Dalam
suatu riwayat dikemukakan pada suatu ketika Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salam naik ke bukit Shafa sambil berseru : “Mari berkumpul
pada pagi hari ini!” Maka berkumpullah kaum Quraisy. Rasulullah bersabda
: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya
aku beritahu bahwa musuh akan datang besok pagi atau petang, apakah
kalian percaya kepadaku?” Kaum Quraisy menjawab : “Pasti kami percaya”
Rasulullah bersabda, “Aku peringatkan kalian bahwa Siksa Allah yang
dahsyat akan datang.”
Berkatalah
Abu Lahab : “Celaka engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau kumpulkan
kami?” Maka turun surah al-Lahab yang melukiskan bahwa kecelakaan akan
menimpa orang yang memfitnah dan menghalang-halangi agama Allah.
Subhanallah…
Abu
Lahab adalah salah seorang paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Nama aslinya adalah Abdul ‘Uzza bin Abdul Muththalib, dan
kun-yah-nya adalah Abu ‘Utaibah. Sedangkan istrinya adalah Ummu Jamiil
Arwaa binti Harb bin Umayyah, saudara perempuan Abu Sufyan. Jadi
keduanya sama-sama berasal dari keluarga yang paling terpandang di
kalangan suku Quraisy, yang tentu saja membuat bobot permusuhan mereka
terhadap dakwah Islam jauh lebih berat ketimbang permusuhan kaum kafir
kebanyakan. Karena tentu banyak sekali masyarakat yang terpengaruh dan
mengikuti jejak mereka. Apalagi masih ditambah dengan status Abu Lahab
sebagai paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang secara
logika mestinya minimal tidak memusuhi bahkan mendukung atas dasar
fanatisme kekeluargaab. Namun, tidak begitu bagi Abu Lahab, ia malah
memusuhi Islam secara luar biasa.
Diriwayatkan
kala keluarga besar Bani Hasyim di bawah kepeloporan Abu Thalib
bersepakat untuk tetap membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
karena dorongan rasa fanatisme keluarga, meski mereka belum beriman, Abu
Lahab-lah sendirian yang menentang kesepakatan saudara-saudaranya itu,
dan lebih memilih berpihak pada kaum kafir Quraisy dalam konspirasi
pemboikotan dan pengisolasian Bani Hasyim yang dikukuhkan dengan
penulisan perjanjian jahat tersebut dalam lembaran shahiifah yang mereka
tempelkan di Ka’bah.
Betapa
mengerikan rasa permusuhan Abu Lahab pada Islam. Sebagaimana riwayat
dari sahabat Rabi’ah bin ‘Abbad Ad-Daili, Beliau berkata,”Sungguh aku
bersama bapakku pada usia muda saat aku melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam berkeliling ke kabilah-kabilah, diikuti dari belakang
beliau oleh seorang laki-laki bermata juling dan berwajah putih. Ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke suatu kabilah, beliau
bersabda,’Wahai Bani Fulan, sungguh aku adalah utusan Allah kepada
kalian, aku minta kalian beribadah hanya kepada Allah dan tidak
menyekutukan sesuatupun dengan-Nya, juga kalian mempercayai dan
membelaku, agar aku bisa melaksanakan risalah yang aku bawa dari Allah.’
Begitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai menyampaikan
dakwah beliau, serta merta lelaki yang ada di belakang beliau itu
menimpali,’Wahai Bani Fulan! Lelaki ini ingin kalian meninggalkan
(berhala) Al-Laata dan Al-‘Uzza, juga sekutu-sekutu kalian dari bangsa
jin Bani Malik bin Aqmas, dan agar kalian mengikuti kebid’ahan dan
kesesatan yang ia bawa. Maka janganlah kalian mendengarkan dan
mengikutinya!’ Lalu akupun bertanya kepada ayahku,’Siapakah lelaki itu?’
Beliau menjawab,’Ia adalah paman beliau sendiri, Abu Lahab.” (HR. Ahmad
dan Ath-Thabrani).
Dan
permusuhannya dengan Islam semakin perfect kala istrinya Ummu Jamiil
yang juga sangat proaktif dalam menebarkan fitnah dan permusuhan
dimana-mana terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan dakwah
Islam, serta juga dalam melakukan berbagai gangguan fisik seperti
meletakkan kayu dan duri di jalan menuju rumah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam yang selalu ia lakukan setiap saat. Dan itu adalah dua
makna yang disebutkan oleh para ulama dalam menafsirkan ayat ke-4 (yang
artinya): “Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar”. Yang
demikian itu padahal rumah mereka berdekatan dan bertetangga dengan
rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Subhanallah...
Dengan
kejahatan dan permusuhan sempurna itu, ‘terabadilah’ nama Abu Lahab
dalam al-Quran. Kehinaan dan kebinasaan buatnya dan istri tidak
tanggung-tanggung difirmankan Allah secara langsung. Yang tentunya tiada
keraguan di dalamnya. Tiada harapan lagi buat Abu Lahab dan istri.
Semua
yang ia punya tiada berguna untuk membebaskan dari adzab dan siksa yang
telah menantinya. Allah memastikannya Abu Lahab masuk neraka. Semakin
lengkap dengan kebersandingan istrinya dalam kebinasaan itu. Istri Abu
Lahab, Ummi Jamil bernasib seperti itu bukan karena ia berstatus ‘istri
Abu Lahab’, namun karena memang sifatnya yang seperti suaminya.
Semoga kita terhindar dari mengikuti perangai Abu Lahab dan istrinya. Aamiin