Dalam
sebuah riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
bersabda, “Ketika aku telah selesai uzlah –selama sebulan di Gua
Hira’-, aku turun ke lembah. Sesampainya ke tengah lembah, ada yang
memanggilku, tetapi aku tidak melihat seorang
pun di sana. Aku menengadahkan kepala ke langit. Tiba-tiba aku melihat
malaikat yang pernah mendatangiku di Gua Hira. Aku cepat-cepat pulang
dan berkata (kepada orang rumah): “Selimutilah aku! Selimutilah aku!”
Maka turunlah ayat al-Muddatstsir ayat 1-2 sebaga perintah untuk
menyingsingkan selimut dan berdakwah..
Subhanallah…
Ayat-ayat
awal surah al-Muddatstsir ialah tergolong wahyu yang turun di awal mula
risalah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Di dalamnya ada
perintah untuk berdakwah dan juga solusi dalam menyelesaikan
masalah-masalah dalam dakwah maupun kehidupan. Tentunya ayat dan pesan
tersebut tidak hanya untuk Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam
semata namun juga kita sebagai ummatnya.
Bahwa
kita mesti berdakwah, memberi cahaya pada kelamnya dunia, mengajak
untuk bertauhid, taat, memberi peringatan akan azab pedih bagi sesiapa
yang melanggar perintah Allah.
Begitupula,
dalam menghadapi masalah dalam hidup ataupun sedang galau maka
solusinya kita mesti Move on, bergerak, Qum! . Lantas jangan menyendiri
bergalau ria, namun carilah kebersamaan dengan orang lain.
Kemudian,
Allah memerintah agar mengagungkan-Nya dengan mengesakan dan
menyucikan-Nya dari segala tuhan-tuhan palsu. Berzikir, menyifati-Nya
dengan sifat yang Dia sematkan pada-Nya dan mengagungkan-Nya. seorang
Dai mesti mendekat pada-Nya , senantiasa berkomunikasi pada Rabb-nya,
beribadah tanpa mempersekutukan-Nya..
Begitupula,
dalam menghadapi masalah dalam hidup. Sadari dan yakini bahwa masalah
yang dihadapi berasal dari Allah dan Allah Maha Agung mampu mengangkat
masalah itu dalam kehidupan kita.
Kemudian
dalam dakwah dan kehidupan juga mesti memperhatikan ‘pakaian’ ataupun
penampilan serta jiwa. Hendaknya membersihkan pakaian dari najis,
membersihkan diri dari maksiat dan dosa, mensterilkan tauhid dari
kemusyrikan. Dalam dakwah, penampilan fisik maupun kecantikan jiwa
dapat menarik mad’u.
Dalam
menghadapi masalah kehidupan pun, mesti perhatikan aspek penampilan di
hadapan orang lain. Baik itu penampilan, performa atau kinerja maupun
sikap harus bernuansa positif. Selain itu, mesti banyak beristighfar ,
serta maksimal meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk yang selama ini
dilakukan.
Kemudian,
dalam dakwah, keikhlasan yang utama. Tidak mengharap imbalan lebih dari
mad’u. Tidak menyakiti perasaan. Berbuat sesuatu dilandasi keikhlasan
bukan buat minta imbalan lebih, (cukup dari Allah) apalagi
berbangga-banggaan.
Dan
satu poin utama ialah kesabaran. Dalam dakwah, dalam menjalankan
ketaatan, dalam menjauhi kemasksiatan serta menghadapi segala masalah
dan musibah bersabarlah. Niatkan cari pahala dan ridho Allah.
Semoga Allah menjadikan kita menjadi lebih baik.