Selasa, 10 Desember 2013

muncul ketaatan

Bagi sesiapa yang mau merenungkan bahwa betapa luar biasa Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nya tentu akan timbul rasa khassyah (takut) pada Tuhan semesta. Untuk selanjutnya akan muncul ketaatan pada Tuhan. Akan muncul kerinduan bertemu dengan-Nya.

Na
mun, Orang yang tertutup hatinya, saat mendngar perintah Tuhan atau dalam memandang Hari Kemudian, ia bersikap mengingkari lagi mencemooh. Sebagaimana kaum kafir Quraisy dahulu yang mengucapkan kata-kata yang bernada menyepelekan dan mencemooh Hari Kebangkitan.

Padahal batas antara dunia ini dan hari Kemudian itu hanya perkara ‘tiupan’ saja. Bukan perkara yang susah bagi-Nya. Bila sudah tiba waktunya, tiada yang bisa menundanya. Seluruh manusia dari zaman bahola hingga sekarang atau akhir zaman dikumpulkan untuk menerima ketetapan Allah. Seluruh amal tiap manusia ditampakkan.

Dan ada tauladan indah dalam kisah Nabi Musa ‘alaihissalam dan Firaun. Tentang sikap terbaik bagaimana da’i mengingatkan siapa yang keterlaluan, sewenang-wenang, diktator nan lupa Tuhan. Yakni dengan lemah lembut. Dengan mengatakan kalimat “sudikah engkau” atau “maukah engkau”. Dengan kata lain, dalam berdakwah mesti menggunakan kalimat yang lemah lembut penuh kesantunan.

Buya Hamka di dalam tafsirnya tentang ayat 19 surah an-Nazi’at mengatakan , “Dengan bertutur hormat itu, Fir’aun tidak akan begitu merasakan dirinya dihinakan, sehingga mudah dimasukkan pengajaran. Tetapi kalau dimulai dengan keras, dia tidak akan beranjak dari kesombongannya, satu pengajaran bagi kita yang berjuang di bidang Dakwah”.

Begitulah urgensi komunikasi dalam dakwah. Sering sang komunikan sebenarnya menolak cara penyampaian , bukan apa yang disampaikan. Karena itu, seorang dai semaksimal mungkin menggunakan komunikasi yang efektif, yakni sesuai keperluan mad’u. Meskipun dalam Kisah, Usaha Nabi Musa mengingatkan Firaun tidak juga membuat Firaun berubah. Yang pasti, teladan indah bagi dai kala melihat prosesnya.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar