Sabtu, 01 November 2014

MENCARI KETELADANAN YANG HILANG



Ilham Budi Permana, S.Pd

            Kita sudah tahu bahwa proses berhasilnya pembelajaran sangat didukung oleh keteladan dari sang pendidik. Tidak hanya kompetensi professional atau keilmuwan yang dibutuhkan tapi juga kompetensi kepribadian. Banyak guru yang tak seimbang mengkombinasikan keduanya.
            Guru memiliki tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Peran sebagai pengajar yaitu fokus pada transfer ilmu pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa. Dan peran sebagai pendidik yaitu kontinu untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran dan karakter mulia membentuk generasi penerus bangsa yang berdayaguna.
            Dulu profesi guru dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Dengan dalih bahwa guru itu tidak menjanjikan kesejahteraan. Miskin, sederhana dan tidak. Sehingga dahulu para orangtua kurang mendukung bila anaknya ingin menjadi guru. Para orangtua bangga bila anaknya menjadi dokter, insinyur, atau pejabat, bukan bangga menjadi guru.
Tapi berbeda dengan sekarang. Profesi guru sudah mulai dipandang dengan mata terbuka oleh rakyat Indonesia. Buktinya pemerintah telah menggelontorkan sejumlah fasilitas kesejahteraan hidup bagi seorang guru, apakah itu sertifikasi dan lain-lain. Bukti lainnya jika ada lowongan pendaftaran CPNS guru banyak anak bangsa yang ‘bernafsu’ untuk meraihnya.
Kita lihat dan baca dari sejarah bahwa sebuah Negara Jepang ketika luluh lantak oleh bom sekutu yang merusak dua kota besarnya yaitu kota Hirosima dan Nagasaki, apa yang dikatakan oleh pemimpin Jepang saat itu? Ya pemimpin Jepang saat itu berkata,” apakah masih ada guru? Ini membuktikan bahwa Jepang sangat menghargai ilmu. Bahkan Jepang sempat pernah meminta izin kepada sekutu yang mengebomnya agar memberi kesempatan kepada pemuda-pemuda Jepang supaya bias belajar di Negara Paman Sam tersebut. Apa hasilnya? Kini Jepanh menguasai perekonomian dunia setelah AS dan Cina. Produknya hadir di belahan dunia menghiasi kebutuhan rakyat dunia, meliputi: elektronik, barang-barang rumah tangga dan dan masih banyak lagi yang lainnya. Dan Jepang merupakan salah satu ikon kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi  di masa sekarang.
Kita dengar dan baca juga bahwa dahulu Malaysia pernah meminta Indonesia untuk mengirim guru-guru terbaiknya supaya bisa mengajar di Malaysia. Dan apa hasilnya kini? Sekarang Maalaysia lebih unggul beberapa langkah dari Indonesia? Kenapa itu bisa terjadi? Jepang dan Malaysia melaju pesat menembus pasar dunia dan jauh meninggalkan Indonesia? Ya, jawabannya karena mereka meanghargai budaya ilmu.
Sebenarnya bangsa Indonesia juga memiliki anak bangsa yang cerdas. Tidak bisa dipukul rata bahwa semua rakyat Indonesia itu tidak melek pengetahuan. Bahkan ada di antara anak bangsa yang namanya sempat meroket terkenal di dunia dengan keahliannya membuat pesawat terbang, yaitu Bapak B.J. Habibi.
Walaupun kita mengakui bahwa sebagian generasi penerus bangsa Indonesia itu sebetulnya cerdas tapi akankah pemerintah dan pembuat kebijakan di negera ini sudah memberikan teladan bagaimana menghargai jerih payah, perjuangan dan pengorbanan para guru di Indonesia??? Tentu kita yakin bahwa masih ada orang-orang yang peduli dengan kemajuan bangsa ini, mereka tersebar dimana-mana. Di antara mereka para penghuni bangsa ini ada yang hatinya perih melihat porak-porandanya kelakuan elemen bangsa ini. Pejabat, pengusaha, guru, tokoh agama, pemuda bahkan anak-anak Negara ini sedang membutuhkan KETELADAN yang telah hilang.
Bukan Hanya Tugas Guru
Memberi keteladanan bukanlah hanya tugas guru, tokoh masyarkat dan pemuka agama tapi tugas inio diemban oleh semua warga. Wemua warga punya andil yang besar dalam mewujudkan keteladanan ini. Orang-orang besar selain berilmu juga sangat menonjol aspek baiknya sikap dan keteladan yang dia tularkan kepada orang-orang.
Kekuatan keteladan mengalahkan ribuan teori tentang pembentukan karakter bangsa. Seperti sebuah ungkapan contoh/bukti nyata lebih berarti daripada janji seribu kata. Ini berarti kita semua punya andil untuk memberi keteladan sesuai porsi kita.
Kita rindu pejabat yang peduli rakyat miskin dan terbelakang, pengusaha yang peduli dengan kejujuran membantu pengangguran, terutama guru yang mengajarkan ilmu dan keteladanan kemuliaan kepada semua siswanya. Juga rakyat yang mendukung dan mendoakan pemimpinnya agar tetap istikamah di jalan yang benar.
Keteladanan itu salah satu syarat agar bangsa Indonesia bisa bangun dari keterpurukannya. Keteladanan yang dibarengi dengan ilmu dan keyakinan yang mendalam agar bangsa ini di atas kemajuan dan menjadi pemegang peradaban mendatang. Ini tugas semua elemen bangsa.
Faktor Penumbuh Dan Penyubur Keteladanan
Sedikitnya ada lima faktor yang menumbuhkan dan menyuburkan keteladanan yaitu: Pertama, pendidikan keluarga yang mengajarkan akhlak/keteladanan kepada seluruh anggota keluarganya. Bangun pagi, sholat shubuh, membersihkan rumah, meletakkan barang pada tempatnya, dan musyawarah mencari solusi masalah keluarga yang dilakukan oleh semua penghuni rumah adalah sebagian contoh dari penanaman karakter yang baik dan keteladanan yang menghunjam lama di dalam hati. Pendidikan keluarga ini lebih lama tertanam dalam sanubari setiap anggota keluarga karena seringnya berinteraksi.
Kedua, sekolah yang mengedepankan ilmu dan keteladanan. Ini terlihat dari perilaku guru sebagai pengajar dan pendidik dan didukung oleh warga sekolah yang mengedepankan akhlak mulia. Seperti membiasakan datang sebelum bel berbunyi, salam dan sapa sesama civitas sekolah, membuang sampah pada tempatnya, berdoa sebelum dan sesudah belajar sampai kedisiplinan peraturan di sekolah adalah di antara penanaman keteladanan yang membekas.
Ketiga, lingkungan tempat tinggal yang baik. Indikator baiknya elemen ini terwujud dari kesadaran masyarakat untuk beribadah di tempat ibadah di lingkungan mereka, kerja bakti membersihkan jalan, tegur sapa antar warga, menolong sesuai kemampuan pada yang kesusahan, menjenguk warga yang sakit, belajar mengaji, dan seperangkat kebiasaan baik masyarakat lainnya. Bila hal ini baik maka akan lebih mudah melangkah untuk selanjutnya mewujudkan langkah ke empat.
Keempat, keadilan para penegak hukum. Hukum yang berlaku ditaati seluruh rakyat, apkah dia pejabat atau rakyat semuanya tunduk dan patuh pada hukum. Besarnya hukuman sesuai dengan kesalahan. Dengan adanya keteladanan para penegak hukum maka negeri ini akan lebih cepat meraih kesejahteraan.
Kelima, sistem dan undang-undang yang dipedomani oleh masyarakat harus jelas dimengerti oleh semua rakyat. Selain itu juga hukum memberi reward and punishment pada pelakunya sesuai kadar perbuatannya. Sistem yang benar dan kuat ditopang oleh kemauan bersama mewujudkan Indonesia yang memberi teladan. Maka sebentar lagi bangsa Indonesia akan tampil member keteladanan di kancah dunia.
Penutup
Semua elemen bangsa ini sedang haus keteladanan. Sekecil apapun keteladanan itu akan terus dikenang dan menjadi tradisi generasi bangsa. Generasi yang mewarisi indahnya menjadi, dan kontinu memberi dalam keteladanan. Air keteladanan itu akan menghilangkan dahaga keringnya karakter dan pribadi bangsa ini. Semua memiliki andil dalam keteladanan yang mulia ini.
                                               
 Penulis adalah seorang guru di Kisaran, alumni Unimed.
           

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar