Islam merupakan agama eternal dan
universal. Nilai-nilai yang dikandungnya tidak akan pernah mengenal yang
namanya fase using. Bahkan Islam hadir sebagai pemelihara zaman. Islam ialah
agama yang senantiasa akomodatif terhadap perubahan zaman. Sesungguhnya tinggal
bagaimana pemeluknya saja yang mengimplementasikan dalam realitas kehidupan.
Di
era modern saat ini, signifikansi nilai-nilai Islam akan terlihat bilamana pola
pikir, perilaku maupun karakter dari tiap pribadi muslim ‘direfresh’ hingga
menjadi segar kembali. Hal ini juga mesti dilakukan demi menanggulangi
mewabahnya Islam Liberal dan Islamophobia. Menurut Yusuf Qardhawi, ada beberapa point yang ‘diangkat’ yang dapat
dijadikan pegangan bagi tiap muslim di era modern yaitu :
Pertama,
Beriman kepada Allah tetapi tidak mengabaikan urusan kemanusiaan. Seringkali muslim tidak memberikan ‘porsi’ yang semestinya
kepada masalah kemanusiaan. Padahal sejak wahyu pertama diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw manusia disebut dua kali. Bahkan bisa dikatakan bahwa al-Quran
membahas terma-terma yang diperuntukkan untuk manusia dan kemanusiaan itu
sendiri. Oleh karena itu, muslim modern harus memberikan porsi kepada masalah-masalah
kemanusiaan. Hingga Islam dapat dijadikan solusi atas masalah-masalah
kemanusiaan seperti kebodohan, penderitaan, kebingungan dan keputusasaan dsb.
Kedua, Beriman
kepada wahyu tidak menafikan potensi akal. Muslim di era modern haruslah
tidak taklid buta dan menafikan potensi akal, hingga mematikan potensi akal, sehingga
banyak terdapat pengkultusan ulama, khurafat yang tersebar dan masalh-masalah
lain. Akal mesti dikembangkan potensinya hingga muncul ilmuwan-ilmuwan muslim
seperti Fakhrur Razi, Ibnu Rasyid dll.
Ketiga, Menyeru
kepada hati tidak abai materi. Islam menyatukan kebutuhan rohani dan materi, akhirat dan dunia.
Hal yang kerap dilupakan atau diabaikan dalam beragama ialah pengabaian materi
karena dianggap kotor. Padahal sebenarnya Rasulullah Saw membangun peradaban
Islam yang begitu agung di muka bumi juga/ dunia. Oleh sebab itu, sudah
selayaknya muslim jangan melupakan dimensi materi untuk bangkit dari
keterpurukannya dan segera menyongsong masa yang gemilang.
Keempat, Ritual
Formal tanpa melupakan nilai-nilai moral. Seseorang yang menunaikan sholat,
puasa, haji dan umroh jika tidak memilki nilai-nilai akhlak maka tidak
bermanfaat ibadahnya itu. (QS al-Ma’un (107) : 1-7). Jadi, muslim di era modern
senantiasa menjaga ritus-ritus formal yang merupakan hak Allah terhadap
hamba-hamba-Nya dengan tetap memperhatikan nilai-nilai akhlak yang menjadi
bukti dan buah dari keimanan sekaligus cirri diterimanya amal.
Kelima, Memperkuat
Iman, tetap Bersikap Toleran dan Menebar Cinta. Muslim modern hendaknya
mewaspadai sikap-sikap fanatis yang bisa mengantarkan kepada kebencian,
cenderung membenci seluruh manusia bahkan untuk orang-orang Islam yang berbeda
pemikiran dan pendapat dengan mereka sekalipun mereka masih menyembunyikan rasa
benci dan permusuhan tersebut. Tetapi ini tak berarti kita harus mengabaikan
akidah dan bersifat sinkretis. Justru, atas nama akidah, keyakinan dan wahyu
hendaknya muslim menebar sikap toleran dengan orang-orang yang berbeda dengan
kita. Sebagaimana ungkapan Hasan al-Banna “Kami akan memerangi seluruh manusia
dengan cinta dan bukan dengan pedang!!”
Keenam, Menuju Idealitas tidak
mengabaikan Realitas. Ajaran Islam tidak memperlakukan manusia sebagai
malaikat. Tetapi sebagai makhluk yang butuh makan, minum, kebutuhan biologis,
jalan-jalan dll. Karena itu jangan berputus asa atas rahmat Allah. Namun, Islam
juga tidak bisa membiarkan kesewenang-wenangan. Islam ialah solusi dari
berbagai ‘penyakit’ yang tumbuh liar. Oleh
karena itu, muslim di era modern haruslah mengenal kondisi realitas umat Islam
saat ini sembari tetap menuju kepada tujuan ideal meski untuk meraih itu perlu
sebuah proses dan tahapan.
Ketujuh,
Bekerja keras, tidak lupa hiburan dan rekreasi. Ajaran Islam tidaklah menghendaki hidup yang terlalu
serius,tidak memperkenankan hati istirahat. Yang mesti dihindari ialah hiburan
yang hanya dijadikan kedok untuk perbuatan maksiat yang tidak berdiri di atas
nilai-nilai syar’I dan akhlak.
Kedelapan,
Universal, memperdulikan budaya lokal. Muslim
Modern tidak bisa terlena dengan isu internasional sementara pada saat yang
sama mengabaikan problem-problem nasional di negeri sendiri. Juga tidak boleh
juga tersita oleh berbagai persoalan local hingga abai terhadap isu-isu dunia
terutama dari perusakan alam, lingkungan dan kemanusiaan. Namun, yang
diharapkan ialah memperdulikan dua kepentingan di atas secara bersamaan.
Kesembilan,
Mengusung Perubahan, namun Tetap Teguh pada Nilai. Muslim
modern menghindar dari jumud (ghulat) dan kebablasan (tafrith). Tidak jumud/
kaku namun juga tidak menjadi penafsir yang membolehkan segala hal yang menurut
mereka halal tanpa berpegang pada kaidah, kode etik maupun dasar al-Qur’an dan
Sunnah.
Kesepuluh,
Menyambut Masa Depan, Tidak Menolak Masa Lalu. Muslim selayaknya
tidak terkungkung dalam kerangkeng masa lalu sehingga gelap dalam menatap masa
depan. Islam mengharuskan untuk mempelajari masa depan dan merancang sejak
dini. Al-Qur’an juga bicara masa depan. Rasulullah saw banyak menyampaikan
‘syarat-syarat Hari Kiamat’ , ‘ Fitnah-fitnah’ dll. Itu menandakan pentingnya
masa depan dan penting untuk mempersiapkannya.
Kesebelas,
Mudah, Berita Gembira dalam Dakwah. Di antara beberapa tuduhan kelemahan
agama adalah di anataranya sikap keras dan menyulitkan. Agama seolah belenggu
yang banyak mengekang kehidupan. Padahal sebenarnya tidak demikian. Ajaran
Islam menuntut kita agar mampu mengutamakan prinsip keringanan dan
mengedepankan pesan-pesan yang menghibur dan menggembirakan. Tidak ada
kemudahan bagi orang-orang yang menyulitkan diri sendiri.
Kedua belas,
Ijtihad tidak melampaui ketetapan. Menjadi muslim di era modern hendaknya
tidak mencaci orang-orang yang mengusung pemikiran tentang pembaruan.
Namun,tidak juga cenderung membolehkan segala hal dan menghalalkan apa yang
jelas-jelas terlarang.
Ketiga
Belas, I’m Not Terorist but I’m Mujaheed. Tepatnya Jihad
dalam dakwah, jihad dalam sabar dan teguh, mencari nafkah, membangun pendidikan
dan perkonomian ummat dan sebagainya. Itulah sedikitnya point-point yang dapat
dijadikan bahan ingatan dalam mengarungi era modern yang kerap memojokkan
Islam. Point-point tersebut sebenarnya merupakan nilai-nilai Islam yang kerap
terlupa oleh pribadi-pribadi muslim. Wallahua’lam.