Produktivitas berasal dari dua kata yaitu produk dan aktivitas. Produktivitas secara umum dapat diartikan kegiatan untuk menghasilkan sesuatu. Dari sudut pandang ekonomi,produktivitas umumnya dikaitkan dengan input dan output. Produktivitas berbicara mengenai bagaimana sumber-sumber daya (input) yang ada dimanfaatkan secara efisien untuk menghasilkan output yang baik dan benar.
Produktivitas bagi manusia merupakan salah satu sifat inti yang didamba-dambakan oleh setiap orang. Pengakuan aka nada atau tidaknya (eksis atau tidaknya) individu ataupun kelompok di suatu lingkungan ditentukan oleh seberapa produktif orang atau kelompok tersebut. Dengan kata lain, seseorang yang tidak produktif biasanya keberadaanya tidak berpengaruh dan tidak member i efek yang signifikan, sedangkan ketiadaannya pun umumnya tidak menimbulkan rasa kehilangan.
Keinginan untuk menjadi manusia/kelompok yang produktif dan keeksisannya diakui secara sosial memerlukan konsep yang mantap. Dalam hal ini, banyak konsep yang ditawarkan. Tiap konsepan pasti memiliki misi tertentu baik dalam merubah ataupun membentuk suatu paradigm ataupun membentuk visi dan misi dalam hidup.
Nah, konsep yang ditawarkan Islam berbeda dengan konsep-konsep lain yang berorientasi kepada materi dan dunia semata serta seringkali menjauhkan dari nilai-nilai Ilahiyah.
Konsep Islam penggabungan nilai-nilai material dan spiritual, menembus dimensi Insaniyah maupun Ilahiyah, karena Islam bukan hanya mengurusi urusan vertical namun juga membahas yang bersifat horizontal.
Islam ialah agama syumuli ,agama amali, agama yang mengutamakan produktifitas, baik produktif dalam pengertian menghasilkan sebuah karya maupun dalam arti menghasilkan sebuah peningkatan serta perubahan diri, keluarga dan masyarakat. Jadi, produktifitas dapat diartikan sebagai hal-hal yang mengandung nilai-nilai kebaikan (khair) yang kita dituntut untuk melakukannya.
(Qs at-Taubah : 105)
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Dari ayat 105 dari Surah at-Taubah Nampak bahwa Islam sangat memandang positif produktifitas manusia. Islam amat menghargai nilai-nilai kerja,misalnya Islam menghargai orang-orang yang berilmu, pedagang,pengrajin maupun profesi-profesi lain. Yang pasti dalam Islam produktifitas tak hanya perkara profan (duniawi), tidak pula untuk gengsi-gengsian. Islam memotivasi untuk beraktifitas (kerja) untuk dunia dan akhiratnya.
Aktivitas haruslah sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan dalam al-Quran dan Sunnah Rasul. Allah , Rasul dan orang beriman melihat karya nyata dari tiap orang……
Dengan kata lain, sesungguhnya kerja dan hasil yang dikerjakan merupakan aplikasi keyakinan bahwa prduktifitas tak hanya memuliakan diri atau untuk menampakkan kemanusiaannya tetapi juga merupakan wujud amal sholeh yang punya nilai ibadah yang luhur dan bermanfaat bagi orang lain.
Setidaknya, ada 3 prinsip dalam konsep Islam dalam pembinaan manusia menjadi muslim yang produktif, duniawi dan ukhrawi
- Paradigma hidup dan ibadah
Hidup (dalam pandangan Islam) bukanlah sekadar menuju kematian. Hidup sesungguhnya adalah hidup yang menuju kehidupan yang abadi yakni akhirat. Hidup merupakan sarana untuk bekerja menanam benih di dunia yang hasilnya akan dituai di kehidupan abadi nantinya. Durasi (waktu) inilah yang benar-benar dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitasnya…
(QS al-Mulk :1-2)
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (al-Kahfi, ayat 7)
- Memelihara kunci produktifitas yakni hati
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,” Ingatlah dalam diri manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka akan baik seluruh jasadnya. Dan apabila daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasad, itu adalah hati.”
Hati ialah ruh bagi potensi-potensi yang dimiliki. Kondisi hatilah yang menentukan tercurahkan/tersalurkan pikiran dan tenaga dalam bentuk amalan sholihan (produktifitas). Hati yang terpelihara akan memancarkan energy pendorong untuk beramal lebih banyak dan lebih berkualitas.
- Bergerak dari sekarang
“jika engkau berada di pagi hari maka jangan menunggu waktu sore dan jika engkau berada di sore hari maka jangan menunggu datangnya malam.”
Waktu dalam pandangan Islam sangat mulia (al-‘ashr),ungkapan tersebut menyiratkan etos kerja tinggi dan betapa menggebunya semangat dalam beramal.
Itulah setidaknya 3 prinsip yang dapat membina menjadi muslim produktif….
Kepribadian muslim mantap dalam menapaki hidupnya, menjadikan hidupnya itu bermanfaat, tidak perusak tidak eksploitatif, melainkan dirinya sebagai pembangun pelestari, toleran dan menghindar dari sikap konsumtif. Dan juga tidak lupa produktif……
Bisa dikatakan, produktifitas adalah sikap mental yang berpandangan bahwa hasil hari ini harus lebih baikk dari kemarin dan hasil hari esok kelak harus lebih baik dari hari ini…..
Semoga kita menjadi muslim yang produktif. Amin
Wallahu’alam
Wallahu musta’an
Moga bermanfaat dan maaf atas kurang dan salah
Kitabatu at-tilmidz
Atm. Ishlah al-Medaniy
MMC