Senin, 14 Desember 2015

Dari Koro-Koro Menjadi Qori



(terbit di Harian Mimbar Umum, Medan Sumatera Utara)

Koro-koro adalah istilah keren dari karaokean. Karaoke secara sederhana ialah adalah sebuah bentuk hiburan di mana seseorang menyanyi diiringi dengan musik dan teks lirik yang ditunjukkan pada sebuah layar. Koro-koro sebagai sebuah fenomena yang meningkat tajam peminatnya dalam beberapa tahun belakangan, terlihat hampir di setiap kota besar rumah karaoke sudah sangat menjamur. Mulai dari small room hingga high class room, dari harga murah sampai mewah. Banyak anak muda maupun keluarga memilih koro-koro sebagai alat penghilang penat, menyalurkan hobby dan ajang mengumpul bareng.

Yang jelas, fenomena koro-koro menandakan bahwa sebagian masyarakat mencintai musik baik mendengarkan maupun menyanyikan. Mengenai hukum bermusik dalam Islam, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang mengharamkan dan ada yang membolehkan. Ulama yang mengharamkan seperti Imam Ibnu Qayyim Jauziyah, Imam Qurthubi dan Imam Syaukani. Sedangkan yang membolehkan seperti Imam Malik, Imam Ja’far, Imam al-Ghozali dan Imam Daud azh-Zhahiri.


Sebagai tambahan bahwa menarik menilik pendapat ulama kontemporer saat ini, yakni Yusuf al-Qardhawi. Meski membolehkan, Beliau  dalam Fatwa Kontemporernya mengingatkan hal-hal yang harus dijaga dalam bermusik. Pertama, Tema atau isi nyanyian harus sesuai dengan ajaran dan adab Islam. Lirik dalam sebuah lagu tidak boleh bertentangan dengan syariat. Kedua, Penampilan penyanyi harus dipertimbangkan. Terkadang sebuah lagu syairnya baik namun penampilan biduan/biduanita tidak sopan dan melanggar syariat. Hal ini tentu dilarang. dan Ketiga, Tidak berlebih-lebihan. Kalau agama saja melarang berlebih-lebihan dalam beribadah, apatah lagi pada permainan atau hiburan yang menyita waktu walapun hukum asalnya mubah.

Bermusik termasuk koro-koro jika memenuhi syarat yang harus dijaga, tentu tidak mengapa. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa koro-koro membentuk kondisi yang mengandung dan mengundang mudharat. Di antaranya koro-koro yang awalnya hanya sebagai hiburan kini mulai dijadikan kebutuhan. Kawula muda mulai candu, merutinkan untuk menyanyi dalam kamar tertutup itu. Syair ataupun lirik lagu kebanyakan melanggar syariat Islam, belum lagi penampilan penyanyinya atau video klip yang dapat membangkitkan syahwat. Selain itu, di beberapa tempat koro-koro juga terkenal sebagai tempat anak muda berpacaran ataupun menjual minuman keras.

Keutamaan Membaca Quran
Islam yang syumul mempunyai berbagai solusi atas segala permasalahan kehidupan. Bahkan tidak ada solusi terbaik selain dari Islam. Termasuk untuk menentramkan hati ataupun menghilangkan penat. Dalam hal ini, menurut penulis, Membaca al-Quran atau menjadi Qori’ lebih pantas diutamakan daripada sekedar koro-koro.

Al-Quran ditinjau dari bahasa ialah jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara’a-yaqra’u-qur’anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Sedangkan menurut istilah diartikan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah dengan perantara malaikat Jibril dan membacanya dinilai ibadah kepada Allah swt.

Ada banyak keutamaan membaca al-Quran di antaranya, Pertama, Menjadikan Hati Tentram. Allah berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28)”. Membaca al-Quran sebagai salah satu bentuk mengingat-Nya jelas akan mendatangkan ketentraman hati si pembaca. Dalam sebuah riwayat diterangkan bahwa dahulu ada seorang sahabat sedang membaca surah al-Kahfi dan disisinya ada sebuah seekor kuda yang ditambatkan dengan tali, ketika tilawah al-Quran kemudian awan menaunginya dan hal itu dirasakan pula oleh kuda tersebut. Esoknya, ia bertemu dengan Nabi dan melaporkan kejadian tersebut, lantas Nabi bersabda, “Itulah ketenangan yang turun sebab al-Quran.”

Kedua, Mendapatkan Pahala di Setiap Huruf. Al-Quran yang menurut Imam An-Nasafi dalam kitab Majmu al-Ulum wa Mathli’u memiliki total jumlah huruf sebanyak 1.027.000 ini ialah ladang pahala. Setiap huruf yang dibaca memuat pembacanya diganjar 10 pahala.  “Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan AlifLamMim satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).

Ketiga, Bersama para Malaikat atau mendapat Double Pahala. Tidak ada kerugian bila bersungguh-sungguh dalam membaca al-Quran, sebab lancar atau terbata tetap mendapat ganjaran mulia.  Nabi saw bersabda, “Orang yang membaca Quran dengan baik niscaya ia bersama para malaikat yang mulia lagi baik dan orang yang membacanya dengan terbata-bata, baginya dua pahala.”

Keempat, al-Quran akan menjadi Penolong di Hari Kiamat. “Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafa’at) bagi yang membacanya.” (HR. Muslim). Apalagi jika bukan sekedar membaca tetapi dihafalkan. Di akhirat, hafalannya akan menolong dirinya untuk menggapai derajat mulia dan juga memberikan mahkota pada kedua orangtua. Berbeda jika menghafal lirik-lirik lagu yang tidak bermanfaat atau malah melanggar syariat.

Kelima, Tidak akan pernah Merugi. Allah berfirman: "Sesungguhnya orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak merugi." (QS al-Fathir: 29). Imam Asy-Syaukani menjelaskan bahwa maksudnya adalah terus menerus membacanya (al-Quran) dan menjadi kebiasaannya (rutin). Itulah setidaknya beberapa keutamaan membaca al-Quran. Apalah lagi jika membacanya dengan pemahaman dan tadabbur tentu akan bertambah keutamaan yang didapatkan. 

Menjadi Qari
Nabi Daud as memiliki suara yang bagus ia pergunakan untuk menyendandungkan kitab Allah Zabur. Begitupula Abu Musa al-Asy’ari yang dipuji oleh Nabi memiliki suara yang merdu seperti seruling Daud dalam membaca Al-Quran. Nabi pun mengajarkan untuk menggunakan suara yang bagus untuk membaca Quran.

Kondisi umat yang lebih memilih atau mencintai musik daripada al-Quran merupakan masalah yang harus disadari dan diobati oleh ummat Islam. Sebab, tidak bisa dipungkiri musik-musik yang ada terutama saat ini, mayoritas ialah menjerumuskan ke arah maksiat minimal melalaikan dari Allah. Ibnu Qoyyim bahkan mengatakan, “Kecintaan kepada al-Quran dan kecintaan kepada alunan lagu-lagu di dalam hati seorang hamba tidak akan pernah menyatu.”

Oleh karena itu, marilah mulai merubah hobby dari koro-koro menjadi Qari’ dengan membiasakan diri dekat dengan Quran seperti membaca, mendengarkan, merenungi maupun menghafalnya. Wallahu’alam

                                                                                           
Follow My FB : Islahuddin Panggabean 
Download Buku Butir-Butir Cahaya di sini!
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar