Kala mentadabburi
ayat ke-4 surah at-Tin, banyak ulama antara lain Imam al-Qurthubi dan Muhammad
al-Amin bin Abdullah al-Uramy al-‘alawi al-Harari asy-Syafi’I menceritakan
sebuah kisah Musa al-Hasyimiy. Berikut Kisahnya :
Isa
memiliki istri yang sangat dicintainya. Pada malam
bulan purnama, mereka keluar rumah, dan Isa berkata kepada istrinya, “Engkau
tertalaq tiga jika tidak lebih ahsan (cantik) dari bulan purnama ini!” Istrinya
terkejut dan menghindar dari suaminya, Isa bin Musa, seraya berkata, “Sungguh,
engkau telah menceraikan aku.” Suaminya pun tidur dalam keadaan sangat sedih.
Pada keesokan harinya, Isa bin Musa pergi ke Khalifah
al-Manshur, dan ia menceritakan kisahnya. Khalifah al-Manshur pun ikut
bersedih, serta mengundang ulama-ulama fikih untuk dimintai pendapat. Semua sepakat
untuk mengatakan bahwa Isa bin Musa telah menjatuhkan talaq kepada istrinya,
kecuali satu orang yang bermahzab Hanafi yang diam. Nama ulama tersebut adalah
Yahya bin Aktsam. Diamnya Yahya membuat Khalifah al-Manshur bertanya, “Kenapa
engkau terdiam saja?” Yahya menjawab, “Talaq Isa bin Musa tidak jatuh, dan
tidak pula melanggar sumpahnya.” Lalu ada orang yang berkata pada Yahya, “Engkau
telah menyalahi pendapat para syaikhmu?!” Yahya menjawab, “Fatwa itu dengan
ilmu, dan sungguh telah berfatwa Yang Lebih ‘Alim dari kita semua, yaitu Allah Subhanahu
wa ta’ala. Dia
berfirman : “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya” (QS At-Tin ayat 4). Wahai Amirul Mukminin! Manusia adalah
makhluk paling baik, tidak ada yang lebih baik dari manusia.”
Mendengar
penjelasan Yahya bin Aktsam, Khalifah al-Manshur berkata kepada Isa bin Musa, “Perkara
ini sebagaimana dijelaskan oleh Yahya bin Aktsam.” Akhirnya talaq tidak jatuh. Khalifah
memerintahkan Isa bin Musa untuk kembali kepada istrinya dan mengirim surat kepadanya dengan
perintah menaati suami dan tidak memaksiatinya, serta menjelaskan bahwa
suaminya tidak menceraikannya..
Di akhir
kisah Imam al-Qurthubi menegaskan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang
terbaik secara zahir dan batin, bentuk yang indah dan susunan organ yang menakjubkan….
Subhanallah..
Begitulah
Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya. Namun, Allah mengingatkan
bahwa manusia memiliki peluang juga untuk dicampakkan ke tempat yang
serendah-rendahnya.
Manusia bisa tercampakkan ke neraka bila tiada iman
dan amal sholih. Selain itu, Sebagian Manusia akan tua renta, sehingga tak
mampu lagi beramal maksimal dan menjadi pikun. Namun, jika ia beriman dan beramal sholih di
waktu muda dan sehatnya, Allah akan memberinya pahala nan tiada putus-putusnya.
Sesuai asbabun Nuzul ayat5-6 diriwayatkan bahwa ada beberapa orang sholih yang
sampai usia lanjut dan renta dan tak bisa beramal maksimal, lalu Nabi pun
berkomentar bahwa mereka ada pahala amalan yang telah dikerjakan dahulu dan
Nabi membacakan ayatnya...
“Apabila seorang hamba sakit atau musafir, maka Allah
menuliskan pahala amal sebagaimana dia sehat dan muqim” (al-Hadist) Uzur, renta
dan pikun adalah penyakit. Jadi masuk ke dalam hadits ini.
Ibnu Abbas kala mentadabburi ayat 6 surah at-Tin mengatakan
bahwa apabila seorang hamba telah menua dan lemah untuk beramal, maka
dituliskan buatnya pahala seperti amalan pada masa mudanya..
Selain itu, ada poin penafsiran lain yang sangat
indah, bahwa ayat 6 juga dapat ditarik tafsiran tentang kesempurnaan penciptaan
lalu Allah kembalikan mereka pada kondisi pikun, kecuali yang beriman dan
beramal sholih dan amalan pokoknya ialah membaca dan menghafal Al-quran.
Ibnu Abbas berkata, “Siapa yang membaca Al-quran maka
tidak akan dikembalikan pada kondisi pikun.” Dalam riwayat lain, “Siapa yang
menghafal Alquran..”
Karena itu, dengan kesemuanya itu, mulai dari Sumpah
Allah dengan Tin, Zaitun, Sinai dan Mekkah, juga tentang penciptaan Allah yang
terbaik dan Mampunya Allah mengembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya. Maka
apa lagi yang menyebabkan manusia mendustai Hari Kiamat.
Apa lagi yang sebabkan kita enggan untuk taat?
Astaghfirullah...
Dianjurkan di setiap akhir pembacaan surah at-Tin
membaca “Bala, wa ana ‘ala dzalika minasy syahidin”
Benar, aku menjadi saksi terhadap KeMaha Bijaksanaan
Mu ya Allah....
Allahu Akbar!
Ada hikmah lain sdrku?