Akhlak
Nabi sangat Agung. Akhlak Nabi ialah al-Quran. Yakni membacanya,
merenungkannya, mendakwahkannya, mengamalkan perintah, meninggalkan
larangan, menganjurkan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, mengajak
kepada kebajikan dan lain-lain. Beliau senantiasa
menjawab “Labbaik” (saya penuhi panggilanmu) kepada ummatnya yang
membutuhkannya. Hanyalah orang kafir nan buta mata hati serta mati
hatinya yang tidak jatuh cinta padanya kala mengenalnya.
Ibnu
Katsir menjelaskan keagungan akhlak Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam
Dengan mengutip riwayat dari Qatadah, “Dia pernah bertanya kepada Aisyah
tentang akhlak Rasulullah maka ia menjawab, ‘Akhlak beliau adalah
al-Qur’an, “ Yaitu sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an. Seseorang
dari Bani Suwad mengatakan, “Aku bertanya kepada Aisyah,
‘Beritahukanlah kepadaku wahai Ummul Mukminin, tentang akhlak Rasulullah
saw.!” Lalu dia menjawab, “Tidakkah kamu baca al-Qur’an, ‘Dan
sesngguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung?’ ‘Dia bertanya
lagi, ‘Ceritakanlah kepadaku tentang keagungan akhlaknya itu!. Dia
menjawab, ‘Pada suatu hari aku pernah membuatkan makanan untuknya.
Ternyata Hafsah pun membuatkan makanan untuknya. Aku pun berkata kepada
budakku, ‘Pergilah, jika Hafsah datang membawa makanan sebelum
makananku, maka lemparkanlah makanan itu. ‘Maka, Hafsah pun datang
dengan membawa makanan dan budak itu pun melemparkan makanan tadi,
sehingga piringnya terjatuh dan pecah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
salam. Saat sudah kenyang, lalu Rasulullah mengumpulkan dan
mengatakan, ‘Mintalah pengganti piring itu kepada Bani Aswad dengan
piring lain.” Aisyah berkata, ‘Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
salam Sedikitpun tidak mengomentari sedikitpun hal itu.”
Apa yang diceritakan oleh Ibunda Mukminin, Aisyah, hanyalah sebuah contoh dari jutaan teladan akhlak agung dari beliau.
Dari
Anas bin Malik, “Aku telah menjadi pembantu Rasulullah selama 10 tahun,
namun tidak pernah mengatakan, ‘Cis, ‘walaupun satu kali saja. Dan
belum pernah mengomentari perbuatanku dengan mengatakan, ‘Mengapa kamu
lakukan itu?” Dan tidak pernah mengomentari apa yang belum aku
kerjakan, “Mengapa kamu belum mengerjakannya juga?. Dan banyak lagi
riwayat tentang keagungan akhlak beliau.
Atas
tauladan dari beliau, hendaknya kita dapat menyusuri jejak langkah
beliau yang tercatat dalam sejarah yang murni. Dekat dengan al-Quran
serta melengkapi dengan menatap bagaimana kehidupan Nabi dalam
membumikan Quran. Teguh dalam agama.
Allah
juga melarang hamba-Nya untuk mengikuti pendusta ayat Allah di jalan
kebatilan. Jangan patuhi dan turuti hawa nafsu mereka. Jangan
berkompromi kepada kekafiran.
Dalam
ayat10-13 surah al-Qolam tersebutlah beberapa sifat dari mereka yang
jauh dari Quran bahkan mendustakan ayat-ayat Allah yakni
Hallaf
(Banyak bersumpah), suka bohong, bersumpah demi dipercaya, Mahiin
(hina), merendahkan diri, tidak punya kehormatan (izzah), Hammaz (banyak
mencela), Masysyaa-in bi namiim (ke sana ke mari menghambur fitnah),
cari aib orang lain, mengganggu kehormatan orang lain, Mannaa ‘in
lil-khairi (sangat enggan berbuat baik, enggan berbuat baik bagi
dirinya maupun orang lain) , Mu’tadin (melampaui batas kebenaran dan
keadilan secara mutlak), Atsiin (banyak dosa suka melakukan kemaksiatan
– kemaksiatan), ‘utull (Kaku, kasar), Zaniim (terkenal
kejahatannya)..
Karena
itu, sebagai orang yang mau hidup dalam naungan petunjuk dari-Nya,
haruslah kita menghilangkan sifat-sifat tersebut yang mungkin atau pasti
kita dapati dalam diri.
Semoga
Allah jadikan kita insan yang dekat dengan Quran, menjadikan Nabi
sebagai teladan. Menanamkan akhlak Nabi dalam kehidupan, jauh dari sifat
yang penuh kerusakan.
Aamiin