Minggu, 17 November 2013

akhlak Nabi dan sifat pendusta

Akhlak Nabi sangat Agung. Akhlak Nabi ialah al-Quran. Yakni membacanya, merenungkannya, mendakwahkannya, mengamalkan perintah, meninggalkan larangan, menganjurkan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, mengajak kepada kebajikan dan lain-lain. Beliau senantiasa menjawab “Labbaik” (saya penuhi panggilanmu) kepada ummatnya yang membutuhkannya. Hanyalah orang kafir nan buta mata hati serta mati hatinya yang tidak jatuh cinta padanya kala mengenalnya.

Ibnu Katsir menjelaskan keagungan akhlak Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam Dengan mengutip riwayat dari Qatadah, “Dia pernah bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullah maka ia menjawab, ‘Akhlak beliau adalah al-Qur’an, “ Yaitu sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an. Seseorang dari Bani Suwad mengatakan, “Aku bertanya kepada Aisyah, ‘Beritahukanlah kepadaku wahai Ummul Mukminin, tentang akhlak Rasulullah saw.!” Lalu dia menjawab, “Tidakkah kamu baca al-Qur’an, ‘Dan sesngguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung?’ ‘Dia bertanya lagi, ‘Ceritakanlah kepadaku tentang keagungan akhlaknya itu!. Dia menjawab, ‘Pada suatu hari aku pernah membuatkan makanan untuknya. Ternyata Hafsah pun membuatkan makanan untuknya. Aku pun berkata kepada budakku, ‘Pergilah, jika Hafsah datang membawa makanan sebelum makananku, maka lemparkanlah makanan itu. ‘Maka, Hafsah pun datang dengan membawa makanan dan budak itu pun melemparkan makanan tadi, sehingga piringnya terjatuh dan pecah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Saat sudah kenyang, lalu Rasulullah mengumpulkan dan mengatakan, ‘Mintalah pengganti piring itu kepada Bani Aswad dengan piring lain.” Aisyah berkata, ‘Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam Sedikitpun tidak mengomentari sedikitpun hal itu.”

Apa yang diceritakan oleh Ibunda Mukminin, Aisyah, hanyalah sebuah contoh dari jutaan teladan akhlak agung dari beliau.

Dari Anas bin Malik, “Aku telah menjadi pembantu Rasulullah selama 10 tahun, namun tidak pernah mengatakan, ‘Cis, ‘walaupun satu kali saja. Dan belum pernah mengomentari perbuatanku dengan mengatakan, ‘Mengapa kamu lakukan itu?” Dan tidak pernah mengomentari apa yang belum aku kerjakan, “Mengapa kamu belum mengerjakannya juga?. Dan banyak lagi riwayat tentang keagungan akhlak beliau.

Atas tauladan dari beliau, hendaknya kita dapat menyusuri jejak langkah beliau yang tercatat dalam sejarah yang murni. Dekat dengan al-Quran serta melengkapi dengan menatap bagaimana kehidupan Nabi dalam membumikan Quran. Teguh dalam agama.

Allah juga melarang hamba-Nya untuk mengikuti pendusta ayat Allah di jalan kebatilan. Jangan patuhi dan turuti hawa nafsu mereka. Jangan berkompromi kepada kekafiran.

Dalam ayat10-13 surah al-Qolam tersebutlah beberapa sifat dari mereka yang jauh dari Quran bahkan mendustakan ayat-ayat Allah yakni

Hallaf (Banyak bersumpah), suka bohong, bersumpah demi dipercaya, Mahiin (hina), merendahkan diri, tidak punya kehormatan (izzah), Hammaz (banyak mencela), Masysyaa-in bi namiim (ke sana ke mari menghambur fitnah), cari aib orang lain, mengganggu kehormatan orang lain, Mannaa ‘in lil-khairi (sangat enggan berbuat baik, enggan berbuat baik bagi dirinya maupun orang lain) , Mu’tadin (melampaui batas kebenaran dan keadilan secara mutlak), Atsiin (banyak dosa suka melakukan kemaksiatan – kemaksiatan), ‘utull (Kaku, kasar), Zaniim (terkenal kejahatannya)..

Karena itu, sebagai orang yang mau hidup dalam naungan petunjuk dari-Nya, haruslah kita menghilangkan sifat-sifat tersebut yang mungkin atau pasti kita dapati dalam diri.

Semoga Allah jadikan kita insan yang dekat dengan Quran, menjadikan Nabi sebagai teladan. Menanamkan akhlak Nabi dalam kehidupan, jauh dari sifat yang penuh kerusakan.

Aamiin
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar