(terbit di Harian Mimbar Umum, Medan Sumatera Utara)
Koro-koro adalah istilah keren
dari karaokean. Karaoke secara sederhana ialah adalah sebuah bentuk hiburan di
mana seseorang menyanyi diiringi dengan musik dan teks lirik yang ditunjukkan
pada sebuah layar. Koro-koro sebagai sebuah fenomena yang meningkat tajam
peminatnya dalam beberapa tahun belakangan, terlihat hampir di setiap kota besar rumah karaoke
sudah sangat menjamur. Mulai dari small
room hingga high class room, dari
harga murah sampai mewah. Banyak anak muda maupun keluarga memilih koro-koro
sebagai alat penghilang penat, menyalurkan hobby dan ajang mengumpul bareng.
Yang jelas, fenomena koro-koro
menandakan bahwa sebagian masyarakat mencintai musik baik mendengarkan maupun
menyanyikan. Mengenai hukum bermusik dalam Islam, terdapat perbedaan pendapat
di kalangan ulama. Ada
yang mengharamkan dan ada yang membolehkan. Ulama yang mengharamkan seperti
Imam Ibnu Qayyim Jauziyah, Imam Qurthubi dan Imam Syaukani. Sedangkan yang
membolehkan seperti Imam Malik, Imam Ja’far, Imam al-Ghozali dan Imam Daud
azh-Zhahiri.
Sebagai tambahan bahwa menarik
menilik pendapat ulama kontemporer saat ini, yakni Yusuf al-Qardhawi. Meski
membolehkan, Beliau dalam Fatwa
Kontemporernya mengingatkan hal-hal yang harus dijaga dalam bermusik. Pertama,
Tema atau isi nyanyian harus sesuai dengan ajaran dan adab Islam. Lirik dalam
sebuah lagu tidak boleh bertentangan dengan syariat. Kedua, Penampilan penyanyi
harus dipertimbangkan. Terkadang sebuah lagu syairnya baik namun penampilan
biduan/biduanita tidak sopan dan melanggar syariat. Hal ini tentu dilarang. dan
Ketiga, Tidak berlebih-lebihan. Kalau agama saja melarang berlebih-lebihan
dalam beribadah, apatah lagi pada permainan atau hiburan yang menyita waktu
walapun hukum asalnya mubah.
Bermusik
termasuk koro-koro jika memenuhi syarat yang harus dijaga, tentu tidak mengapa.
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa koro-koro membentuk kondisi yang mengandung
dan mengundang mudharat. Di antaranya koro-koro yang awalnya hanya sebagai
hiburan kini mulai dijadikan kebutuhan. Kawula muda mulai candu, merutinkan
untuk menyanyi dalam kamar tertutup itu. Syair ataupun lirik lagu kebanyakan
melanggar syariat Islam, belum lagi penampilan penyanyinya atau video klip yang
dapat membangkitkan syahwat. Selain itu, di beberapa tempat koro-koro juga
terkenal sebagai tempat anak muda berpacaran ataupun menjual minuman keras.
Keutamaan Membaca Quran
Islam yang
syumul mempunyai berbagai solusi atas segala permasalahan kehidupan. Bahkan
tidak ada solusi terbaik selain dari Islam. Termasuk untuk menentramkan hati
ataupun menghilangkan penat. Dalam hal ini, menurut penulis, Membaca al-Quran
atau menjadi Qori’ lebih pantas diutamakan daripada sekedar koro-koro.
Al-Quran
ditinjau dari bahasa ialah jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja
qara’a-yaqra’u-qur’anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca
berulang-ulang. Sedangkan menurut istilah diartikan kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat disampaikan dengan jalan mutawatir
dari Allah dengan perantara malaikat Jibril dan membacanya dinilai ibadah
kepada Allah swt.
Ada banyak keutamaan
membaca al-Quran di antaranya, Pertama,
Menjadikan Hati Tentram. Allah berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28)”. Membaca al-Quran sebagai
salah satu bentuk mengingat-Nya jelas akan mendatangkan ketentraman hati si
pembaca. Dalam sebuah riwayat diterangkan bahwa dahulu ada seorang sahabat
sedang membaca surah al-Kahfi dan disisinya ada sebuah seekor kuda yang
ditambatkan dengan tali, ketika tilawah al-Quran kemudian awan menaunginya dan
hal itu dirasakan pula oleh kuda tersebut. Esoknya, ia bertemu dengan Nabi dan
melaporkan kejadian tersebut, lantas Nabi bersabda, “Itulah ketenangan yang
turun sebab al-Quran.”
Kedua, Mendapatkan Pahala di Setiap Huruf.
Al-Quran yang menurut Imam An-Nasafi dalam kitab Majmu al-Ulum wa Mathli’u
memiliki total jumlah huruf sebanyak 1.027.000 ini ialah ladang pahala. Setiap
huruf yang dibaca memuat pembacanya diganjar 10 pahala. “Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang membaca
satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut,
satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak
mengatakan AlifLamMim satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf
dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).
Ketiga, Bersama para Malaikat atau mendapat
Double Pahala. Tidak ada kerugian
bila bersungguh-sungguh dalam membaca al-Quran, sebab lancar atau terbata tetap
mendapat ganjaran mulia. Nabi saw
bersabda, “Orang yang membaca Quran dengan baik niscaya ia bersama para malaikat
yang mulia lagi baik dan orang yang membacanya dengan terbata-bata, baginya dua
pahala.”
Keempat, al-Quran akan menjadi Penolong di
Hari Kiamat. “Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an akan datang pada hari
kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafa’at) bagi yang membacanya.” (HR.
Muslim). Apalagi jika bukan sekedar membaca tetapi dihafalkan. Di akhirat,
hafalannya akan menolong dirinya untuk menggapai derajat mulia dan juga
memberikan mahkota pada kedua orangtua. Berbeda jika menghafal lirik-lirik lagu
yang tidak bermanfaat atau malah melanggar syariat.
Kelima,
Tidak akan pernah Merugi. Allah berfirman: "Sesungguhnya orang yang
selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian
rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak merugi."
(QS al-Fathir: 29). Imam Asy-Syaukani menjelaskan bahwa maksudnya adalah terus
menerus membacanya (al-Quran) dan menjadi kebiasaannya (rutin). Itulah
setidaknya beberapa keutamaan membaca al-Quran. Apalah lagi jika membacanya
dengan pemahaman dan tadabbur tentu akan bertambah keutamaan yang didapatkan.
Menjadi Qari
Nabi Daud as
memiliki suara yang bagus ia pergunakan untuk menyendandungkan kitab Allah
Zabur. Begitupula Abu Musa al-Asy’ari yang dipuji oleh Nabi memiliki suara yang
merdu seperti seruling Daud dalam membaca Al-Quran. Nabi pun mengajarkan untuk
menggunakan suara yang bagus untuk membaca Quran.
Kondisi umat
yang lebih memilih atau mencintai musik daripada al-Quran merupakan masalah
yang harus disadari dan diobati oleh ummat Islam. Sebab, tidak bisa dipungkiri
musik-musik yang ada terutama saat ini, mayoritas ialah menjerumuskan ke arah
maksiat minimal melalaikan dari Allah. Ibnu Qoyyim bahkan mengatakan,
“Kecintaan kepada al-Quran dan kecintaan kepada alunan lagu-lagu di dalam hati
seorang hamba tidak akan pernah menyatu.”
Oleh karena
itu, marilah mulai merubah hobby dari koro-koro menjadi Qari’ dengan membiasakan
diri dekat dengan Quran seperti membaca, mendengarkan, merenungi maupun
menghafalnya. Wallahu’alam
Follow My FB : Islahuddin Panggabean
Download Buku Butir-Butir Cahaya di sini!