Menjadi seorang Ibu
adalah impian bagi setiap wanita, setelah menjadi seorang istri tentunya. Dalam
Islam, Ibu adalah sosok yang sangat mulia dan dimuliakan. Sebagaimana terdapat
dalam banyak ayat dalam al-Quran, manusia diperintahkan untuk berbakti kepada
kedua orangtuanya khususnya ibu yang telah bersusah di atas susah, lemah yang
bertambah-tambah (QS Luqman: 14) (QS Al-Ahqaf: 15). Begitu juga dalam hadist
yang masyhur ketika Seseorang datang kepada Rasulullah saw dan berkata, ‘Wahai
Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali
bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut
bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang
tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi menjawab, ‘Kemudian
ayahmu.’”(HR. Bukhari dan Muslim) .
Imam Al-Qurthubi
menjelaskan bahwa hadits itu menunjukkan
bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat
besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi saw menyebutkan kata ibu
sebanyak tiga kali, kemudian ayah sekali. Bila hal itu sudah kita mengerti,
realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam
menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat
menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk
kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya.
Selain ayat-ayat
tentang perintah berbuat baik kepada orangtua termasuk ibu, dalam al-Quran juga
terdapat beberapa profil teladan Ibu. Profil yang menggambarkan beginilah karakteristik seorang
ibu yang baik. Pertama, Memiliki visi pendidikan anak untuk mengabdi pada Allah.
Seorang Ibu tentu memiliki impian agar anaknya menjadi anak yang taat pada
Allah. Itu tergambar dalam profil seorang Istri Imran ketika bernazar anak yang
dikandungnya akan menjadi anak sholih dan berkhidmat di Baitul Maqdis. (QS Ali
Imran ayat 35-36).
Kesuksesan seorang
ibunda hakikatnya juga dapat diukur tatkala anaknya bisa menjadi hamba yang
bersyukur. (QS Al-Ahqaf : 15). Syukur
disini bermakna memanfaatkan segala karunia-Nya untuk taat pada-Nya. Jalan utama
untuk meraih itu tiada lain ialah pendidikan yang dilakukan oleh sang
madarasatul ‘ula yakni ibunda. Oleh karena itu, setiap calon ibu mesti memiliki
wawasan dan pengetahuannya untuk mendidik anak-anak. Seperti kemampuan mengajar
membaca Iqro atau al-Quran, tauhid, doa dan sejarah Nabi. Begitupula kemampuan dari
sisi pengetahuan dan umum seperti mengajar Komunikasi-bahasa,logika matematika
atau Baca, Tulis, Hitung (Calistung) dan sebagainya.
Kedua,
Yakin
dan Optimis. Sebagaimana tergambar pada sosok Ibunda Nabi Musa yang yakin akan
janji Allah yang akan menyelamatkan anaknya bila sang ibu mengikuti
perintah-Nya. Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: "Susuilah dia, dan
apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan
janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya
Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari
para rasul. (QS. Qashash :7)
Dalam menghadapi
kesulitan hidup, seorang ibu mesti optimis dan yakin akan pertolongan Allah.
Ibunda Musa saat itu menghadapi kondisi pelik tatkala Firaun memerintahkan anak
lelaki yang lahir dari kalangan Bani Israil. Namun, keteguhan Ibunda Nabi Musa
dan dibantu kakak perempuan Nabi Musa, biidznillah masa-masa sulit dapat
dilewati. Nabi Musa dapat selamat dan
terpelihara.
Pada zaman sekarang,
tantangan dalam mendidik anak sangat besar. Baik dari segi lingkungan,
pendidikan, financial maupun dari diri sendiri. Dari Lingkungan, banyak hal
yang dapat merusak anak seperti tontonan ataupun tayangan tak bermoral yang
dijumpai dari sarana-sarana informasi yang ada. Dalam kondisi ini peran Ibu
amatlah besar untuk menjaga anak-anak agar tumbuh pada fitrah kesuciannya.
Modal paling besar bagi para Ibu adalah kedekatan dengan Allah swt, memahami arahan
(taujihat) dan pengajaran dari Allah swt melalui al-Quran dan sunnah NabiNya.
Untuk itu para Ibu hendaknya rajin mengaji dan dekat dengan dua sumber utama
petunjuk ini.
Ketiga,
Fokus
dan Senang dalam Mendidik Anak. Sikap kasih sayang kepada anak-anak adalah
fitrah yang Allah berikan kepada para wanita untuk mendidik anak-anak mereka.
Selama fitrah ini terjaga baik, seorang Ibu akan menjadikan perhatian pada anak
sebagai perhatian terbesar dalam hidupnya. Kisah jatuh cintanya Asiyah istri
Firaun kepada bayi Musa diabadikan al Quran untuk menggambarkan fitrah ini.
Padahal Musa bukanlah anak kandungnya sendiri. “Dan berkatalah istri Fir'aun:
"(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu
membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfa'at kepada kita atau kita ambil ia
menjadi anak", sedangkan mereka tiada menyadari. (QS. Qashash : 9).
Kondisi zaman saat ini
justru miris. Banyak wanita yang sudah memiliki anak lebih memilih menjadi
wanita karier di luar rumah. Meskipun tidak terlarang, namun kenyataan tugas
sebagai seorang ibu kerap menjadi timpang. Kebanyakan kaum perempuan justru
sangat menikmati karirnya, sehingga meletakkan masalah pendidikan dan kasih
sayang kepada anak pada prioritas ke sekian dibandingkan karirnya. Bahkan pada
sebagian kalangan perempuan ada pandangan bahwa memiliki anak itu akan
mengganggu karir mereka. Na’udzubillah.
Telah nyata dalam
al-Quran dan Hadist bahwa tugas utama seorang ibunda adalah mendidik anak.
Sebab baik tidaknya ibu serta pendidikan yang diberikan menjadi penentu
generasi selanjutnya. Selamat dan berbahagia lah para Ibu ! Selamat
mempersiapkan diri wahai calon ibu ! Surga itu di bawah telapak kaki “ibu”.
Wallahu’alam.
(Analisa Daily)
Add/ Follow FB : Islahuddin Panggabean
Ingin mengundang Pemateri Remaja Masjid untuk kota Medan? : 0859-2104-8945