bertambah; dalam istilah modern, tasyakur disebut teknologi. Ulul-albab merenungkan ciptaan Allah di langit dan bumi, dan berusaha mengembangkan ilmunya sedemikian rupa, sehingga karunia Allah ini dilipatgandakan nikmatnya.”
3. Mampu memisahkan yang buruk dengan yang baik, kemudian memilih, berpihak dan mempertahankan yang baik meskipun sendirian (QS 5:100)
4. Kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, dalil atau argumentasi yang dikemukakan dan senantiasa memilih alternative yang terbaik (QS 39:18)
5. Bersedia menyampaikan ilmu yang dimiliki kepada masyarakat, senantiasa berusaha memperbaiki masyarakat, kesadaran tinggi dalam amar maruf nahi munkar (QS 14:52) (QS 13:19-22)
6. Tidak takut kepada siapa pun, kecuali hanya kepada Allah (QS 2:197)
7. Rajin Qiyam al-Lail (QS 39:9)
Penutup
Manusia Kulliyah menurut ‘arti aslinya’ ialah manusia yang istimewa. Manusia yang cerdas dan Sholeh.
Menyandang status sebagai orang yang berkuliah, tentunya merupakan hal yang patut disyukuri. Salah satu bentuk mensyukurinya ialah berusaha dalam mewujudkan hakikat dan tujuan dari Kulliyah itu sendiri.
Mari berusaha
Wallahu musta’an