Fir’aun
berseru di tengah-tengah para pemuka kaumnya dengan congkak dan
sombong, “Bukankah kerajaan Mesir dan Sungai Nil yang mengalir di bawah
kaum kakiku ini adalah milikku?”. Maksud Fir’aun yang terlaknat adalah
bahwa orang seperti dialah yang pantas untuk disembah.
Ia
juga membandingkan kerajaan dan kekuasaannya yang menurutnya luar biasa
dengan Nabi Musa ‘alaihissalam yang menurut Fir’aun lemah dan tidak ada
apa-apanya.
Ia
merasa lebih utama dari Nabi Musa yang tidak punya kedudukan, kemuliaan
ataupun kepemimpinan. Hidupnya susah, mencari nafkah saja sulit. Dan
juga ketika ia bicara, semua yang mendengar tidak mengerti kata-katanya
karena lidahnya cadel.
Astaghfirullah...
Begitulah
Fir’aun banggakan perkara duniawi yang ia punya, namun ia lupa bahwa
kenabian Musa ‘alaihissalam serta ilmu bermanfaat dan amal sholih jauh
lebih benar dan bermanfaat daripada semua yang dibanggakannya.
Fir’aun
pun menghina dengan bertanya mengapa Musa tidak diberikan gelang-gelang
emas agar terlepas dari kemiskinan jika memang benar bahwa Allah telah
mengutusnya dan mengapa malaikat tidak menemaninya dan bersaksi bahwa
dia benar ataupun menolongnya. Dan karena memang kaumnya juga fasik,
mereka pun terpengaruh dengan perkataan Fir’aun.
Subhanallah...
Begitulah salah satu kesombongan dari orang sombong di dunia.
Menariknya,
ialah akhir kisah kaum yang durhaka itu. Bahwa Firaun dengan sombong
mengatakan “sungai-sungai ini mengalir di bawahku”. Akhirnya Allah
menghukumnya dengan sesuatu yang membanggakannya, yakni dengan
menenggelamkannya.
Maka berhati-hatilah kita atas apa yang kita sombongkan.
Wallahu’alam