(terbit di Harian Mimbar Umum, Medan Sumut)
Salah
satu fenomena yang sedang hangat di dunia khususnya dunia maya ialah aplikasi dubsmash. Aplikasi yang difasilitasi
dubsmash.com ini memang sangat fenomenal sejak diluncurkan pada November 2014. Ia
telah diunduh dan digunakan oleh puluhan juta pengguna smartphone mulai dari masyarakat biasa hingga artis terkenal. Dubsmash
ini merupakan aplikasi yang memungkinkan untuk membuat video sendiri dengan
memilih audio yang disukai/dubs. Selanjutnya anda hanya perlu melakukan lypsinc
mengikuti audio yang dipilih sambil merekamnya dalam bentuk video. Setelah
selesai, hasil bebas untuk dibagikan ke berbagai jejaring social. Dubsmash disebut-sebut sebagai the new selfie, sebuah fenomena sebelumnya yang tak jauh dari
aktivitas narsistik.
Masyarakat
Indonesia termasuk ummat Islam pun mulai ‘terjangkiti’ selfie dan dubsmash. Sudah
ada jutaan foto selfie maupun video dubsmash
terbentuk hasil ‘kreatifitas anak bangsa’. Untuk membuat sebuah video
dubsmash tak jarang, orang-orang berdandan atau berprilaku tidak sesuai dengan
nilai-nilai syariah hanya untuk mencari kepuasan pribadi, menonjolkan diri
(narsistik) dan di-publish ke depan
umum melalui medsos. Kenyataan bahwa fenomena ini melanda masyarakat
mengindikasikan ummat yang Imma’ah dan kian memudarnya rasa malu
Pertama,
Ummat yang Imma’ah. Saat ini kebanyakan ummat Islam hidupnya sangat terpengaruh
sesuai trend atau dalam bahasa
agamanya disebut “Imma’ah”. Padahal Nabi telah memesankan kepada kita agar
tidak menjadi imma’ah tetapi istiqomah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi: “Janganlah salah satu di antara kamu sekalian ber-imma’ah
(ikut-ikutan), yang jika orang lain baik maka engkau baik; dan jika mereka
jelek maka engkau jelek pula. Akan tetapi hendaklah engkau tetap konsisten
terhadap (keputusan) dirimu. Jika orang lain baik, maka engkau baik; dan jika
mereka jelek, hendaklah engkau jauhi keburukan mereka”. Oleh karena itu, setiap
pribadi muslim dalam menjalani kehidupan harus senantiasa memperhatikan
nilai-nilai agama, tidak sekedar ikut-ikutan trend.
Fenomena
Dubsmash yang berisi meniru-niru gerakan atau suara
orang lain apalagi jika dengan maksud mengejek, menghina atau merendahkan orang
lain demi membuat tertawa orang lain adalah dilarang. Nabi saw pernah menegur
Ummul Mukminin Aisyah r.a ketika Aisyah r.a meniru gaya dan gerakan seseorang
dalam ucapannya, beliau bersabda, “Aku
tidak suka meniru-niru(gaya) seseorang walaupun aku diberikan dengan seperti
ini dan ini(sesuatu apa pun yang bernilai)" (HR At-Tirmidzi). Perilaku
tersebut dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Al Muhaakah. Perbuatan ini
dilarang dan tercela, bahkan Imam an-Nawawi mengkategorikannya sebagai ghibah
yang diharamkan. Apalagi jika dalam foto maupun video itu jelas melanggar
syariat Islam seperti menampakkan aurat, berdandan seperti perempuan, berjoget
ria, maupun berdusta hanya untuk membuat orang lain tertawa, padahal peringatan
Nabi, “Celakalah orang yang berbicara sesuatu pembicaraan yang bertujuan
dengannya untuk membuat orang lain ketawa,lantas dia berdusta,celakalah
dia,celakalah dia!!." (HR Abu Daud).
Kedua,
Memudarnya Rasa Malu. Salah satu akhlak utama dalam Islam ialah rasa malu. Nabi
saw bersabda, “Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam
adalah malu.” (HR Ibnu Majah dan Ath-Thabrani). Bahkan dijelaskan bahwa Iman
dan Rasa Malu ialah dua hal yang berkaitan, apabila salah satunya hilang, maka hilanglah
yang lain. Imam Ibnul Qayyim berkata, “Malu berasal dari kata hayaah (hidup),
dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata al-hayaa (hujan), tetapi
makna ini tidak masyhûr. Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi
sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu, dipengaruhi
oleh kadar kematian hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup,
pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna.
Rasulullah
saw sebagai uswah hasanah telah menjadi teladan utama dalam hal ini. Ia disebut
sebagai sosok yang pemalu dan beliau pun memerintahkan ummatnya agar memiliki
sifat malu. Salah satu contoh konkrit bagaimana Islam mengagungkan rasa malu
ialah anjuran menutup diri meskipun sedang mandi. Rasulullah saw bersabda,“Sesungguhnya
Allah Azza wa Jalla Maha Pemalu, Maha Menutupi, Dia mencintai rasa malu dan
ketertutupan. Apabila salah seorang dari kalian mandi, maka hendaklah dia
menutup diri.” Begitupula ada sebuah riwayat bahwa tidaklah baginda
‘mendatangi’ istrinya melainkan dalam selimut. Hingga ada pengakuan dari Ummul
Mukminin, Aisyah ra bahwa beliau belum pernah melihat (maaf) kemaluan Nabi.
Betapa
indahnya ajaran Islam bahkan sampai-sampai tiada satu orangpun yang melihat
(saat mandi) ataupun berduaan dengan istri, setiap muslim haruslah mempunyai
rasa malu. Fenomena Selfie dan Dubsmash (Narsisitik) disadari atau
tidak menunjukkan memudar atau tercerabutnya rasa malu dalam diri ummat Islam.
Bagaimana ia dengan mudahnya mengup-load dan share video kepada khalayak ramai
berharap ‘like’ atau ‘comment’ tanpa mempertimbangkan rasa malu dan marwahnya
sebagai seorang muslim.
Penutup
Islam
sebagai agama yang sempurna adalah pedoman dalam kehidupan ini. Fenomena dubsmash
yang saat ini menjadi trend hendaknya tidak membuat muslim
mengabaikan ajaran Islam. Begitujga bahwa akhlak utama dalam Islam ialah rasa
malu. Maka setiap muslim harus meningkatkan rasa malunya, terutama pada Allah.
Oleh karena itu, dubsmash haruslah
dihindari. Wallahua’lam.