Rasulullah
saw pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kuberitahukan kepadamu,
bekal istrimu di surga?” Para sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau
bersabda, “Yaitu setiap istri yang penuh kasih sayang dan banyak anak (subur)
dan bila ia marah atau diganggu atau dimarahi oleh suaminya, lalu ia
menyerahkan dirinya dan berkata, “Inilah tanganku terserah kepadamu, aku tidak
akan dapat tidur sehingga engkau rela kepadaku.” (H.R. Thabrani)
Salman
Al-Farisi r.a. meriwayatkan bahwa suatu ketika Fatimah r.ha. berkunjung kepada
Rasulullah. Ketika Rasulullah saw melihatnya, kedua mata Fatimah mencucurkan
air mata, dan raut mukanya berubah. Nabi saw bertanya, “Mengapa engkau, wahai
anakku?” Fatimah r.ha. menjawab, “Ya Rasulullah, tadi malam aku dan Ali
bergurau, dan telah timbul percakapan yang menyebabkan dia marah kepadaku
karena kata-kata yang terlontar dari mulutku. Ketika aku melihat bahwa dia
(Ali) marah, aku menyesal dan merasa susah. Aku berkata kepadanya, “Hai
kekasihku, kesayanganku, relakanlah akan kesalahanku, seraya aku
mengelilinginya dan merayunya sebanyak tujuh puluh dua kali sehingga dia
menjadi rela dan tertawa kepadaku dengan segala kerelaannya, sedang aku tetap
merasa takut kepada Tuhanku.” Rasulullah bersabda kepada Fatimah r.a., “Wahai
anakku, demi Dzat yang telah mengutusku sebagai nabi dengan agama yang haq,
sesungguhnya sekiranya engkau mati sebelum Ali merelakanmu maka aku tidak akan
menshalati mayatmu.” Kemudian beliau bersabda lagi, “Wahai anakku, tidakkah
engkau mengetahui bahwa kerelaan seorang suami itu merupakan kerelaan Allah dan
kemarahan seorang suami itu merupakan murka Allah.”