Senin, 30 November 2015

Fenomena Dubsmash dalam Islam



 (terbit di Harian Mimbar Umum, Medan Sumut) 

Salah satu fenomena yang sedang hangat di dunia khususnya dunia maya ialah aplikasi dubsmash. Aplikasi yang difasilitasi dubsmash.com ini memang sangat fenomenal sejak diluncurkan pada November 2014. Ia telah diunduh dan digunakan oleh puluhan juta pengguna smartphone mulai dari masyarakat biasa hingga artis terkenal. Dubsmash ini merupakan aplikasi yang memungkinkan untuk membuat video sendiri dengan memilih audio yang disukai/dubs. Selanjutnya anda hanya perlu melakukan lypsinc mengikuti audio yang dipilih sambil merekamnya dalam bentuk video. Setelah selesai, hasil bebas untuk dibagikan ke berbagai jejaring social. Dubsmash  disebut-sebut sebagai the new selfie, sebuah fenomena sebelumnya yang tak jauh dari aktivitas narsistik.

Masyarakat Indonesia termasuk ummat Islam pun mulai ‘terjangkiti’ selfie dan dubsmash. Sudah ada jutaan foto selfie maupun video dubsmash terbentuk hasil ‘kreatifitas anak bangsa’. Untuk membuat sebuah video dubsmash tak jarang, orang-orang berdandan atau berprilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai syariah hanya untuk mencari kepuasan pribadi, menonjolkan diri (narsistik) dan di-publish ke depan umum melalui medsos. Kenyataan bahwa fenomena ini melanda masyarakat mengindikasikan ummat yang Imma’ah dan kian memudarnya rasa malu


Pertama, Ummat yang Imma’ah. Saat ini kebanyakan ummat Islam hidupnya sangat terpengaruh sesuai trend atau dalam bahasa agamanya disebut “Imma’ah”. Padahal Nabi telah memesankan kepada kita agar tidak menjadi imma’ah tetapi istiqomah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi: “Janganlah salah satu di antara kamu sekalian ber-imma’ah (ikut-ikutan), yang jika orang lain baik maka engkau baik; dan jika mereka jelek maka engkau jelek pula. Akan tetapi hendaklah engkau tetap konsisten terhadap (keputusan) dirimu. Jika orang lain baik, maka engkau baik; dan jika mereka jelek, hendaklah engkau jauhi keburukan mereka”. Oleh karena itu, setiap pribadi muslim dalam menjalani kehidupan harus senantiasa memperhatikan nilai-nilai agama, tidak sekedar ikut-ikutan trend.

Fenomena Dubsmash  yang berisi meniru-niru gerakan atau suara orang lain apalagi jika dengan maksud mengejek, menghina atau merendahkan orang lain demi membuat tertawa orang lain adalah dilarang. Nabi saw pernah menegur Ummul Mukminin Aisyah r.a ketika Aisyah r.a meniru gaya dan gerakan seseorang dalam ucapannya, beliau  bersabda, “Aku tidak suka meniru-niru(gaya) seseorang walaupun aku diberikan dengan seperti ini dan ini(sesuatu apa pun yang bernilai)" (HR At-Tirmidzi). Perilaku tersebut dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Al Muhaakah. Perbuatan ini dilarang dan tercela, bahkan Imam an-Nawawi mengkategorikannya sebagai ghibah yang diharamkan. Apalagi jika dalam foto maupun video itu jelas melanggar syariat Islam seperti menampakkan aurat, berdandan seperti perempuan, berjoget ria, maupun berdusta hanya untuk membuat orang lain tertawa, padahal peringatan Nabi, “Celakalah orang yang berbicara sesuatu pembicaraan yang bertujuan dengannya untuk membuat orang lain ketawa,lantas dia berdusta,celakalah dia,celakalah dia!!." (HR Abu Daud).  

Kedua, Memudarnya Rasa Malu. Salah satu akhlak utama dalam Islam ialah rasa malu. Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.” (HR Ibnu Majah dan Ath-Thabrani). Bahkan dijelaskan bahwa Iman dan Rasa Malu ialah dua hal yang berkaitan, apabila salah satunya hilang, maka hilanglah yang lain. Imam Ibnul Qayyim berkata, “Malu berasal dari kata hayaah (hidup), dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata al-hayaa (hujan), tetapi makna ini tidak masyhûr. Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu, dipengaruhi oleh kadar kematian hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna.

Rasulullah saw sebagai uswah hasanah telah menjadi teladan utama dalam hal ini. Ia disebut sebagai sosok yang pemalu dan beliau pun memerintahkan ummatnya agar memiliki sifat malu. Salah satu contoh konkrit bagaimana Islam mengagungkan rasa malu ialah anjuran menutup diri meskipun sedang mandi. Rasulullah saw  bersabda,Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pemalu, Maha Menutupi, Dia mencintai rasa malu dan ketertutupan. Apabila salah seorang dari kalian mandi, maka hendaklah dia menutup diri.” Begitupula ada sebuah riwayat bahwa tidaklah baginda ‘mendatangi’ istrinya melainkan dalam selimut. Hingga ada pengakuan dari Ummul Mukminin, Aisyah ra bahwa beliau belum pernah melihat (maaf) kemaluan Nabi.

Betapa indahnya ajaran Islam bahkan sampai-sampai tiada satu orangpun yang melihat (saat mandi) ataupun berduaan dengan istri, setiap muslim haruslah mempunyai rasa malu. Fenomena ­Selfie dan Dubsmash (Narsisitik) disadari atau tidak menunjukkan memudar atau tercerabutnya rasa malu dalam diri ummat Islam. Bagaimana ia dengan mudahnya mengup-load dan share video kepada khalayak ramai berharap ‘like’ atau ‘comment’ tanpa mempertimbangkan rasa malu dan marwahnya sebagai seorang muslim.

Penutup
Islam sebagai agama yang sempurna adalah pedoman dalam kehidupan ini. Fenomena  dubsmash  yang saat ini menjadi trend hendaknya tidak membuat muslim mengabaikan ajaran Islam. Begitujga bahwa akhlak utama dalam Islam ialah rasa malu. Maka setiap muslim harus meningkatkan rasa malunya, terutama pada Allah. Oleh karena itu,  dubsmash haruslah dihindari.  Wallahua’lam.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar