Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qs Qaf :16)
Allah Mahakuasa sehingga tidak hanya menciptakan sebagaimana manusia menciptakan sesuatu. Kata "khalaqna" bermakna lebih dari "menciptakan", melainkan lebih kepada "mewujudkan manusia dan menyediakan bagi manusia segala sesuatu untuk kelangsungan hidupnya hingga masa tertentu." Dalam kerangka ini, dapatlah dipahami bahwa Allah mengetahui apapun yang terjadi pada ciptaan-Nya. Tak sekadar mencipta melainkan terus memantau.
Nahnu aqrabu min habli al-warid menunjukkan kuasa Allah terhadap ciptaan-Nya. Al-warid "urat leher" merupakan gambaran sesuatu yang menyatu dalam diri manusia sehingga sangat dekat pada diri masing-masing pribadi.
Allah lebih dekat lagi dari al-warid itu sehingga Dia bahkan mengetahui tuwaswisu (apa yang dibisikkan hati) atau hal paling rahasia dalam diri manusia seperti bisikan-bisikan hati. Beruntungnya, tidak ada sanksi (hukuman) atas bisikan-bisikan atau lintasan hati itu.
Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya Allah membiarkan bagi umatku apa yang terbetik oleh jiwanya selagi belum diucapkan secara lisan atau diperbuat dengan tindakan."
Demikianlah bahwa Allah mengetahui yang nyata dan segala rahasia dari rahasia.
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abu Said dari Rasulullah Saw tentang sebuah ilustrasi kedekatan Allah dengan manusia. Rasulullah Saw bersabda, "Allah menempati posisi pada anak Adam dalam empat posisi. Yakni Dia lebih dekat daripada urat nadi, Dia berada di tengah antara seseorang dan hatinya, Dia memegang ubun ubun setiap binatang melata (manusia termasuk), dan Dia selalu bersama mereka dimanapun mereka berada." Itu bukan berarti Allah bertempat apalagi bertempat di manusia, akan tetapi sebagai gambaran kemahakuasaan, MahaTahuan Allah Swt.
Kedekatan pada ayat 16 surah Qaf lebih bermakna dalam hal pengetahuan-Nya mengenai isi hati manusia.
Dalam keterangan lain bahkan disebutkan Allah akan mendekat dalam arti menjadi bagian kesadaran manusia saat hamba-Nya itu "mengingat-Nya" sebagaimana tercantum dalam beberapa hadits diantaranya "Aku bersama hamba-Ku saat hamba-Ku mengingat-Ku.." atau "Bila hamba-Ku mendekat pada-Ku sejengkal Aku mendekat padanya sehasta dst. "
Imam Qusyairi berkata tentang ayat 16 surah Qaf ini, "Ayat ini merupakan ancaman, kekagetan dan ketakutan bagi suatu kaum kafir sekaligus kenyamanan, kedekatan dan ketenangan hati bagi kaum lainnya (Mukmin)"
Begitupula Sayyid Tantawi dalam al-Wasit mengutip penafsiran Imam Qurtubi dan Imam Qusyairi bahwa dalam ayat ini terdapat pesan-pesan yang menjerakan orang orang yang gemar bermaksiat. Dengan menegaskan bahwa Allah Mahadekat dan Maha Mengetahui segala gerak gerik manusia bahkan yang tersembunyi dalam hatinya, maka diharapkan manusia takut berbuat dosa.
Selain itu dapat pula memberikan ketenangan dan kedamaian pada hati manusia. Artinya, saat manusia menghadapi cobaan dan rintangan hidup yang berat, ia tak akan merasa sendirian, sebab Allah Mahadekat dan Maha Penolong segala kesulitan hamba-Nya.
Oleh karena itu, bagi kaum beriman informasi kedekatan ini menjadi pengingat untuk menjaga kesadarannya. "Ingat" Allah akan memberi arti dan tujuan pada kehidupan. "Lupa" Allah dapat menyebabkan kekacauan dan kegaduhan hidup. Wallahua'lam.