Rabu, 15 Februari 2017

Kedengkian dan Pengkhianatan Berujung Pengusiran

Banu Nadhir merupakan salah satu kabilah terbesar dari bangsa Yahudi (selain Bani Qainuqa dan Quraizhah) yang tinggal bersama dengan bangsa Arab (Aus dan Khazraj) di kota Madinah. Setelah kedatangan Nabi, mereka telah membuat satu perjanjian keamanan dan kerjasama dengan orang Islam yang disebut "Piagam Madinah" - Mithaaq al Madinah. Namun, memang tabiat dengki dan pengkhianat, mereka melanggar perjanjian tersebut.

Selepas peristiwa sedih yang menimpa umat Islam di Uhud, Banu Nadhir menjadi semakin angkuh dan berani membuat perancangan untuk menentang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam secara diam-diam. Pemimpin Bani Nadhir, Ka'ab bin Asyraf keluar ke Makkah bersama-sama dengan 40 orang pengikutnya menemui Abu Sofyan (yang menjadi pemimpin Makkah selepas kematian Abu Jahl). Kepergian mereka adalah sebagai bentuk pernyataan kesediaan untuk membantu Abu Sufian dalam memerangi Rasulullah.

Penentangan Bani Nadhir semakin ketara ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam dan beberapa orang sahabat pergi ke kampung mereka berbicara masalah diyat (tebusan) dua orang Bani Kilab yang dibunuh secara tidak sengaja oleh 'Amr bin Umayyah Ad-Dhamri di dalam peristiwa Bi'ru Ma'unah. Lalu orang-orang Bani Nadhir pun berkata, "Kami akan bantu, wahai Abul Qasim, Duduklah di sini kami akan selesaikan keperluanmu!"

Baginda bersandar ke dinding rumah kaum itu. Tiba-tiba Banu Nadhir melakukan komplot jahat untuk membunuh Baginda dengan cara melemparkan batu dari atas rumah ke arah Baginda. 'Amru bin Jahash merupakan tokoh utama rencana ini yang akan menjatuhkan batu ke atas kepala Rasulullah, namun baginda shalallahu ‘alaihi wa salam mengetahuinya melalui perantaraan Jibril. Kemudian Baginda segera berdiri dari tempat itu, beliau segera kembali ke Madinah..

Tindakan Rasulullah itu menimbulkan tanda tanya kepada para sahabat, dan kemudian Bagindapun menceritakan rencana keji orang-orang Yahudi Bani Nadhir ke atasnya saat sampai di Madinah. Kemudian Baginda mengutuskan Muhammad bin Maslamah kepada Bani Nadhir untuk menyampaikan ultimatum kepada Bani Nadhir agar mereka keluar dari Madinah dalam waktu 10 hari.

Melihat kekuatan Islam yang sedemikian hebat dan semakin kuat, sadarlah mereka bahwa mereka sedang berhadapan dengan kekuatan yang tidak dapat ditentang lagi. Mereka pun berkemas untuk pergi dari Madinah.
Sementara Bani Nadhir bersiap-siap untuk keluar dari negeri. Abdullah bin Ubay, ketua golongan munafik, yang mendengar kabar tersebut, mengutuskan utusannya, melarang Bani Nadhir keluar dan berjanji untuk menghantar 2,000 orang daripada kaumnya untuk mempertahankan mereka, "Janganlah kalian keluar. Karena aku akan membantu kamu 2,000 pasukan yang bertahan bersama di benteng kalian ini. Mereka bersedia mati membela kalian termasuklah Bani Quraizhah serta para sekutu kalian dari Ghathafan tentu akan membela kalian."

Subhanallah
Begitulah sifat kaum munafik, yang memusuhi kaum muslimin.

Setelah mendapat sokongan dan harapan bantuan dari kaum munafik, mulai para pemuka Yahudi Bani Nadhir optimis. Mereka mengirim utusan pada Nabi bahwa mereka tidak akan keluar dari Madinah.

Tersebab kesombongan dan kedegilan itu, Baginda Shalallahu ‘alaihi wa salam bersama sahabat dari Muhajirin dan Anshar, mulai mengepung perkampungan mereka . dibuatlah pengumuman pada kaum Yahudi di kota Madinah yang lain bahwa barangsiapa yang membelot membantu Bani Nadhir, mereka akan merasakan akibatnya nanti, serta bahkan orang Arab sekalipun juga diperingatkan demikian.

Perkampungan Bani Nadhir pun dikepung dengan ketat. Mereka (Bani Nadhir) tidak bisa keluar dari perkampungan mereka, walaupun hanya untuk ke ladang kurma mereka. Bahkan pohon-pohon kurma mereka sudah mulai dibakar kaum Muslimin untuk percepat mereka menyerah.

Mengenai pembakaran pohon kurma. Bani Nadhir berteriak keras, menuding Muhammad melanggar ajarannya sendiri untuk tidak merusak bumi. Kemudian turun ayat 5 surah al-Hasyir yang membenarkan ummat Islam berlaku demikian untuk memusnahkan kaum fasik.

Setelah beberapa hari dikepung, mulai kendor semangat Bani Nadhir. Ditambah lagi harapan bantuan 2000 orang dari Abdullah bin Ubay tidak datang sama sekali. Kaum Munafik takut membantu mereka setelah mendengar ma’lumat bahwa sesiapa membantu akan menanggung resikonya.

Akhirnya, Bani Nadhir mengibarkan bendera putih. Mereka diusir. Baginda Nabi membolehkan membawa harta kekayaan sekedar yang terpikul oleh unta dan tidak boleh membawa senjata. Baginda Nabi juga menjamin darah mereka akan terpelihara, tidak akan ditumpahkan walau setitik dengan syarat mereka tidak memulai persengketaan dengan umat Islam.

Pengusiran besar-besaran ini yang bernama al-Hasyr, mereka disuruh berkumpul, berbaris satu persatu, dua dua, keluar dari Madinah. Itulah mengapa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menamai surat ini dengan surah an-Nadhir.

Subhanallah..
Kaum mukminin dahulu tiada menyangka sebelumnya bahwa kaum Bani Nadhir dapat dikeluarkan dari benteng-benteng mereka dalam keadaan hina dan kalah. Saking kuatnya bentang dan persenjataan mereka. Pada saat yang sama, Bani Nadhir pun mengira bahwa benteng kokoh mereka mampu melindungi dan mempertahankan diri dari siksa Allah.

Tapi begitulah Allah yang memberikan kekuatan pada kekasih-Nya dari arah dan cara yang tak disangka-sangka. Begitulah Allah yang membuat kepengecutan dan kepanikan luar biasa di dalam hati Bani Nadhir. Sampai-sampai ketika mereka hendak keluar rumah masing-masing, mereka semacam orang gila, merusak yang ada di hadapan mereka.
Begitulah, nasib penentang Allah dan Rasul-Nya.

Pelajaran bagi kita untuk mengiris rasa dengki dalam diri. Kaum Yahudi dan Munafik ialah model kaum yang dengki atas risalah kenabian dan kekuasaan Islam. Mereka menunggu saat-saat Islam jatuh, bahkan mengupayakan Islam hancur.

Sedangkan kaum mukmin itu, tiada rasa dengki pada yang lain bahkan hatinya dihiasi rasa cinta terhadap sesama hingga terbawa ke dalam doa-doa mereka pada Tuhannya.

Kala Ibnu Sa’di mentadabburi ayat 10 surah al-Hasyr beliau berkata, bahwa dalam doa ini (dalam ayat 10) Allah menyebutkan pembersihan rasa dengki dari dalam hati, baik sedikit maupun banyak. Dan jika rasa dengki itu tidak ada, tempatnya akan digantikan oleh rasa cinta, persahabatan dan nasihat kepada sesama orang mukmin serta hal-hal lainnya yang merupakan hak orang beriman...

Subhanallah..

Semoga kita dapat mengambil iktibar.
Semoga kita terhindar dari sifat kaum Munafik seperti membela-bela Ahmadiyah, Sepilis, Theosofis, Zionis yang jelas menghina dan memusuhi Islam, semoga kita atau anak cucu kita tergolong menjadi salah satu pasukan Islam yang berperang dengan kaum jahat di akhir zaman, hingga batu pun berbicara bila mereka bersembunyi di belakangnya. Aamiin..
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar