Ilham Budi Permana, S.Pd
Kita sudah tahu bahwa proses berhasilnya pembelajaran
sangat didukung oleh keteladan dari sang pendidik. Tidak hanya kompetensi
professional atau keilmuwan yang dibutuhkan tapi juga kompetensi kepribadian.
Banyak guru yang tak seimbang mengkombinasikan keduanya.
Guru memiliki tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan
pendidik. Peran sebagai pengajar yaitu fokus pada transfer ilmu pengetahuan yang
dimiliki guru kepada siswa. Dan peran sebagai pendidik yaitu kontinu untuk
menanamkan nilai-nilai kebenaran dan karakter mulia membentuk generasi penerus
bangsa yang berdayaguna.
Dulu profesi guru dipandang sebelah mata oleh sebagian
orang. Dengan dalih bahwa guru itu tidak menjanjikan kesejahteraan. Miskin,
sederhana dan tidak. Sehingga dahulu
para orangtua kurang mendukung bila anaknya ingin menjadi guru. Para orangtua
bangga bila anaknya menjadi dokter, insinyur, atau pejabat, bukan bangga
menjadi guru.
Tapi
berbeda dengan sekarang. Profesi guru sudah mulai dipandang dengan mata terbuka
oleh rakyat Indonesia. Buktinya pemerintah telah menggelontorkan sejumlah
fasilitas kesejahteraan hidup bagi seorang guru, apakah itu sertifikasi dan
lain-lain. Bukti lainnya jika ada lowongan pendaftaran CPNS guru banyak anak
bangsa yang ‘bernafsu’ untuk meraihnya.
Kita
lihat dan baca dari sejarah bahwa sebuah Negara Jepang ketika luluh lantak oleh
bom sekutu yang merusak dua kota besarnya yaitu kota Hirosima dan Nagasaki, apa
yang dikatakan oleh pemimpin Jepang saat itu? Ya pemimpin Jepang saat itu
berkata,” apakah masih ada guru? Ini membuktikan bahwa Jepang sangat menghargai
ilmu. Bahkan Jepang sempat pernah meminta izin kepada sekutu yang mengebomnya
agar memberi kesempatan kepada pemuda-pemuda Jepang supaya bias belajar di
Negara Paman Sam tersebut. Apa hasilnya? Kini Jepanh menguasai perekonomian
dunia setelah AS dan Cina. Produknya hadir di belahan dunia menghiasi kebutuhan
rakyat dunia, meliputi: elektronik, barang-barang rumah tangga dan dan masih
banyak lagi yang lainnya. Dan Jepang merupakan salah satu ikon kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi di masa sekarang.
Kita
dengar dan baca juga bahwa dahulu Malaysia pernah meminta Indonesia untuk
mengirim guru-guru terbaiknya supaya bisa mengajar di Malaysia. Dan apa hasilnya
kini? Sekarang Maalaysia lebih unggul beberapa langkah dari Indonesia? Kenapa
itu bisa terjadi? Jepang dan Malaysia melaju pesat menembus pasar dunia dan
jauh meninggalkan Indonesia? Ya, jawabannya karena mereka meanghargai budaya
ilmu.
Sebenarnya
bangsa Indonesia juga memiliki anak bangsa yang cerdas. Tidak bisa dipukul rata
bahwa semua rakyat Indonesia itu tidak melek pengetahuan. Bahkan ada di antara
anak bangsa yang namanya sempat meroket terkenal di dunia dengan keahliannya
membuat pesawat terbang, yaitu Bapak B.J. Habibi.
Walaupun
kita mengakui bahwa sebagian generasi penerus bangsa Indonesia itu sebetulnya
cerdas tapi akankah pemerintah dan pembuat kebijakan di negera ini sudah
memberikan teladan bagaimana menghargai jerih payah, perjuangan dan pengorbanan
para guru di Indonesia??? Tentu kita yakin bahwa masih ada orang-orang yang
peduli dengan kemajuan bangsa ini, mereka tersebar dimana-mana. Di antara
mereka para penghuni bangsa ini ada yang hatinya perih melihat porak-porandanya
kelakuan elemen bangsa ini. Pejabat, pengusaha, guru, tokoh agama, pemuda
bahkan anak-anak Negara ini sedang membutuhkan KETELADAN yang telah hilang.
Bukan Hanya Tugas Guru
Memberi
keteladanan bukanlah hanya tugas guru, tokoh masyarkat dan pemuka agama tapi
tugas inio diemban oleh semua warga. Wemua warga punya andil yang besar dalam
mewujudkan keteladanan ini. Orang-orang besar selain berilmu juga sangat
menonjol aspek baiknya sikap dan keteladan yang dia tularkan kepada
orang-orang.
Kekuatan
keteladan mengalahkan ribuan teori tentang pembentukan karakter bangsa. Seperti
sebuah ungkapan contoh/bukti nyata lebih berarti daripada janji seribu kata.
Ini berarti kita semua punya andil untuk memberi keteladan sesuai porsi kita.
Kita
rindu pejabat yang peduli rakyat miskin dan terbelakang, pengusaha yang peduli
dengan kejujuran membantu pengangguran, terutama guru yang mengajarkan ilmu dan
keteladanan kemuliaan kepada semua siswanya. Juga rakyat yang mendukung dan
mendoakan pemimpinnya agar tetap istikamah di jalan yang benar.
Keteladanan
itu salah satu syarat agar bangsa Indonesia bisa bangun dari keterpurukannya.
Keteladanan yang dibarengi dengan ilmu dan keyakinan yang mendalam agar bangsa
ini di atas kemajuan dan menjadi pemegang peradaban mendatang. Ini tugas semua
elemen bangsa.
Faktor
Penumbuh Dan Penyubur Keteladanan
Sedikitnya
ada lima faktor yang menumbuhkan dan menyuburkan keteladanan yaitu: Pertama,
pendidikan keluarga yang mengajarkan akhlak/keteladanan kepada seluruh anggota
keluarganya. Bangun pagi, sholat shubuh, membersihkan rumah, meletakkan
barang pada tempatnya, dan musyawarah mencari solusi masalah keluarga yang
dilakukan oleh semua penghuni rumah adalah sebagian contoh dari penanaman
karakter yang baik dan keteladanan yang menghunjam lama di dalam hati.
Pendidikan keluarga ini lebih lama tertanam dalam sanubari setiap anggota
keluarga karena seringnya berinteraksi.
Kedua,
sekolah yang mengedepankan ilmu dan keteladanan.
Ini terlihat dari perilaku guru sebagai pengajar dan pendidik dan didukung oleh
warga sekolah yang mengedepankan akhlak mulia. Seperti membiasakan datang
sebelum bel berbunyi, salam dan sapa sesama civitas sekolah, membuang sampah
pada tempatnya, berdoa sebelum dan sesudah belajar sampai kedisiplinan
peraturan di sekolah adalah di antara penanaman keteladanan yang membekas.
Ketiga,
lingkungan tempat tinggal yang baik. Indikator baiknya
elemen ini terwujud dari kesadaran masyarakat untuk beribadah di tempat ibadah
di lingkungan mereka, kerja bakti membersihkan jalan, tegur sapa antar warga,
menolong sesuai kemampuan pada yang kesusahan, menjenguk warga yang sakit,
belajar mengaji, dan seperangkat kebiasaan baik masyarakat lainnya. Bila hal
ini baik maka akan lebih mudah melangkah untuk selanjutnya mewujudkan langkah
ke empat.
Keempat,
keadilan para penegak hukum. Hukum yang berlaku
ditaati seluruh rakyat, apkah dia pejabat atau rakyat semuanya tunduk dan patuh
pada hukum. Besarnya hukuman sesuai dengan kesalahan. Dengan adanya keteladanan
para penegak hukum maka negeri ini akan lebih cepat meraih kesejahteraan.
Kelima,
sistem dan undang-undang yang dipedomani oleh masyarakat harus jelas dimengerti
oleh semua rakyat. Selain itu juga hukum memberi reward and punishment pada pelakunya
sesuai kadar perbuatannya. Sistem yang benar dan kuat ditopang oleh kemauan
bersama mewujudkan Indonesia yang memberi teladan. Maka sebentar lagi bangsa
Indonesia akan tampil member keteladanan di kancah dunia.
Penutup
Semua
elemen bangsa ini sedang haus keteladanan. Sekecil apapun keteladanan itu akan
terus dikenang dan menjadi tradisi generasi bangsa. Generasi yang mewarisi
indahnya menjadi, dan kontinu memberi dalam keteladanan. Air keteladanan itu
akan menghilangkan dahaga keringnya karakter dan pribadi bangsa ini. Semua
memiliki andil dalam keteladanan yang mulia ini.
Penulis
adalah seorang guru di Kisaran, alumni Unimed.