Oleh : Muhammad Djamir Panggabean SH
Dipublikasikan : MEDAN, JUMAT 28 NOPEMBER 1975
Hidup beragama adalah salah satu cirri dari bangsa Indonesia. Cara hidup beragama ini sudah menjadi watak bangsa sejak ribuan tahun yang lampau. Mempercayai dan meyakini akan adanya yang gaib. Adanya Tuhan, malaikat, hari akhirat, surga dan neraka. Tujuan hidup bukanlah sekedar di dunia ini saja. Kehidupan dunia ini dilanjutkan dengan kehidupan di akhirat. Orang yang beragama mengingini keselamatan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Tidak dinamakan beragama kalau seseorang hanya mengejar keselamatan di dunia. Demikian pula mengejar kebahagiaan akhirat saja tanpa menghiraukan keperluan duniawi.
Kalau dikatakan kehidupan duniawi, di dalamnya tercakup tindak laku manusia di dunia ini. Baik di dalam maupun di luar mesjid. Harus mematuhi norma2 agama itu. Sementara orang menyalah gunakan pengertian tindak laku dunia ini. Katanya duniawi itu adalah perbuatan selain ibadat dan tidak perlu dicampuri hokum agama. Umpamanya berniaga. Dalam melakukan tindak perniagaan ini dibolehkan berbuat semau gue, penipuan dalam pengukuran maupun penimbangan. Katanya, sebab perbuatan itu di luar bidang agama. Pendapat ini salah. Agama Islam sangat memuliakan pekerjaan niaga. Bahkan ada hadist Nabi yang mengkiaskan tempat para saudagar itu sejajar dengan pahlawan2 yang mati syahid. Tetapi mereka haruslah melakukan perniagaan itu dengan jujur, adil dan terjauh dari tipuan. Kesimpulannya, agama itu adalah pedoman hidup manusia dalam beribadat, bermasyarakat dan berhukum.
Selain dari mengatur tindak lahir, juga menuntun tindak bathin manusia. Bisikan hati manusia itu diarahkan kepada niat yang baik. Menghilangkan khinzit, dengki, khianat dan yang sejenisnya. Tindakan lahir yang tidak sejalan dengan bisikan hati atau niat yang tersembunyi adalah perangai orang munafik. Sifat munafik ini bukanlah pakaian orang yang beragama.
Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Syaikhani berbunyi, pada hari kiamat terdapat 7 macam manusia yang mendapat lindungan atau naungan dari Allah Ta’ala. Adapun yang 7 macam itu adalah sebagai berikut :
PEMIMPIN YANG ADIL. Dalam pelajaran ilmu kemasyarakatan diketahui, bahwa kehidupan yang teratur itu mengkehendaki adanya pemimpin Masyarakat yang tidak mempunyai pimpinan menimbulkan kehidupan yang kacau. Bahkan dalam masyarakat hewanpun kehidupan berpimpin ini nampak. Serombongan hewan yang berjalan di hutan di antaranya nampak seekor yang dijadikan pemimpin. Hidup berpimpinan ini adalah fithrah dari kehidupan makhluk yang bergerak. Dalam hadist ini ditekankan bahwa untuk tegaknya masyarakat yang baik hendaklah mempunyai pemimpin seorang yang adil. Adil adalah akibat atau hasil dari suatu pertimbangan. Pada umumnya adil itu dirasakan. Bukan dalam ucapan. Dirasakan, dialami, dengan penjelasan tidak merugikan kepada salah satu fihak yang bersangkutan. Kalau pun harus mengalami kerugian, semua fihak harus mengalaminya. Tidak sebagai membelah betung. Yang sebelah diinjak dan yang sebelah lagi ditarik ke atas.
Adil adalah puncak dari segala idaman manusia. Yang sangat merindukan penilaian adil adalah orang2 yang teraniaya. Kalaulah penganiayaan yang dialaminya itu tidak melihat jalan keluar lagi, maka di tengah malam yang sunyi dia akan menadahkan tangan ke atas dengan bisikan hati serta iringan air mata meminta keadilan Tuhan. Memang kalau manusia di dunia ini tidak dapat lagi menunjukkan keadilan itu,tentulah orang akan memintanya kepada Allah. Itulah sebabnya Nabi saw berfatwa agar berwaspada terhadap doa orang yang teraniaya. Bisikan deritanya langsung didengar oleh Tuhan.
PEMUDA BERIBADAT. Seorang pemuda yang mempergunakan masa mudanya menegakkan norma agama. Masa sehatnya dimanfaatkannya sebelum peyakit datang berhinggap. Kesempatan sebelum kesempitan. Kalau masa mudanya digunakan untuk bertanam, masa tuanya dijadikan masa mengetam. Semua bangsa mempercayakan kehidupannya kepada para pemudanya. Dan Nabi saw mengamanahkan hidupnya syiar agama ini kepada pemudanya. Pemuda peribadat menghargai jasa ibu bapanya. Sadar akan kesusahan ibu ketika mengandungnya. Insyaf akan kesulitan ayahnya menutup kebutuhan hidupnya. Tidak akan membalas air susu dengan air tuba. Bertakwa kepada Allah dan berjasa kepada kedua orang tua. Itulah pemuda harapan bangsa dan agama.
HATI MESJID. Seorang yang menggantungkan hatinya kepada mesjid. Walaupun dia telah keluar dari tempat itu namun perhatiannya tetap tertuju ke situ. Selalu mencari usaha bagaimana jalan untuk memakmurkannya. Yang kurang agar dapat disempurnakan. Yang sempurna agar ditingkatkan. Seharusnya bangunan mesjid itulah yang terbesar dan yang tercantik di tempat di mana dia tinggal. Kalaulah dia seorang yang berada umpamanya, pengeluarannya harus lebih banyak kepada mesjid dari pada lainnya. Cita2nya bukan hanya membangun gedung mesjid itu saja tetapi harus disempurnakan dengan meningkatkna pengetahuan dari penghuninya. Diadakan taman bacaan, ruang kuliyah dan musyawarah sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah yang pada masa dahulunya.
HIDUP BERKASIH2AN. Dan orang yang merawat persahabatan baik di kala berhadapan maupun berjauhan. Persahabatan yang bernafaskan keridhaan Allah. Bukan berlandaskan kepada secarik kertas. Apakah kertas itu surat ketetapan atau surat penghargaan namanya. Tidak seperti perangai sementara oknum, yang menunjukkan rasa persahabatan hanya di kala aktif, semasih bertugas. Tetapi setelah dipensiunkan otomatis dilupakan. Ukhuwwah Islamiyah adalah persahabatan yang diilhami oleh ajaran agama. Kalau kakinya sakit turut dirasakan oleh tangannya. Kalaupun oleh sesuatu hal keduanya harus berpisah,berjauhan tempat,namun tali silaturahim tetap dirawat dan dipelihara. Segala alat komunikasi dipergunakan untuk merawatnya. Tidak cukup dengan itu bahkan didoakan dalam ibadat, agar taufik hidayah Tuhan senantiasa merahmati persahabatan itu. Kalaulah salah seorang dengan takdir Allah mengakhiri hidupnya, dari kejauhan dilakukan shalat gaib dengan iringan doa keampunan. Demikianlah kehidupan persahabatan yang berkasih2an. Bukan kasih omongan atau nyanyian. Perbuatan itu lebih berkesan dari pada omongan.
MENGINGAT ALLAH. Terutama ketika sendirian. Dikenang betapa banyaknya dosa yang telah dikerjakan. Lidah yang telah begitu banyak membikin kebohongan. Dilakukan putar belit menghalalkan yang haram. Tidak segan menjual agama karena mengaharapkan keuntungan dunia. Amboi….alangkah penipunya awak ini. Sesalilah diri. Basahlah mata, bertetesanlah airnya. Berjanjilah pada diri sejak saat ini meninggalkan perangai penipuan itu. Hanya Alllah yang Maha Besar! Kalau ada yang lebih besar, lebih mulia, lebih dipatuhi selain dari pada Allah,maka gugurlah tauhidnya. Orang yang gugur akidahnya hapus pula-lah ke-Islamannya. Justru itulah, agama sering menggugah perhatian penganutnya untuk mengingati Allah. Kesempurnaan arti mengingat bukan hanya sekedar sebagai seorang murid menghafal pelajarannya. Arti mengingat ialah merealisir perintahNya. Shalat ditegakkan justru karena mengingat Allah. Bagaimanalah seseorang hendak mengingat Allah kalau dia tidak shalat?.
MENOLAK KEKEJIAN. Diumpamakan seorang wanita yang mempunyai wajah cantik menggoda seorang pria untuk melakukan keji. Maka berkatalah si lelaki,”Saya takut kepada Allah, Tuhan sekalian alam.” Demikian pula sebaliknya.
Perbuatan keji bukan saja berupa dosa besar, tetapi merusakkan silsilah keturunan manusia. Memberikan masa kegelapan kepada kehidupan generasi penerus. Itulah sejak pagi2 sudah dilarang Tuhan mendekati pekerjaan itu. Mendekati berarti memberi kesempatan yang memungkinkan menjurus kepada perbuatan itu. Setaraf dengan hukum khamar maka yang dikenakan dosa oleh kerja keji itu adalah si pemberi izin, si pemberi tempat, si penerima uang, si kaki tangan, si cukong, dan siapa saja yang melibatkan dirinya pada pekerjaan itu.
Pekerjaan keji itu bukan saja dibenci oleh agama, tetapi adat, adab dan kemanusiaan pun tidak menyukainya. Di zaman jahiliyah pekerjaan ini dilakukan oleh bangsa budak, yang hidupnya disingkirkan dari masyarakat. Kalau di zaman kegelapan itu manusia2 begini sudah dianggap rendah tentulah di zaman kemajuan inilebih tidak disukai manusia lagi. Kalau adalah manusia terpelajar mentolerir pekerjaan itu, patutlah kita bertanya : Hendak kemana kehidupan ini diarahkan?
MENDIAMKAN SEDEKAH. Ringan tangan mengulurkan sedekah adalah perbuatan yang baik. Perbuatan yang dapat membantu orang yang kekurangan. Memberi makan orang yang lapar. Mengenakan pakaian orang yang hampir bertelanjang. Untuk melengkapi hadist ini diterangkan lagi bahwa sebaik2nya pemberian sedekah itu jangan disiar2kan, jangan dipublisir. Apalagi kalau publikasi itu menyinggung perasaan orang lain atau bernadakan rasa ria. Sebaiknya, apa yang diberi oleh tangan kanan itu, tidak diketahui oleh tangan kiri. Pada masa ini untuk keberesan administrasi selalu nama si pemberi derma dicantumkan. Kalaupun terjadi yang demikian hendaklah dipasang niat bahwa pemberian itu adalah karena Allah semata. Bukanlah ada maksud untuk dipublikasikan. Sementara orang untuk menghindarkan namanya ini, dibuatnyalah nama samaran seperti “hamba Allah” umpamanya. Semua tergantung kepada niat.
Demikianlah 7 macam manusia yang semasa hidup di dunia ini yang nanti pada hari kiamat mendapat naungan dari Allah Ta’ala adanya. Sebagaimana diketahui bahwa panas teriknya di kala itu seolah2 matahari jaraknya hanya sejengkal dari kepala.
Hanya amal ibadahlah yang dapat membantu manusia dari terik itu. Kesempatan berbuat amal ibadat itu ialah semasa di dunia ini. Dunia ini sebagai jembatan untuk menyeberang ke alam akhirat.
Justru itu pergunakanlah kesempatan itu selagi masih terluang.-