Senin, 26 Desember 2011

Faktor Hebat Generasi Sahabat

Ada suatu fenomena yang unik dan menarik yang pantas dijadikan perhatian dan bahan pikiran bersama untuk kaum muslimin saat ini. Fenomena itu ialah bahwa jika dilihat dan dipikirkan bahwasanya saat ini jarang sekali ada generasi yang hebat minimal menyamai generasi sahabat Nabi.

Memang tercatat dalam sejarah bahwa Islam pernah melahirkan suatu generasi menakjubkan yakni generasi sahabat Nabi. Yakni generasi pilihan dalam sepanjang sejarah Islam ataupun Manusia. Di mana orang-orang besar dan mulia berkumpul di satu generasi. Allah Yang Maha Bijaksana lah yang memilih generasi terbaik itu.

Bila dibandingkan dengan keadaan ummat sekarang, yakni dengan banyaknya pesantren, Universitas maupun Lembaga-lembaga Islam lainnya, harusnya potensi untuk menciptakan suatu generasi yang minimal berkehendak (mau) untuk menyamai generasi sahabat ada dan sangat besar.

Ini lah fenomena unik yang patut dipikrkan bersama.

Jika melihat dari sumber “Keber-Islaman” ummat hari ini dengan generasi sahabat, tidak ada yang berbeda. Al-Quran yang merupakan kalam Allah yang terjaga masih ada di tangan ummat saat ini. Persis, tidak ada secuil pun perubahan dengan yang ada pada generasi terdahulu. Begitu juga Hadist, Kisah atau Siroh Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam , masih ada dan terang. Yang tidak ada hanyalah fisik Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam saja.

Hal itu tak dapat dijadikan alasan, karena Islam merupakan rahmatan lil ‘alamin bukan rahmat lil kaum ketika Nabi hidup saja. Ummat bisa mengambil hikmah dari momen kematian Rasulullah , saat Abu Bakar mengungkapkan bahwa Islam tidaklah ‘habis’ ketika Nabi meninggal dunia. Karena Yang Disembah hanyalah Allah.

Nah, tentunya ada beberapa faktor kunci, apa yang dapat melahirkan generasi hebat seperti generasi sahabat, antara lain

Faktor Pertama , sumber rujukan utama generasi itu ialah Al-Quran.

Generasi sahabat lahir bukan pada saat tidak ada peradaban, budaya dsb. Ketika itu terdapat peradaban Romawi dan budayanya,ada peradaban Yunani dengan filsafat dan seninya, ada Persia dan peradaban-peradaban lain seperti India dan Cina. Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dalam membentuk, mengkader generasi sahabat dengan ‘mensterilkan’ mereka dari sumber lain dan merujuk utama kepada al-Quran. Ini terlihat dari peristiwa ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam marah kala Umar bin Khattab ingin mengambil rujukan utama dari sumber lain.

Ini tak berarti Islam itu eksklusif. Apalagi seakan mengharamkan mengambil hikmah dari orang lain. Namun, masalah rujukan utama haruslah digunakan al-Quran. Karena dalam al-Quran terkandung manhaj Ilahi yang akan membentuk generasi yang bersih hatinya, akalnya, dan jiwanya dari segala pengaruh lain.

Kalau kita menilik saat ini, sumber rujukan utama ummat Islam sudah bercampur dengan filsafat Yunani, logika mereka, legenda Persia, Israiliyat Yahudi dsb, Dalam menafsirkan al-Quran menggunakan cara Yahudi, dsb. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ‘keluaran’ dari ummat Islam saat ini berbeda.

Hal ini disebabkan jauhnya Ummat dengan al-Quran itu sendiri dan Sunnah sebagai satu penjelas darinya. Semoga semakin dekat dengan al-Quran.

Faktor Kedua, yakni Generasi Hebat Sahabat membaca al-Quran/ belajar Islam bukan untuk sekadar ingin tahu dan sekadar membaca, atau menambah ‘gelar’, kepintaran. Namun, mereka mempelajari untuk mengamalkan demi perbaikan hidup pribadi, masyarakat dsb.

Mereka ibarat tentara di medan perang yang menerima ‘perintah harian’ yang segera dilaksanakan demi kemenangan. Dalam hadist Ibnu Masud terlihat bahwa para sahabat cukup mempelajari al-Qur’an sepuluh ayat pada setiap kesempatan dan beralih ke selanjutnya setelah melakasanakan isinya. Subhanallah…. (Semoga kita dapat mencintai dan mencontoh mereka)

Rasa untuk menerima perintah dan mengerjakan inilah yang jarang diterapkan oleh Ummat Islam saat ini. Semoga dapat tumbuh kembali.

al-Quran yang diturunkan secara berangsur-angsur juga menyiratkan secara jelas bahwa begitulah Islam. Ajaran Islam begitu realistis dan solutif. Ketika ada suatu problem maka turun ayat. Inilah sinyal bahwa konsep Islam ialah ilmu dan amal.

Konsep mempelajari untuk dilaksanakan dan diamalkan inilah yang juga merupakan faktor pendukung generasi hebat. Semoga Allah menolong.

Ini bukan berarti menafikan keutamaan ilmu dan pemiliknya , karena Ilmu dan pemiliknya memiliki tempat mulia dalam Islam. Namun, yang menjadi tekanan ialah bahwa ilmu yang sudah didapat hendaknya berpengaruh terhadap amal. Kalau ditilik bagaimana kaum kafir (orientalis) juga mempelajari Islam bahkan tak jarang para orientalis lebih tahu akan suatu hukum Islam daripada kaum muslimin sendiri. Akan tetapi, kaum orientalis tidaklah ‘mengamalkannya’ dengan masuk Islam , niat mereka hanya tahu untuk dicari kesempatan untuk membuat isu tidak benar tentang Islam.

Faktor Ketiga, pada generasi terdahulu, ketika mereka masuk Islam, akan melepaskan seluruh kejahilian masa lalunya dan memulai era baru.

Jika suatu saat mereka terperdaya oleh nafsu atau kembali melakukan kebiasaan dahulu, maka saat itu mereka langsung merasa berdosa dan bersalah. Lalu mereka pun menyucikan diri dan berusaha berjalan sesuai dengan petunjuk al-Quran.

Ada pemutusan emosional secara total antara masa lalu kejahiliannya seorang muslim dan masa kini keislamannya. Namun, bukan berarti tidak bermuamalah, karena hal ini tentunya berbeda.

Mereka melepaskan kaitan dari situasi dan kondisi jahiliah, tradisinya, pola pandangannya, kebiasaannya dan ikatan-ikatannya untuk kemudian memulai hidup baru bersama Islam.

Pola Perkaderan

Oleh karena itu, dalam ‘perkaderan’ diri , hendaknya kembali kepada sumber murni ialah al-Quran tanpa tercemar dengan sumber lain seperti filsafat Yunani, Israiliyat Yahudi dsb. Selain itu, hendaknya dibangun kembali rasa serta sikap menerima untuk dilaksanakan dan diamalkan bukan sekedar tahu. Karena dengan mengamalkan akan dirasakan sendiri keindahan-keindahannya dan juga sebagai ‘magnet’ bagi ilmu yang belum dipelajari. Kemudian, seharusnya berusaha membersihkan diri dari tekanan masyarakat jahiliah, pola pandang, tradisi, dan jahiliah-jahiliah lainnya.

Perkaderan akan melahirkan keluaran. Dan semoga proses perkaderan ummat saat ini dapat mengeluarkan generasi yang hebat minimal berusaha untuk mengikuti generasi sahabat melalui faktor-faktor hebat dari generasi hebat.

Wallahu musta’an

Semoga Bermanfaat

Silaf Salah mohon diluruskan

Kitabatu at-tilmidz

Ishlah al-Medaniy

Bahan bacaan : Ma’alim fi ath-thariq, Sayyid Quthb

1 komentar:

  1. ...Islam merupakan rahmatan lil ‘alamin bukan rahmat lil kaum ketika Nabi hidup saja...

    nice quote:)

    BalasHapus