Rabu, 13 Juli 2011

Rasa Yang Hilang....

Salah satu sikap hidup yang dicontohkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dan sahabat-sahabat adalah persaudaraan dan kebersamaan sesama muslim dan non-muslim. Kebersamaan dan persaudaraan itu menjadi penting dan sangat dibutuhkan demi membangun masyarakat madani yang berdasar wahyu ilahi. Prinsip-prinsip kebersaman menjadi standr yang menggambarkan adanya persamaan dalam makna yang seluas-luasnya dalam universlitas Islam.

Islam tidak mengajarkan untuk bersikap sekterian, individualis, egois, isolatif, disintegratif dengan konotasi negatif. Karena Islam mengajarkan untuk hidup berdampingan dengan seluruh makhluk Allah dengan sikap tolong menolong, bersatu pdu dalam ridho Allah apalagi terhadap sesama orang beriman.

Dalam Surah al-Hujurat ayat 10 diterangkan bahwa orang-orang beriman itu adalah bersaudara satu sama lain dan merupakan tugas pula untuk mndamaikan saudara-saudara yang berselisih. Dalam ayat 11 dan 12, Allah lebih mempertegas lagi dengan norma-norma akhlak mulia dengan menghindarkan diri dari memperolok-olok orang lain, atau memberi gelar yang buruk serta memelihara diri dari buruk sangka, mencari-cari kesalahan dan saling menggunjing. Orang yang suka berbuat demikian sama dengan pemakan bangkai .

Lima deretan norma yang harus dihindari di atas merupakan unsur utama bagi timbulnya perpecahan dan perseteruan ummat. Kelimanya dapat menjadi awal pemicu pork porandanya kesatuan dan persatuan.

Islam memberikn patron buat eksistensi kebersamaan dan persaudaraan umat dengan ungkapan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam “Sesama muslim itu sebagai suatu bangunan yang kokoh, dimana bagian bangunan yang satu menguatkan bagunan yang lainnya. Dan juga pengibaratan umat Islam itu seperti satu tubuh yang bila satu tubuh sakit, maka tubuh lainnya ikut merasa sakit. Serta juga dikatakan bahwa seorang muslim itu saudara atas muslim lainnya tidak boleh menganiaya, merendahkan ataupun membiarkannya dihina orang lain. Bahkan haram antara sesama muslim darah (membunuh tanpa hak), hartanya (merampok, menipu dan mengkorupsi) dan kehormatan (mencemarkan nama baik).

Mata rantai norma dan pilar etika yang menjadi tiang hidup dalam kebersamaan dalam Islam sangat jelas dan sebenarnya tak membebani kehidupan individu kecuali bagi mereka yang berhati iri,dengki, kedeku dan penyakit hati lainnya.

Liberalisme dan kapitalisme telah meracuni manusia yang tak lagi berorientasi pada nilai-nilai agama dan etika. Merek merasa tidak perlu terikat oleh norma-norma sehingga dunia seakan tempat untuk pergulatan hidup. Saling berebut. Siapa yang paling kuat, paling banyak uang, maka merekalah yang menang dan dianggap sukses.Akibat dari semua itu kehidupan tak lagi menunjukkan rasa kebersamaan dan persaudaraan. Pergumulan itu menumbuhkan rasa iri, dengki yang melahirkan dendam kepada mereka yang dianggap berhasil. Apa yang sering terlihat dalam keseharian bangsa dapat mencerminkan betapa terkikisnya rasa persaudaraan dan kebersamaan hingga menimbulkan budaya gontok-gontokan, saling curiga-mencurigai dan lain-lain. Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama sedikit banyak tidak lagi menunjukkan nilai-nilai keberagamaan yang dianut.

Semoga kita dapat mengejewantahkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin yang mengaplikasikan rasa kebersamaan dan kehidupan yang sedikit banyak telah hilang dalam kehidupan. Amin

Wallahu ‘alam

Semoga bermanfaat

Mohon Maaf atas Silaf dan Salah

Kitabatu at-Tilmidz

Ishlah al-Medaniy

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar